Bab Limapuluh Tujuh

2.9K 229 8
                                    

"Saya melalukan semua ini atas pemikiran yang paling bijaksana,mengingat hubungan baik kita selama ini."

Gunawan menunduk dan memainkan jam tangan yang ada di pergelangannya."Apakah tidak ada cara lain yang lebih rasional untuk menyelesaikan masalah ini?"Gunawan menatap pasrah pada Ganesa.

"Waktu anda habis,silahkan keluar dan segera benahi kekacauan yang sedang terjadi sebelum pihak lain mengambil kesempatan yang ada."Ucap Ganesa mengingatkan.

Ganesa menekan tombol di bawah meja kerjanya,tak berapa lama datang dua orang scurity menghampiri Gunawan yang masih diam di tempat duduknya."Mari Tuan,saya tunjukan pintu keluarnya."Ucap salah satu scurity itu.

"Tidak usah!saya akan keluar sendiri."Gunawan bangun dan segera berlalu dari ruangan tersebut.Sedang pria yang berada dibalik meja tersenyum tipis memandang punggung Gunawan yang menghilang di balik pintu.

'Sebenarnya masih banyak permainan yang belum aku tunjukan,tapi harus di hentikan karena ada anak laki-laki yang dengan tulus mengajarkanku arti makna kebaikan.'Gumamnya dalam hati.

Enam bulan berlalu,benang kusut yang selama ini menghiasai hari-hari mereka mampu di urai perlahan.

"Mih...Tadi pagi Tuan Gunawan menghubungi aku untuk bisa bertemu di akhir pekan."Tegar menghampiri ibunya yang tengah memilih beberapa konsep untuk toko kuenya yang segera di buka.

Dinar menghentikan kegiatannya dan menatap Tegar yang ada tepat di samping kirinya."Apakah kamu sudah bisa memaafkannya?dan menerima dengan ikhlas masa-masa kita dulu?"Ucap wanita itu menelisik wajah tampan Tegar.

Anak laki-laki itu memajukan bibirnya dan menggaruk sedikit kening dengan ujung telunjuk."Aku enggak tau bagaimana ungkapinnya Mih,tapi yang aku tau jalan satu-satunya agar hari-hari ke depan lebih mudah untuk dijalani yaitu mau berdamai dengan masa-masa sulit di hari kemarin."Tegar menarik napas pelan dan tangannya memainkan ujung baju Dinar.

"Aku yakin di luar sana masih banyak orang-orang yang mungkin mengalami hal yang lebih sulit,tapi mereka mampu menghadapinya dengan lapang dada.Dan itu ternyata kuncinya."Tegar menjelaskan dengan ringan pada wanita yang kini tengah terpaku mendengar ucapan anaknya.

"Dari mana kamu mendapatkan pemikiran itu?"Tanya Dinar penasaran.

"Ya tentu dari semua yang kita pernah alami Mih dan dari beberapa kehidupan sekitar."Ucapnya dengan senyuman manis dari bibirnya.

"Mamih tau tidak,ada beberapa temanku di sekolah yang memiliki masalah yang beda tapi tidak lebih ringan dari yang kita alami.Hebatnya mereka menghadapinya dengan sabar dan kuat.Prinsip mereka hanya satu yaitu bertahan dan mencari solusi,bukan meratap."Tegar menatap lembut pada Dinar yang masih mode terpaku.

"Di dunia ini semua semua sifatnya hanya sementara termasuk senang dan sedih.Siapa yang mampu bertahan itu baru pemenangnya."Lanjutnya dengan dengan mengangkat ke dua tangannya.

Detik berikutnya Dinar tidak bisa menahan diri untuk memeluk Tegar."Mamih mungkin pernah mengalami kesedihan yang harus di lewati dengan sabar,tapi Mamih tidak menyangka hasil dari sebuah kesabaran itu adalah kebahagiaan yang tidak terbatas."Ucapnya di sertai ciuman bertubi-tubi pada wajah Tegar.

"Maksud Mamih?"seru Tegar dengan mata tertutup karena wajahnya terus di berondong dengan ciuman gemas dari Ibunya."Kamu adalah kebahagiaan itu Nak dan Mamih menyayangimu karena Allah,sayang."

Tegar yang mendengar ucapan tulus ibunya,langsung membalas pelukan Dinar dengan segenap rasa yang sulit untuk di ungkapkan.

"Ehem...kenapa kalian tega melewati momen penting tanpa menunggu pria tak berdaya ini?"Suara itu datang dari Ganesa yang berada di ambang pintu dan tengah melonggarkan ikatan dasinya.

Dinar dan Tegar segera menoleh dan membuka tangan mereka seolah memberi isyarat agar Ganesa segera menghampirinya.Sebersit senyuman hangat di bibir pria itu dan dia segera bergabung diantara mereka."Salah satu bukti Tuhan itu maha adil adalah dengan kehadiran kalian di kehidupanku."Ucapnya lembut dan langsung merangkul ibu dan anak itu dengan kedua tangan besarnya.

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang