Bab Empatpuluh

3.4K 266 0
                                    

Tiga minggu berlalu,dan selama itu Dinar tidak pernah bertemu dengan suaminya.Ganesa selalu pulang larut bahkan beberapa kali dia tidak pulang karena pekerjaan.

Mereka hanya bertukar pesan seperlunya,tadinya Dinar berencana akan mengajak Ganesa makan malam namun ternyata tidak bisa karena suaminya harus ke luar negeri mengurus cabang perusahaannya yang ada sedikit kendala.

Kini wanita itu tengah menyendiri dalam gelap,setelah Yuni dan semua para pekerja pulang dia sengaja mematikan semua lampu apartemen.
Hatinya benar-benar sepi,selain kerinduan pada Tegar yang tak kunjung reda,kini orang yang mengisi kekosongan hatinya seakan menjauh.

Air matanya sukar untuk ditahan lagi,dia menangis dengan kedua tangan menutupi wajahnya.Dia tidak tau apa yang harus dilakukan untuk mengahadapi perasaan hampa yang kini menyerang.

Hingga tanpa dia sadari Ganesa datang dan kini tengah menghampirinya dengan langkah besar."Apa yang terjadi sampai kamu menangis seperti ini?"ucap Ganesa dan langsung merangkul Dinar yang masih menutup wajah dengan kedua tangannya

Setelah menyadari siapa yang tengah memeluknya,tanpa pikir panjang Dinar mengigit bahu Ganesa.Tidak ada perlawanan atau pun suara kesakitan yang Ganesa  hanya diam dengan tangan terus mengelus lembut kepala istrinya.

"Kenapa kembali?tinggalkan aku sendiri dan berhentilah berpura-pura baik."Teriaknya tiba-tiba setelah puas mengigit Ganesa.

"Kamu merindukan aku?"pertanyaan Ganesa kontan membuat Dinar menangis semakin kencang.Pria itu semakin mengeratkan pelukannya,dia terus mencium kepala istrinya yang beberapa minggu ini mampu membuat hatinya sesak karena menahan rindu.

Tangisan wanita yang sedang mencengkram erat kemeja pria yang tengah memeluknya sudah mereda,kemeja yang Ganesa gunakan sudah basah oleh air mata dan keringat istrinya."Aku sangat rindu istriku,dan tolong jawab apakah kamu juga merindukan aku?"suara Ganesa lebih pelan seperti bisikan matanya menatap dalam mata indah istrinya yang sembab.

Dinar membalas tatapan lembut itu dan menjawab dengan sebuah anggukan.'Tapi tolong longgarkan pelukannya sebelum aku kehabisan napas."Ucapan Dinar sontak membuat Ganesa menuruti nya namun detik berikutnya tubuh Dinar sudah ada di atas pangkuan Ganesa.

"Maafkan aku sayang,ku pikir dengan aku menjauh akan membuat hati istriku ini menjadi tenang."Jelas Ganesa tanpa mengurangi jumlah ciuman kecil di seluruh wajah istrinya.

"Aku juga minta maaf,karena Sudah menggigitmu.Tapi kenapa kamu tidak menghentikannya?"tanya Dinar dengan menatap bekas gigitannya di bahu Ganesa.

"Kalau itu membuat kamu senang,kenapa aku harus menghentikannya."Jawabnya ringan.

Dan itu membuat Dinar semakin merasa bersalah."Maaf,aku tidak tau akan seperti ini."Ucapnya penuh penyesalan.

"Berhentilah meminta maaf karena aku tidak apa-apa.Sebaiknya sekarang temani aku makan malam,karena aku tidak bisa melakukan apa-apa sejak lampu di tempat ini mati semua dan kamu mengurung diri di kamar."

"Dari mana kamu tau keadaanku?padahal selama ini kamu sibuk dengan pekerjaan."

"Apa gunanya aku pasang cctv di setiap sudut rumah ini,kalau tidak bisa melihat apa yang istri ku kerjakan."

"Jadi selama ini kamu melihat semua yang aku lakukan? jangan-jangan gemar mengintip ya?"Dinar menautkan kedua alisnya dengan mata memicing.

Ganesa tertawa dan terus menyerang Dinar dengan ciuman lembutnya."Salahnya dimana ngintip istri sendiri,lagipula hanya ingin memastikan istriku ini baik-baik saja."Ganesa membela diri dengan tangan yang kini mencubit hidung Dinar.

"Alasan yang bisa di terima dan terima kasih sudah repot-repot mau ngintip aku."Jawaban Dinar ternyata mampu membuat hati Ganesa menghangat karena cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang