Bab Empatpuluh Satu

3.3K 251 0
                                    

"Kita akan pergi kemana?tumben main rahasia-rahasia segala."Dinar penasaran dengan ajakan Ganesa yang tiba-tiba.

"Bukan kejutan kalau aku beritahu sekarang,aku harap kali ini kamu akan senang dengan surprise yang akan aku berikan."

"Mmhh...kalau dilihat dari raut wajahmu,sepertinya malah lebih antusias yang akan memberi kejutan."Dinar tersenyum sambil mengetuk pipi kanannya.

Ganesa mengangkat bahu dan terus tersenyum mendengar pernyataan Dinar.Tak berapa lama mereka sampai di sebuah rumah berlantai dua,Setelah Ganesa memarkirkan mobilnya,dia lalu membawa Dinar untuk menemaninya menemui pemilik rumah itu.

"Rumah siapa ini?dan siapa yang ingin kita temui?"Dinar menyambut uluran tangan Ganesa dengan terus melontarkan pertanyaan pada pria yang kini sudah merangkulnya erat.

"Nanti kamu akan tau."Bisiknya dengan sedikit mencium belakang telinga istrinya lalu merangkul pinggang ramping wanita itu.

"Selamat datang Tuan dan Nyonya,silahkan masuk."Sambut salah satu pegawai laki-laki berseragam scurity disana.

Setelah memasuki ruang utama,wajah Dinar yang tadi tenang tiba-tiba menegang.Pegangan tangannya semakin kencang hingga kuku-kuku jarinya meninggalkan bekas di lengan Ganesa.

Rupanya ketegangan itu tidak di rasakan oleh Dinar seorang,karena pemilik rumah itu pun tak kalah tegang hingga mata mereka terbuka sempurna.

Lain halnya dengan Ganesa yang terlihat tenang malah sibuk mengelus punggung istrinya."Apa kabar Tuan Gunawan?saya harap anda dan keluarga selalu mendapatkan hal terbaik."

Mendengar ucapan Ganesa,wajah Tuan rumah yang tadi kaku perlahan tersenyum walau terlihat dipaksakan."Kabar kami baik dan semoga andapun dalam keadaan yang sama.Terima kasih sudah mau mampir ke rumah kami Tuan."Ucap Gunawan dengan sedikit terbata.

Suasana tegang tidak bisa di hindari ketika mata Dinar menatap pasangan suami istri didepannya.

"Mmhh...apakah kita akan tetap berdiri?"ucapan Ganesa membuat pemilik rumah harus berusaha menyembunyikan keterkejutannya.

"O maaf Tuan Ganesa...silahkan duduk dan buatlah diri anda senyaman mungkin di rumah kami.Rupanya kesendirian anda selama ini membuat kami lupa bahwa sekarang anda telah beristri"Ucap Gunawan canggung.

Ganesa menyunggingkan senyumnya,dia duduk di kursi sebelah Dinar yang diam dengan wajah merah padam.

Desi yang tidak henti memberikan tatapan benci pada Dinar,terpaksa harus bisa mengendalikan amarahnya di depan Ganesa yang selama ini mereka segani.Hampir semua perusahaannya mendapat dukungan penuh dari Ganesa dan itu berlangsung sudah cukup lama.

Setelah mereka sama-sama telah duduk,Desi segera menyuruh beberapa pelayan disana menyajikan jamuan nya.

Dalam dunia bisnis Ganesa terkenal dengan kepiawan nya dalam menggunakan setiap kesempatan.Namun siapapun pasti tau sisi lain Ganesa yang terkenal misterius menghadapi orang-orang yang mencoba bermain api dengannya.

Termasuk saudara sepupu Desi yang dulu pernah berusaha mencelakakan Ganesa yang merupakan saingan terberatnya.
Alhasil sekarang dia di penjara dalam waktu yang lama.Kekayaan beserta keluarganya ikut hancur tidak tersisa.

"Mari kita mulai membahas hal yang selama ini ingin anda diskusikan dengan saya Tuan Gunawan."Ganesa menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi,tangannya tak lepas menggenggam jemari Dinar yang berkeringat.

"Maaf sebelumnya tapi kita perlu bicara empat mata saja,karena bagaimanapun ada hal-hal pribadi yang hanya di pahami oleh kita kaum laki-laki saja."

Ganesa menautkan kedua alisnya,tak lama dia tersenyum lalu mengetuk-ngetuk ujung jarinya pada ujung kursi yang tengah dia duduki.

Sebelum dia mengucapkan sesuatu,terlebih dahulu Gunawan melanjutkan ucapan yang dia harap bisa membuat tamu di hadapannya merasa nyaman.

"Istri saya akan menemani istri anda di sini,sekalian mengajaknya berkeliling sekedar melihat-lihat setiap sudut rumah keluarga kami.Dan saya harap untuk kedepannya mereka bisa lebih akrab."Ucapan Gunawan mampu membuat mata Dinar dan Desi mendelik tajam.

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang