Bab Duapuluh Enam

3.8K 326 0
                                        

Wati menyusul Dinar,dia merangkul bahu wanita yang tengah menangis dengan tatapan panik karena tak menemukan orang yang di carinya.

"Apa yang di katakan Nak Tegar ada benarnya,mereka tidak mungkin menyakitinya.Jadi baiknya kita berdoa sambil mencari jalan keluar."Diman ternyata sudah ikut menyusul Wati dan menatap Dinar penuh iba.

"Mana bisa saya diam saja,sedang yang menjadi alasan saya hidup tidak ada di sini."Teriaknya dengan kepala menggeleng.

"Maaf saya terlambat datang."Sebuah suara bariton yang tak asing terdengar diantara isak tangis Dinar. Membuat ketiga orang itu menoleh pada seorang yang sudah berdiri menjulang di hadapan mereka.

"Kau."Ucapan Dinar tertahan karena belum yakin dengan sosok yang selama ini selalu di rindukan anak lelakinya.

"Iya,aku disini dan tidak akan pergi lagi."Ucapnya pelan dan menarik bahu Dinar yang masih bergetar dan membawa dalam pelukannya.Dinar meluapkan tangisan nya di dada Ganesa yang tiba-tiba hadir di hari terberatnya.

Diman dan Wati saling berpandangan dan mengerutkan kedua alisnya."Anda?"

"Benar,saya orang yang sama yang kalian selamatkan dulu.Dan Terima kasih sudah mendorong saya tepat di rumah orang yang tepat."

"Maksud anda?"tanya Diman bingung,sedang Ganesa tidak segera menjawab.Dia malah meminta mereka menunjukan pintu toko untuk segera membawa Dinar masuk.

Diman dan Wati mempersilahkan Ganesa duduk di salah satu kursi di ruangan itu,Ganesa malah menyuruh Dinar duduk terlebih dahulu dan dia menarik kursi lain untuk selanjutnya dia duduki.

"Dialah orang yang selanjutnya menolong dan merawat saya sampai semua membaik."Jelasnya dengan tatapan dalam mengarah pada Dinar yang kini menunduk lemas.

Ganesa menyodorkan air minum pada Dinar yang baru saja Wati bawa dari dapur.Tanpa bicara dia mengangkat gelas itu dan menyuruh Dinar untuk segera meminumnya.

Dinar menurut dan meminumnya beberapa teguk.Ganesa menarik napas panjang dan mengusap pelan bahu Dinar."Kamu tidak sendiri,ada aku yang akan membantu dan menemani hari-hari mu ke depannya."

"Ada kami juga yang akan selalu siap membantu,"Ucap Diman yang di setujui sebuah anggukan oleh Wati.Air mata Dinar kembali turun dan menatap satu persatu orang yang ada di hadapannya.

"Saya ingin Tegar kembali."Ucapnya dengan kembali menangis.Ketiga orang itu diam dengan perasaannya masing-masing.

"Tuan...saya sudah menemukan lokasinya,Tio dan Tedi sudah di tugaskan dua puluh empat jam penuh agar bisa memantau pergerakan di sana."Seorang tiba-tiba hadir dan berbicara pada Ganesa yang di balas hanya dengan anggukan kelapa saja.

Dinar menoleh pada orang yang baru datang itu,masih tersedu-sedu dia mencoba mengingat wajah yang terasa familiar baginya.

"Masih ingat saya Mbak?saya Agus yang hampir menabrak Tegar di jalan raya waktu itu.Dan saya juga yang beberapa hari lalu memarkirkan mobil di depan sana hingga membuat Mbak dan kalian khawatir."Jelasnya lalu menunduk.

"Sekali lagi maaf,saya hanya menjalankan tugas.Tapi kalau kejadian di jalan raya itu murni kesalahan saya."Lanjutnya sambil mengangkat kepalanya.

Dinar di buat bingung,belum sempat dia membuka suara tiba-tiba Ganesa meraup tangan kanan Dinar."Dia bekerja untukku dan orang yang dia bawa ke rumah sakit malam itu adalah aku.Maaf aku tak menghampiri kalian malam itu karena ada alasan lain,tapi aku mengenali wajah kalian hingga aku su suruh Agus untuk mengikuti kalian."

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang