Tiga tahun berlalu,kini Ibu dan anak itu tengah membereskan barang-barang nya kedalam kardus besar.Walau masih dilingkungan yang sama tapi setelah kepergian Ganesa mereka sudah beberapa kali pindah rumah.
Kehidupan nya tidak setenang dulu,selalu ada orang yang terus mendatanginya dan menanyakan keberadaan Ganesa.Bahkan tidak sedikit yang memaksa masuk tanpa ijin hanya karena tidak mempercayai keterangan Dinar,sampai rumahnya seperti selalu di awasi oleh sekelompok orang-orang tak di kenal.
Sebuah tawaran kerja sama datang dari istri Pak RT Romli,beliau menawarkan Dinar untuk mengelola toko kue yang baru di bukanya di suatu daerah yang cukup jauh dari tempatnya sekarang.
Awalnya Dinar menolak dan tak ingin membuat anaknya bersedih karena meninggalkan tempat itu,tapi setelah mengalami kejadian demi kejadian akhirnya Tegar yang meminta Dinar menerima tawaran itu.
Jakarta,itulah kota yang akan menjadi tujuan mereka.Dinar sebenarnya enggan kembali ke kota itu tapi di dalam hatinya dia berharap agar semua masa lalu yang dia tinggal kan tidak akan lagi mengusik hidupnya.
Sepuluh tahun adalah waktu yang cukup untuk Dinar menguatkan mentalnya untuk menginjakan kakinya di kota yang banyak menorehkan luka.Di sinilah dia sekarang dengan anak lelaki yang sejak tadi tak melepaskan genggaman tangannya.
"Bantu Mamih membereskan ruangan ini dulu,setelah itu kamu bisa istirahat!"titah nya pada Tegar yang di sahuti oleh anggukan cepat.
Bangunan yang cukup luas untuk mereka tinggali sekarang jauh lebih baik dari tempat-tempat sebelumnya.Lantai atas mereka gunakan untuk tempat tinggal sedang lantai bawah di gunakan untuk menjual berbagai macam kue buatan Dinar.
"Mih tadi lihat tv besar yang ada di pusat kota tidak?"
"Tidak,memangnya kenapa?'
Tanpa menoleh Dinar menjawab seadanya,sedang Tegar mengepel lantai yang sudah di sapu oleh Dinar sebelumnya."Tadi aku melihat orang yang mirip Paman Ganesa sedang berbicara kepada para wartawan tapi sayang sekali aku tidak bisa mendengar apa yang di bicarakan."
Dinar yang mendengar ucapan anaknya hanya tersenyum miring dan menggelengkan kepalanya."Mamih dengerin aku kan?"
"Mmm"Dinar menjawab tanpa membuka mulut nya dan enggan membahas lebih lanjut tentang orang yang Tegar maksud.
Melihat itu membuat Tegar menghentikan aktivitas nya dan menatap Ibunya yang tengah mengelap lemari."Kenapa Mamih selalu menghindar setiap aku bicara soal Paman?"
Dinar membalas tatapan tegar dan menarik napas panjang."Apa kamu tidak bosan? hampir setiap hari membicarakan orang hanya mampir beberapa waktu di kehidupan kita dulu?"
"Dia hanya orang lain yang tidak perlu kamu ingat-ingat kembali.Dia juga pasti sudah melakukan kita sejak pertama dia meninggalkan rumah dulu."
"Sekarang fokus saja dengan cita-cita kamu dan berhenti membicarakannya!"
"Tapi Mih...."sebelum Tegar melanjutkan ucapannya,terlebih dahulu Dinar menutup mulut dengan jari telunjuknya.
"Selesaikan pekerjaanmu,"lanjutnya dengan mengangkat pelan kepalanya.Tegar menghela napas pasrah dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Setelah selesai dengan pekerjaannya, mereka memutuskan untuk berkeliling mengenal lingkungan baru sambil mencari makan malam.
"Disini tukang jualan apa saja ada ya Mih?kita tidak perlu repot-repot keliling kampung untuk membeli kebutuhan sehari-hari."
"Tentu saja asal banyak uang,di sini mau apa saja gampang di dapat."Sahut Dinar seadanya.
"Pasti lebih boros ya Mih?"
Dinar mengangguk dan mengusap pelan kepala Tegar."Di manapun kita tinggal,tidak boleh lupa akan hidup sederhana dan tetap bekerja keras untuk mencapai cita-cita kita."
Tegar mengangguk dan menggenggam erat jari Ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semu
ChickLitBertahan dalam pelarian bukanlah hal mudah,apalagi harus membawa bayi yang baru seminggu dilahirkan. Suami yang seharusnya menjaga dan menyayangi hanya tinggal impian saja.Dinar wanita 27 tahun yang berparas ayu itu kini telah menjelma menjadi wanit...