Bab Duabelas

4.2K 305 1
                                    

Sejak kejadian itu hubungan Ganesa dan Dinar semakin canggung,bahkan Dinar membawa semua perlengkapan membuat kuenya ke ruang tv dan lebih sering menghabiskan waktunya di sana.

Pada mulanya Tegar tidak menyadari ada perubahan itu namun lama-lama dia juga heran kenapa Ibunya seolah enggan menginjakan kaki nya di dapur.

"Mih apa ada yang salah dengan Paman Ganesa?"Tegar menghampiri Dinar yang sedang mengoleskan mentega pada salah satu loyangnya.

Dinar menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arah anak lelakinya"Tidak ada,memang kenapa?"

"Biasanya Mamih suka sekali menghabiskan waktu berjam-jam di belakang dari pada di sini,tapi sekarang ruang itu seperti tempat yang sangat menyeramkan bahkan Mamih sering mengendap-endap seolah takut bila akan ke sana."

Dinar melanjutkan kembali pekerjaannya yang sempat tertunda,"Mamih hanya ingin lebih fokus mengerjakan semua pekerjaan Mamih dan kamu tau sendiri disana ada tamu yang membutuhkan ketenangan agar cepat sembuh."

"Sedang alat yang Mamih pakai untuk membuat kue menimbulkan suara bising,jadi Mamih lebih leluasa mengerjakannya di sini."

Tegar menatap wajah Ibunya yang sedang berkonsentrasi dengan pekerjaannya."Mamih tidak sedang berbohong kan?"ucapan Tegar berhasil membuat Dinar menghentikan pekerjaannya kembali.

"Percaya sama Mamih deh,apa yang Mamih lakukan ini untuk kebaikan kita semua.Kamu temani saja Paman Ganesa ya!biarkan Mamih menyelesaikan pekerjaan Mamih dulu."

Tegar mengangguk dan berlalu meniggalkan Dinar yang kembali melanjutkan aktivitas nya,namun baru beberapa langkah anak lelaki itu membalikkan tubuhnya.

"Mih nanti malam bisa kan kita makan bersama?karena Paman Ganesa hari sudah bisa berdiri dan melangkah pelan."

Mendengar itu membuat leher Dinar tercekat,entah apa yang dia pikirkan sampai loyang yang ada di genggamannya terjatuh begitu saja.

Melihat hal itu membuat Tegar bergegas kembali menghampiri Ibunya."Mamih baik-baik saja kan?"ucap Tegar sambil mengambil loyang yang jatuh tak jauh dari kaki Dinar.

"Tentu Mamih baik-baik saja,tadi tangan Mamih tak cukup kuat memegangnya hingga membuat loyangnya terjatuh."Mulut Tegar mengerucut seolah memahami maksud ucapan Dinar.

"Nanti malam mau kan Mih?"lanjut Tegar yang di jawab oleh anggukan dan senyum tipis oleh Dinar.

"Yes"Tegar mengepalkan tangannya dengan wajah senang.Dia berlalu meninggalkan Dinar yang masih berdiri di tempatnya.

Sedang Dinar tengah mengatur pasokan oksigen yang dia hirup karena tadi semua mendadak terasa sesak.

Waktu yang Tegar tunggu-tunggu akhirnya datang juga,makan malam bersama untuk merayakan kemajuan pulihnya Ganesa yang terbilang cepat.

Selama Dinar menyiapkan hidangan makan malam,Ganesa yang tengah di temani Tegar terus memperhatikannya diam-diam.

Sama seperti halnya Dinar,Ganesa juga jadi lebih banyak diam dan canggung saat secara tidak sengaja pandangan mereka bertemu.

Untung saja Tegar tidak terlalu memperhatikan kecanggungan yang terjadi diantara manusia dewasa itu.Selain senang yang ada di pikirannya saat ini adalah lega karena Dinar mau ikut merayakannya.

Tegar membantu Ganesa untuk berdiri,sedang Dinar setelah selesai menyiapkan semua nya dia memilih menunggu di kursi makan.

Matanya sesekali melihat bagai mana anaknya sedang membantu pria tinggi besar itu dengan terus memberikan semangat.

"Ayo Paman pasti bisa,lakukan sedikit lagi!"setelah berhasil berdiri,tubuh Ganesa bersandar di samping lemari.Berdirinya sedikit bergetar dan kini di tambah dia harus maju beberapa langkah ke depan menuju meja makan.

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang