Tegar bertemu Ibunya yang sedang berbincang dengan Ratna pemilik es kelapa di dekat lapangan bola,mereka tengah membicarakan empat orang asing yang baru saja mampir di tempat itu dan menanyakan seseorang yang ada di dalam sebuah foto.
"Akhir-akhir ini kampung kita jadi sering kedatangan orang-orang asing seperti mereka."Tegas Ratna pada Dinar yang baru saja memesan tiga bungkus es kelapa.Mobil yang di tumpangi orang-orang tak di kenal itu pun masih terlihat,mereka berhenti di warung sembako yang tak jauh dari tempat Dinar berdiri.
"Memangnya siapa yang mereka cari mbak Rat?"melihat penampilan keempat orang itu membuat Dinar penasaran dengan apa yang mereka cari.
"Seorang laki-laki bernama Ganesa,katanya sih dia menghilang sudah hampir satu bulan setengah yang lalu dan kalau di lihat dari foto yang mereka bawa tadi sepertinya orang yang mereka cari itu adalah atasan mereka.
Ratna memasukkan pesanan Dinar ke dalam plastik hitam lalu menerima uang yang Dinar sodorkan."Sebelum ini pun beberapa kali ada orang yang menanyakan hal serupa,hanya saja dari semua yang datang baru kali ini yang menjelaskan identitas orang yang di carinya."
Tegar yang dari tadi berdiri di samping Ibunya ikut melihat keempat orang itu yang kini sudah pergi dari warung sembako yang tadi mereka datangi.Karena panik mendadak dia kesulitan menelan ludahnya sendiri dan tangan nya menarik-narik ujung baju Dinar.
Melihat wajah Tegar yang kikuk Dinar segera berpamitan dengan Ratna dan menuntun anaknya untuk pulang."Terima kasih ya mbak Dinar dan hati-hati kalau ada tamu yang mencurigakan mending tidak usah di bukain pintu."Ucap Ratna dengan logat jawanya.
Dinar mengangguk dan segera kembali ke rumahnya."Katanya tangan Mamih terkilir,"Tegar memperhatikan Dinar dari ujung rambut sampai ujung kaki."
"Sudah di urut dan kamu bisa lihat sendiri sekarang sudah tidak apa-apa."Dinar memperlihatkan tangan nya yang masih mengkilap oleh minyak urut.
"Alhamdulillah,"Tegar memeluk Dinar dan membuat wanita itu berhenti berjalan dan membalas pelukan anaknya.
"Yang tadi itu siapa Mih?"Tegar melepas pelukannya dan menatap lurus wajah Dinar.
"Mamih juga tidak tau tapi kita tau siapa yang mereka cari."Dinar menarik Tegar untuk duduk di pos ronda yang kebetulan sepi.
"Apa yang harus kita lakukan Mih?"Tegar duduk di samping Dinar dan matanya menatap ke kanan dan ke kiri seolah-olah memastikan tidak ada orang yang mendengar pembicaraan mereka.
"Berdoa,agar tamu kita itu cepat pulih dan segera meninggalkan rumah."Sahutnya sambil mengusap bahu Tegar
"Sepertinya Paman bukan orang jahat ya Mih tapi kenapa ada orang yang tega melukainya dan kini banyak orang yang mencari keberadaannya."
"Kita tidak pernah bisa menilai orang yang baru di kenal,kadang orang yang sudah lama kenal pun bisa saja mengecewakan sampai bahkan berbuat jahat dan tidak memperdulikan perasaan orang lain."
"Tapi Mih walau pun pertama kali aku takut melihat Paman, lama-lama aku mulai menyukainya karena aku seperti memiliki seorang teman baru atau bahkan lebih nyaman dari itu."
"Maksud kamu?"Dinar mengerenyitkan dahinya dan tidak memahami maksud ucapan Tegar.
"Ya mungkin kalau aku punya Papih,akan sama rasanya seperti ini."Mata Dinar mendadak membulat.
"Husstt...kamu tidak boleh bicara sembarangan dan memiliki perasaan itu,ingat ya kita sudah bahagia hidup berdua dan jangan sekali-sekali kamu berpikir ke arah sana,karena dia hanya tamu dan suatu hari akan pergi jauh"
Tegar mengangguk,walau di dalam hatinya ada banyak pertanyaan yang ingin di sampaikan tapi dia memilih untuk diam dan tak ingin menambah beban pada Ibunya.
Sesampainya di rumah,Tegar melihat Ganesa sedang tertidur pulas,di atas meja makan sudah tersedia makanan yang masih mengepul.Peralatan masak pun Sudah bersih dan berada di tempat seharusnya.
Sepertinya selama ini Ganesa banyak mempelajari kebiasaan yang Dinar lakukan jadi dia tidak menemukan kesulitan saat waktunya di habiskan di dapur rumah kecil itu.
Tegar melihat wajah Ganesa lamat-lamat,dia menyentuh rahang tegas pria di hadapannya."Cepat sembuh ya Paman dan terima kasih untuk hari ini karena sudah membantu Mamih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Semu
ChickLitBertahan dalam pelarian bukanlah hal mudah,apalagi harus membawa bayi yang baru seminggu dilahirkan. Suami yang seharusnya menjaga dan menyayangi hanya tinggal impian saja.Dinar wanita 27 tahun yang berparas ayu itu kini telah menjelma menjadi wanit...