Bab Limabelas

3.8K 289 1
                                    

Pagi ini Dinar bangun kesiangan,seluruh tubuhnya terasa kaku sedang tangan kirinya terkilir karena semalam tertindih tubuh besar Ganesa dan dia baru merasakannya setelah bangun tidur tadi.

Beruntung Tegar tidak terlambat untuk masuk sekolah,Dinar belum sempat mengerjakan apa-apa selain menyiapkan kepentingan sekolah anaknya.

Hal kedua setelah mengurus keperluan Tegar dia pergi ke warung untuk belanja keperluan hari-hari yang berada tak jauh dari rumah sekalian mengantar anaknya berangkat sekolah.

Sesampainya di rumah Dinar melihat Ganesa setengah telanjang keluar dari kamar mandi,dia hanya menggunakan handuk untuk menutupi tubuhnya.Dia tengah berjalan perlahan mengimbangi langkah nya agar tidak terjatuh.Pandangan merekapun beradu,keduanya kembali di landa canggung,sama-sama terdiam di posisi masing-masing.

"Maaf nyonya baju saya terjatuh di kamar mandi."Dia segera memutuskan kontak matanya dan kembali melanjutkan perjuangannya untuk bisa sampai ke kursi makan.

Dinar memutar bola matanya dan memilih masuk ke dalam kamar mengambil baju ganti seadanya untuk Ganesa,untung saja dia masih menyimpan beberapa kaos dan celana pendek.Walau semasa gadis tubuh Dinar jauh dari kata kurus tapi tetap saja baju itu masih kekecilan saat di pakai tamunya itu.

"Pakai ini!"Dinar menaruh pakaian ganti di atas meja makan dekat Ganesa duduk.Dia sempat memperhatikan luka-luka di tubuh Ganesa Sudah mengering dan semua lebam yang dulu banyak menghiasi tubuh besar itu kini berangsur menghilang.

"Saya tidak tau apa yang telah terjadi pada anda tapi bila sudah lebih baik ada baiknya ke rumah sakit untuk cek kesehatan anda secara keseluruhan."

"Mhhhh"

Ganesa hanya mendeham menjawab saran Dinar dan memakai bajunya,sedang Dinar berlalu ke dapur untuk memulai memasak.

"Apa yang bisa saya bantu?"tiba-tiba Ganesa sudah berdiri di dekat pintu dapur dan Dinar sedikit terkejut karena ini pertama kalinya tamunya itu menghampirinya di saat dia menyelesaikan pekerjaan nya.

"Anda kembali saja ke depan,saya bisa menyelesaikan semua pekerjaan ini."Ganesa menatap wajah Dinar yang tengah menunduk membersihkan sayuran.

"Tangan anda terkilir gara-gara saya,jadi biarkan saya membantu sedikit pekerjaan anda."Ganesa mengambil sayuran yang ada di tangan Dinar.

"Walau masakan saya tidak seenak buatan anda tapi selama tangan anda belum membaik,biarkan saya membantu Anda nyonya."

Dinar tertegun,ingin tertawa tapi takut Ganesa tersinggung.Dia berpikir masakan apa yang bisa di buat Ganesa dengan bahan-bahan seadanya di tambah tubuh Ganesa yang lebih cocok jadi atlet smackdwon itu harus berada di dapur memegang sayuran membuat Dinar menutup mulut menahan geli.

Ganesa menyadari apa yang sedang di rasakan Dinar tapi dia memilih diam dan tidak memperdulikannya.Dengan langkah kaki yang masih sedikit pincang Ganesa mendorong tubuh Dinar untuk segera meninggalkan dapur.

"Istirahat saja dulu nyonya,biar hari ini dapur menjadi urusan saya!"Dinar menyerah,dia memilih pergi ke tukang pijat untuk memulihkan tangannya dan membiarkan Ganesa bergulat bersama masakan.

Sepeninggalan pemilik rumah,Ganesa memperhatikan bahan-bahan yang ada.Dia sempat bingung menu apa yang akan di buat.Bukan karena dia tidak bisa memasak,jauh sebelum bertemu dengan Dinar dan Tegar pria itu selalu meluangkan waktu untuk memasak sendiri daripada membeli di luar karena setelah kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan dia harus mengurus adik perempuannya setiap hari.

Tak ingin membuang waktu,Ganesa memutuskan untuk membuat capcay dan ikan goreng walau capcay yang dia buat kekurangan beberapa jenis sayuran.

"Apa yang Paman lakukan?"Tegar sudah ada di depan pintu dapur dan menatap horor pria itu,tangannya mengisyaratkan untuk bersalaman.Ganesa tersenyum dan melepaskan wajan yang tengah dia pegang lalu menyambut tangan kecil itu.

"Paman sedang belajar memasak."Tegar mengerenyitkan keningnya dan dia tidak melihat sosok Dinar semenjak dia datang.

"Biasanya kamu kalau pulang sekolah selalu mengucapkan salam tapi kenapa hari ini Paman tidak mendengarnya?"Tegar memajukan mulutnya.

"Aku sudah mengucapkan salam sebanyak tiga kali tapi tidak ada jawaban jadi aku langsung masuk saja,rupanya Paman sedang di sini."

"Paman...Mamih kemana?dari tadi aku tidak melihatnya."

"Mamih kamu sedang pergi ke tukang pijat,karena tangannya sedikit terkilir "

"Kok bisa terkilir?Apa Mamih terjatuh Paman?"raut wajah Tegar mendadak khawatir.

"Maafkan Paman,Mamih kamu terkilir saat menolong."Ucap Ganesa lirih dan menundukkan kepala,tanpa bicara Tegar mengusap lengan pria di hadapannya dan berlalu untuk mencari dan memastikan sendiri keadaan Ibunya.

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang