Bab Tigapuluh Tujuh

3.5K 263 1
                                        

"Tugas apa yang kamu berikan sampai dia meninggalkan aku di sini?"Dinar terlihat kecewa dengan keputusan Yuni yang tiba-tiba menghilang setelah dia meyakinkan Dinar akan menemaninya di acara tersebut.

"Dia meninggalkan tempat ini setelah aku datang dan dia harus mengerjakan sesuatu yang penting lainnya."Jelas Ganesa.

"Aku tidak berharap di perlakukan istimewa oleh siapapun tapi harusnya dia bisa mengucapkan sesuatu sebelum pergi."balas Dinar.

"Kamu pasti tidak akan kecewa bila tau alasan dia melakukan semua.Lagipula sudah ada aku yang menemanimu,apa kamu tidak senang"Ucap Ganesa dengan senyum menggoda Dinar.

Diam-diam sudut bibir Dinar tersenyum.Bukan begitu maksudku,tapi...."

"Sudahlah kita aku paham dengan maksud ucapanmu.Tapi nanti juga kamu akan tau alasanya."Ucap Ganesa pelan dan mengusap punggung tangan Dinar.

Obrolan berhenti setelah beberapa tamu di sana menghampiri dan menyapa mereka.Ganesa lanjut berbincang-bincang dengan tamu undangan di sana,pembicaraan yang di bahas tak jauh dari pekerjaan yang membuat Dinar lebih memilih diam karena tidak memahaminya.

Ketika Dinar melirik Meja yang di tempati oleh Gunawan berikut istrinya,mata dia bertemu dengan sorot tajam Desi.Tak mau mengalah lagi Dinar membalas tak kalah tajam tatapan wanita yang sudah membuat hidupnya di penuhi ketakutan.

Tiba-tiba tubuh besar Ganesa menghalangi adu tatap tersebut,Dinar mundur untuk bisa kembali melanjutkan kegiatan yang membuat emosinya kembali naik namun tanpa di duga tangan Ganesa merangkul bahunya dan mengurung Dinar dalam dekapnya.

"Jangan melihat sesuatu yang hanya akan membuat mood kita menjadi buruk."Bisik Ganesa dengan tatapan lembutnya.

"Cukup lihat aku saja,karena yang lain tak pantas mendapat tatapan mata indah ini."Lanjutnya pelan namun masih bisa di dengar oleh Dinar.

Seperti tersiram air es,kepala Dinar yang tadi sempat memanas kini perlahan mulai mereda.Karena di sana masih banyak rekan Ganesa yang masih berbincang-bincang,Dinar memilih tidak begitu menanggapi ucapan suaminya.

Sesampainya di depan pintu apartemen,Dinar di kejutkan dengan kehadiran Yuni yang sedang menunggu kedatangan mereka."Yuni!"

Sebelum Yuni membalas sapaan Dinar,terlebih dahulu Ganesa memberi isyarat untuk bicara di dalam apartemennya.Dan Yuni membalas dengan mengangguk singkat.

Setelah mereka duduk di ruang tamu,Yuni terlebih dahulu meminta maaf pada Dinar atas kejadian tadi dan Dinar hanya tersenyum sebagai tanda dia sudah tidak mempermasalahkannya lagi.

"Bagaimana?"Ganesa membuka pembicaraan terlebih dahulu pada Yuni yang sudah siap dengan laporan yang akan dia serahkan pada Ganesa.

"Apa ada hal yang harus kalian bicarakan secara pribadi?"Dinar bertanya pada Ganesa karena khawatir kehadirannya membuat pembicaraan mereka tidak leluasa.

"Tidak,kamu tetap disini saja untuk menghindari kesalahpaham.Lagipula sebagai seorang istri,sudah seharusnya mengetahui apa saja yang sedang suami mu ini lakukan."Jelas Ganesa ringan.

Mendengar ucapan Ganesa,hati yang selama ini hampa kini seakan-akan menghangat secara perlahan.Dinar menunduk dan melirik Yuni yang ekspresi wajahnya sulit Dinar mengerti.

"Mana laporannya?" pinta Ganesa mengejutkan dua wanita di ruangan itu.Yuni berdeham sebelum memulai pembicaraan."Semua ada di sini,silahkan di periksa dulu dan saya akan memberikan laporan selengkapnya minggu-minggu ini Tuan."Ucap Yuni dengan menyerahkan beberapa lembar kertas.

"Mmhh...saya tunggu laporan lengkapnya secepat mungkin."Ucap Ganesa lalu mengambil kertas dari atas meja yang tadi Yuni berikan.

"Baik Tuan."Jawab Yuni tegas.

"O ya...sampai lupa,kamu mau minum apa Yun?"seperti baru sadar bahwa tamu mereka belum sediakan apa-apa,Dinar berniat untuk pergi kedapur mengambil minuman.

"Tidak usah Bu,saya sudah minum. Lagipula saya tidak akan lama karena harus segera pulang."Ucap Yuni dengan lengan Dinar agar tetap duduk di tempatnya.

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang