Bab Empatpuluh Empat

3.3K 292 0
                                        

"Berani-beraninya kalian memperlakukan wanitaku seperti ini!"wajah Ganesa menjadi gelap dan urat di tangannya tampak terlihat menegang.

Darah segar terlihat keluar dari hidung pria yang tadi mencekal Dinar,sedang yang lain mundur namun tangan mereka masih mencengkram kuat pada pegangannya.

Buk buk buk

Tak berhenti di situ,Ganesa memberi tendangan telak di wajah orang yang masih bersih keras mencengkram Dinar.Semua ambruk,termasuk yang mencekal Yuni dan Tegar.

Kini Ganesa berpaling pada Desi yang terkesima menyaksikan orang-orang nya yang semua lulus tes kekuatan harus tumbang di tangan satu orang tanpa perlawanan.

Seolah baru terbangun dari mimpi indahnya,wajah Desi mendadak berubah pucat."Dia yang mulai,dari dulu wanita itu memang seperti ini.Selalu membuat onar dan menggangu kehidupan orang lain."Ucapnya penuh pembelaan.

Rahang Ganesa mengeras dan tangannya masih mengepal erat.Tanpa berminat mendengarkan ucapan Desi,dia merangkul Dinar yang sudah di peluk Tegar,rupanya anak laki-laki yang itu langsung menghampiri Ibunya setelah dia terbebas dari cengkraman pengawal tadi.

"Ayo kita pulang!"Ganesa menggandeng Dinar dan Tegar.Yuni berjalan lebih dulu dengan langkah tegas.

"Tunggu Tuan,itu anak saya dan anda tidak berhak membawa dia!"Gunawan yang tadi menyusul Ganesa karena mendengar kegaduhan tak terima ketika menyadari Tegar ikut serta meninggalkan rumah itu.

"Saya memang tidak berhak,tapi wanita ini jauh lebih berhak dari pada anda!"Sahut Ganesa tanpa memalingkan kepalanya.

"Saya akan laporkan anda karena sudah menyerang keluarga kami."Suara Desi kini tak kalah sengit dan mencoba menghentikan langkah mereka.

"Lakukan saja sesuka kalian,saya akan menunggunya dan saya pastikan untuk hadir di setiap panggilan!"

Para pengawal yang sudah bisa berdiri dan pelayan di sana mencoba menahan mereka dengan membuat barisan di dekat pintu.

Ganesa mengangkat bibir atasnya,tatapannya bukan pada para pekerja di sana melainkan ke luar rumah.Gunawan selaku Tuan rumahpun ikut menoleh pada arah pandang Ganesa,pada saat itu juga dia  membeku setelah melihat ada banyak orang berpakaian serba hitam dengan tubuh kekar dan berwajah dingin.Tangan masing-masing memegang senjata tajam dengan berbagai bentuk dan ukuran.

Entah kapan dan dari mana datangnya mereka,karena kehadirannya benar-benar senyap dan tidak di ragukan lagi jumlahnya jauh lebih banyak dari orang yang ada di dalam rumah.

Ganesa menoleh kesamping dan tangannya sudah siap untuk menutupi mata Tegar yang berada di depannya.

"Putuskan sekarang!karena saya sudah tidak bisa menunggu terlalu lama."perintahnya pada pemilik rumah.

Wajah Desi pucat dan dia mengguncang-guncang tangannya pada Gunawan untuk segera menyuruh anak buah mundar.Gunawan menelan berat ludahnya sendiri,dia segera memberi perintah untuk memberi jalan pada Ganesa dan yang lainnya.

"Apa begini cara anda memperlakukan partner kerja sudah lama dan sudah seperti saudara?"cetus Desi tiba-tiba sebelum Ganesa melewati pintu besar itu.

"Pertanyaan itu lebih tepat untuk anda,sayang sekali tangan ini tidak pernah digunakan pada seorang wanita,tapi bila anda terlalu memaksa maka dengan sangat senang hati saya pasti akan mencoba nya."Tegasnya lalu pergi begitu saja dan langsung di ikuti oleh semua anak buahnya dengan tertib sampai tidak banyak suara yang akan mengundang telinga para tetangga di sana.

Gunawan dan Desi duduk lemas di kursi sambil melihat kepergian mereka,tak ada kata yang tepat untuk dapat mewakili perasaan pasangan itu.

Hanya tatapan tajam yang tiba-tiba Gunawan berikan pada istrinya yang sudah acak-acakan."Kenapa kamu hancurkan rencana ku hanya dalam hitungan menit saja?"

"Dia yang mulai,apa aku harus diam saja?"jawab nya sengit.

"Tapi kali ini Dinar tidak sendiri!dan kamu tau persis siapa orang yang ada di sampingnya."Lanjut Gunawan menahan amarahnya.

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang