Bab Tujuhbelas

3.6K 339 3
                                    

Walau sayup-sayup,Ganesa bisa mendengar ucapan dan sentuhan tangan kecil yang selama ini sudah menghangatkan hatinya.

Mereka tengah menikmati makan siang, dari pertama kali duduk sampai makanannya sisa setengah Tegar tidak berhenti menatap wajah pria yang berada di sampingnya.

"Apa ada yang aneh dengan wajah Paman?"pertanyaan Ganesa membuat Tegar tersenyum lalu meminum air putih yang ada di atas meja.

"Masakan Paman enak!"Ganesa yang telah menghabiskan makanan nya lebih dulu menyatukan kedua tangannya di atas meja dan menatap ke arah Tegar.

"Tidak seenak masakan Mamih kamu pastinya dan Paman hanya melakukannya semampunya saja."

Tegar mengangguk setuju dan dia melanjutkan acara makannya yang tinggal sedikit lagi.Sedang Dinar dari pertama datang sampai selesai makan tidak bersuara sedikit pun dia sibuk dengan semua yang ada di pikirannya.

Ganesa bukannya tidak menyadari perubahan sikap wanita yang ada di hadapannya tapi dia bingung harus memulai dari mana untuk membuka pembicaraan.

Setelah Dinar membereskan meja makan,dia segera ke dapur untuk mencuci piring kotor."Biar saya yang mencucinya."Tiba-tiba Ganesa sudah ada di belakang tubuh Dinar dan mengambil alih spon yang ada di genggaman tangan wanita itu.

"Tangan saya sudah lebih baik,jadi anda tidak usah repot untuk membantu saya mengerjakan semua."Ganesa tersenyum tipis dan membalikkan tubuhnya hingga wajah mereka kini saling berhadapan,Dinar mundur satu langkah untuk memberi jarak agar tidak terlalu dekat.

"Saya tidak yakin bisa membalas semua kebaikan yang sudah saya terima di rumah ini tapi saya akan berusaha untuk tidak menambah beban terlalu banyak pada anda."

"Kalau begitu fokus lah pada pemulihan ...."

"Saya tau apa yang terjadi di luar sana,"potong Ganesa dengan pandangan lurus kepada wanita yang sudah membuat hatinya selama ini baik-baik saja kini harus merasakannya gelisah namun memabukkan pikirannya.

"Untuk kenyamanan kalian saya akan segera pergi dari sini."Ganesa menunduk dan mengepalkan tangannya.Tapi sebelum itu saya mohon sedikit waktu agar bisa berbicara dengan Tegar."

Ada apa dengan hati Dinar yang tiba-tiba kosong setelah mendengar setiap kata yang keluar dari bibir pria yang selama ini di anggap sudah cukup merepotkan.

Bukankah dia memang sangat menginginkan kepergian Ganesa?tidak mau terbuai terlalu jauh sebuah anggukan dan senyum terbit di wajah Dinar yang tadi datar.

"Ada satu lagi permintaan yang ingin saya sampaikan."

Dinar mengerenyitkan dahinya menunggu kata apa yang akan jadi permintaan tamunya itu.

"Suatu hari saya akan kembali untuk menemui kalian."

"Maksud anda??"

"Kalian membuat saya tau akan hikmah di balik semua peristiwa yang terjadi selama ini."

"Saya semakin tidak mengerti arah pembicaraan anda Tuan."

Ganesa melangkah hingga tak ada lagi jarak diantara mereka"tentu saja saya akan kembali ke rumah yang di dalamnya ada dua manusia yang sudah memberikan semua yang saya inginkan selama ini."

Tiba-tiba sebuah kecupan mendarat di kening Dinar yang masih mencerna setiap kata yang Ganesa ucapkan dan kedua tangan besar itu memeluk tubuh wanita yang mematung di tempatnya.

Wajah Dinar semakin kaku seperti kanebo kering,rasanya dia ingin menghilang dari hadapan pria yang sudah mengacaukan hatinya.

"Dinar...mulai saat ini panggil saya Ganesa!"

Tidak mengerti dengan perasaan yang membuat perutnya mendadak di penuhi kupu-kupu,Dinar melerai pelukan Ganesa.Dia tidak berani memandang atau pun menjawab ucapan pria pemilik mata legam di hadapannya.

Ganesa meraih jemari Dinar yang dingin,"maaf sudah membuat anda tidak nyaman tapi..."

Sebelum Ganesa meneruskan ucapannya,Dinar segera berlalu dengan perasaan asing yang baru dia rasakan.

Walau dia pernah menikah bahkan memiliki seorang anak namun dalam pernikahannya dulu dia tidak pernah merasakan sesuatu yang membuat jatungnya bertalu-talu.

Menikah dengan pria beristri yang belum memiliki keturunan untuk membayar hutang keluarga yang sudah membesarkannya membuat Dinar rela berhenti dari bangku kuliahnya.

Setelah dinyatakan hamil semua penderitaannya kian bertambah setiap hari,istri pertama yang awalnya merestui pernikahan itu tiba-tiba berubah secara tidak manusiawi.

Semua fasilitas yang di janjikan dan uang nafkah yang biasanya dia terima,semuanya di hentikan.Tidak sampai di situ bahkan di saat dia melahirkan tak ada satu orang pun dari keluarga yang sudah menjerumuskannya dalam lubang derita datang untuk menemani.

Beruntung bidan yang menolong persalinannya dapat menyelamatkan bayi yang di beri nama Tegar Saputra dari tangan istri pertama yang tiba-tiba hadir untuk merebut di saat Dinar kelelahan.

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang