Bab Duapuluh tujuh

3.8K 305 3
                                    

Perasaan Dinar berkecamuk,dia tidak tau harus mengatakan apa pada orang di hadapannya.Namun yang pasti dia ingin Tegar ada di sini,sekarang juga.

"Jangan khawatir,aku tau siapa mereka dan aku sudah tau ke mana mereka membawa Tegar."Ucapan Ganesa mampu membuat mata Dinar memancarkan setitik harapan.

"Enggak lagi berusaha menghibur kan?"

Ganesa menggeleng,lalu mengusap sisa air mata di pipi Dinar."Jangan menangis lagi,kita pasti menemukannya."

Dinar diam,tidak mengiyakan atau membantahnya karena banyak keraguan dan kesedihan yang dia rasakan.

"Maaf Tuan,apa yang bisa kami bantu sekarang?"tanya Diman yang tengah bersiap-siap membersihan toko.

"Untuk sementara tokonya tutup dulu,karena melihat kondisinya sekarang Dinar tidak akan bisa fokus menyelesaikan pekerjaannya."

"Kalian bisa tetap tinggal di sini untuk menemani Dinar,anak buah saya akan berjaga-jaga di sekitar sini untuk menghindari hal yang tidak di inginkan."

Diman dan Wati mengangguk menuruti perintah Ganesa.Sedang Dinar kini menatap pria yang tidak memberi instruksi apa-apa padanya.

"Lalu apa yang harus aku lakukan?karena aku bisa gila jika hanya diam tanpa melakukan apa-apa."Ucapnya dengan nada sedikit tinggi.

Ganesa membalas tatapan Dinar,"kita tidak bisa gegabah,karena Tegar kini berada dengan Ayah kandung yang sah.Kamu tenang saja karena dia akan baik-baik saja untuk sementara ini."

Dinar menggeleng dan menatap tajam Ganesa."Tapi aku Ibunya dan dia hanya kebetulan saja menjadi Ayahnya."

"Apa kamu lupa?Dia terlahir dalam sebuah perkawinan yang sah dan itu tidak bisa kamu hindari.Selama sepuluh tahun ini Gunawan Prakasa memang mencari keberadaan anak nya."

Mata Dinar membulat,"Apa kamu mengenal mereka?"

Ganesa mengangguk dan sejenak memejamkan matanya."Aku tidak tau bahwa yang mereka cari adalah kalian,jika aku tau dari dulu mungkin ceritanya tidak akan serumit sekarang."

"Apa maksudmu?"Dinar tidak memahami maksud dari ucapan pria di hadapannya.

"Nanti aku ceritakan,sekarang istirahat saja dulu karena aku harus mengurus beberapa pekerjaan penting."Ucapnya pelan.

"Tidak,aku harus ikut denganmu.Dan menemukan anak ku secepat nya."Ucapnya sambil berdiri lebih dulu.

"Nanti ada saatnya kamu memang harus ikut dengan ku,tapi nanti bukan sekarang.Karena aku harus memastikan segala sesuatunya."

Mata Dinar kembali menangis,dia meminta Ganesa untuk membawanya ke manapun asalkan tidak diam di tempat itu tanpa melakukan apa-apa.

Akhirnya diapun menyetujui keinginan Dinar,dan menyuruh Diman dan Wati untuk tetap berada di sana.

"Hati-hati ya Mbak,hubungi kami secepatnya kalau sudah ketemu sama Nak Tegar."Pesan Wati sebelum Dinar masuk ke dalam mobil Ganesa."

"Tentu saja Bi,doakan saya ya."Ucap Dinar lalu naik ke kursi penumpang bagian belakang dan menutup pintu mobil tersebut.Di sampingnya sudah ada Ganesa dan setelah itu mobil yang di kendarai Agus pun melaju dengan kecepatan sedang.

"Makan dulu ya?"tanya Ganesa pada Dinar yang dari tadi hanya melihat ke luar jendela.

Dinar menggeleng dan kembali melihat ke luar,"Tapi aku lapar,mau kan temani aku makan?"

Dinar menatap Ganesa dan mengangguk.Ganesa tersenyum lihat jawaban Dinar walau tidak ada satu katapun keluar dari mulutnya.

"Aku kangen kamu,sampai rasanya mau mati."Tiba-tiba Ganesa menatap dalam Dinar yang kini di buat tidak nyaman.

"Maaf aku harus mengatakannya sekarang,karena aku tak ingin kehilangan kesempatan untuk mengatakannya."

Dinar semakin tidak mengerti dengan semua ucapan Ganesa,dia pikir Ganesa akan meralat ucapannya namun yang terjadi selanjutnya Ganesa malah mencium kening Dinar.

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang