Bab Duapuluh Dua

3.9K 311 2
                                    

Dinar meraih tas selempang yang di gantungkan di balik pintu,dan mengeluarkan hp jadul yang sedang menyala."Siapa Mih yang telepon malam-malam begini?"

Dinar tak segera menjawab pertanyaan Tegar,dia memilih berbicara pada orang yang tengah menghubunginya.Tak lama Dinar menyimpan benda pipih itu di atas nakas dan ikut merebahkan tubuhnya di samping Tegar.

"Yang tadi itu Mbak Wati dan Mang Diman,orang yang akan membantu pekerjaan Mamih selama di sini.Mereka masih kerabat jauhnya Pak RT Romli."

Tegar membulatkan bibirnya sebagai jawaban penjelasan Dinar tadi.Tak berapa lama merekapun terlelap memasuki dunia mimpi masing-masing.

"Mang saya nitip Tegar ya,tadinya mau di bangunin tapi tidur nya pules banget."

"Tenang saja,Mang Diman pasti jagain anakmu.Mungkin Tegar kecapean setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh kemarin Din."

"Iya sepertinya begitu,"Dinar mengangguk dan menoleh ke arah Wati yang sedang berdiri di samping kirinya.

"Sudah siapkan Mbak?"

"Sudah dong"

"Ayo kita berangkat sekarang!"

Wati mengangguk dan berpamitan pada Diman suaminya.Untung saja Dinar terbiasa bangun sebelum subuh,jadi pas tadi pasangan suami istri itu datang dia jadi tidak perlu membuat mereka menunggu membukakan pintu

Walau baru mengenal pasangan suami istri itu tapi Dinar seperti sudah mengenal lama.Selain ramah Diman dan Wati juga mampu membuat Dinar seperti menemukan keluarga baru.

Satu jam kemudian, Tegar bangun dan sedikit bingung dengan suasana kamar barunya,Baru setelah beberapa saat dia baru bisa mengingatnya.

Di lihatnya jam dinding yang menunjukkan pukul setengah enam,sedikit tergesa-gesa dia membersihkan diri dan langsung menuruni tangga untuk mencari keberadaan Ibunya.

Semua sudut ruangan sudah dia jelajahi namun tidak menemukan sosok yang dia cari,kemudian dia membuka pintu utama dan mendapati seorang laki-laki yang tengah menyapu halaman depan yang nantinya akan di jadikan tempat parkir.

"Permisi Pak,perkenalkan nama saya Tegar.Apa Bapak melihat Mamih saya?"

Mang Diman segera tersenyum dan meletakan sapu yang tadi berada di tangan kanannya."Nama saya Diman,kamu bisa panggil Mang Diman dan tadi pagi ibu mu pergi ke pasar di temani Wati istri saya."Jelas Diman sambil menyambut uluran tangan Tegar.

"Kira-kira pulangnya kapan ya Mang?"tanya Tegar dengan wajah cemasnya.

Diman meraih tangan Tegar dan membawanya ke kursi panjang yang berada di bawah pohon di samping kanan.

"Mang Diman juga tidak tau tapi sebaiknya kamu tunggu di sini saja sambil temenin saya beresin tempat ini.Nanti kalau sudah selesai kita cari sarapan sama-sama."Diman melihat tatapan cemas di wajah Tegar sedikit berkurang.

Tegar mengangguk dan tersenyum mematuhi ucapan Diman."Apa yang bisa saya kerjakan agar bisa membantu pekerjaan Mang Diman?"

"Kamu cukup duduk manis saja di sini,perkejaan saya sebentar lagi selesai kok."

Tegar berdiri dan meraih sapu lidi yang tadi tergeletak di atas rumput yang baru di potong."Mang Diman bisa terus melanjutkan memotong rumputnya,saya yang menyapu.Biar pekerjaannya cepat selesai."

Diman tersenyum dan mengusap rambut Tegar."Anak baik,terserah kamu saja tapi kalau sudah cape kamu bisa kembali duduk dan cukup temani saya saja."

Tegar mengangguk menyetujui ucapan Diman segera menggerakkan sapu lidi yang sudah berada di tangannya.

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang