Bab Tujuh

4.9K 344 1
                                    

Selama memasak pikiran nya mengembara ke mana-mana di tambah geraknya di dapur tidak leluasa seperti biasa karena ada tubuh besar yang membuat rumah kecil itu semakin sempit.

"Mamih kok tumben masaknya lama?biasanya sebelum film kartun Spongebob selesai, Mamih sudah selesai memasak."

"Kamu tidak lihat,beberapa kali kaki Mamih harus tersandung oleh kaki besar tamu kita itu.Jadi Mamih harus lebih hati-hati agar tidak jatuh."

Mendengar jawaban Ibunya membuat Tegar merasa bersalah,"maaf ya Mih, harus nya aku tidak meminta sesuatu yang malah menambah beban Mamih.Tegar menunduk sedih."

Melihat itu membuat Dinar menyesal atas ucapannya."Semua salah Mamih sayang,Mamih yang membiarkan tamu itu masuk ke rumah kita jadi kamu tidak perlu minta maaf."

Dinar memeluk anak lelaki nya penuh penyesalan."Mamih janji mulai sekarang akan lebih hati-hati memutus kan sesuatu."

"Tapi aku ingin Tuan Ganesa itu di sini dulu sampai keadaannya membaik."Ucap Tegar sambil menundukkan kepalanya."Aku akan memberitahunya agar tidak merepotkan Mamih selama di sini,"lanjutnya dengan tatapan tulus.Dinar mengangguk dan tersenyum tipis.

"Kamu sudah tau kan kalau tamu kita itu namanya Ganesa Putra?"tanya Dinar yang tengah membereskan beberapa buku pelajaran milik Tegar ke dalam rak.Tegar mengangguk lalu bangun dari tempat duduk dan membantu Ibunya.

"Ayo sekarang sarapan dulu nanti keburu dingin."Tegar kembali mengangguk dan langsung melangkah ke meja makan.Entahlah ucapan mereka tadi di dengar atau tidak oleh Ganesa yang masih diam di tempat semula.

Tegar menyantap makanannya dengan diam tapi matanya terus melirik pria dewasa yang tak jauh dari tempat duduknya.

"Kok enggak di habiskan?masakan Mamih enggak enak ya?"Tegar menggeleng cepat dan menelan segera menelan semua makanan di dalam mulut nya.

"Sudah kenyang Mih,"jawabnya singkat.Dinar mencicipi nasi goreng buatannya dari piring Tegar.

"Mmm...enak kok enggak ada yang salah sama rasanya."Dinar menatap Tegar yang sedang memperhatikannya."Kamu sakit sayang?"Dinar menyentuh dahi anaknya tapi sepertinya dia tidak sedang demam.

"Tidak biasanya sarapan mu tersisa."Tegar memainkan jemarinya di bawah meja dia hendak menjawab tapi takut Ibunya marah.

"Mamih janji tidak akan marah kan?"suara nya terdengar pelan dan matanya menatap Dinar yang kebingungan.

"Ini untuk makan Tuan Ganesa,"ucap Tegar sambil menyodorkan nasi goreng di piringnya."Dari kemarin aku tidak melihat nya minum atau makan apapun,"lanjutnya.

Dinar menarik napas panjang,dia tak menduga anaknya akan menepati janjinya untuk berbagi makanan dengan orang yang baru mereka kenal.

Dinar menyodorkan kembali piring sarapan anaknya yang belum habis."Cepat habiskan sarapan mu,karena hari ini Mamih sengaja memasak lebih banyak."

"Jadi Tuan Ganesa juga bisa sarapan bareng kita Mih?tanya Tegar dengan mata berbinar.Dinar mengangguk dan sedikit heran dengan mimik muka yang di tampilkan Tegar.

"Karena Tuan Ganesa sedang sakit,jadi Mamih buatkan bubur saja untuk makanannya."Tegar tersenyum lega mendengar perkataan Ibunya.

Dinar berdiri dan mengambil semangkuk bubur dari panci yang ada di atas kompor,lalu menaruhnya di samping Ganesa yang tengah berbaring.

Melihat darah yang sudah mengering di bibir dan baju pria di hadapannya membuat Dinar menaruh bawaannya di atas meja."Sebelum sarapan sebaiknya anda membersihkan diri dulu."

Ganesa menatap lurus pada manik hitam milik Dinar,lalu sebuah anggukan pelan dia lakukan sebagai tanda dia menyetujui perkataan pemilik rumah.

Setelah selesai menyiapkan air dalam bak plastik,Dinar di bantu Tegar menarik tubuh besar milik Ganesa ke dalam kamar mandi.Butuh waktu sangat lama untuk menarik manusia besar itu padahal jarak ke kamar mandi hanya beberapa meter saja.

"Kita seperti memiliki bayi raksasa ya Mih?"Ucap Tegar yang tengah menyeka keringatnya.Dinar melihat ada senyum senang di balik wajah Tegar yang kelelahan.

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang