Anak laki-laki itu menatap Ganesa yang tengah menuggu jawaban atas permitaannya."Tentu saja aku merestui pernikahan kalian asalkan Paman bisa membuat Mamih bahagia."
Ganesa tersenyum puas dan mengangguk penuh keyakinan.Dinar menunduk haru,pandangan hidup yang selama ini terasa semu perlahan mengikis.Walau masih samar namun jalan gelap yang dulu harus dia tempuh kini seperti terlihat ada cahaya yang bisa dia jadikan pegangan.Walau untuk memastikannya dia harus menempuh waktu yang panjang.
Malam tiba,Tegar tengah menyimak cerita Ganesa tentang awal pertemuannya kembali dengan Dinat.Dia juga bercerita tentang usahanya mencari keberadaan mereka yang selalu gagal,hingga akhirnya informasi terakhir yang dia terima bahwa mereka telah pindah jauh dari tempatnya yang dulu.
Dinar pergi ke dapur untuk menyiapkan kudapan untuk mereka santap sambil menghabiskan waktu yang terasa hangat dan penuh kerinduan.
"Sekarang giliran kamu ceritakan hari-hari di rumah mereka."Ucap Dinar perlahan sambil memperhatikan mimik wajah anaknya seolah menjaga bila ada hal yang membuat dia enggan bercerita.
Wajah Tegar nampak datar dan tidak menunjukan ketertarikan mengingat kehidupan di rumah Gunawan Prakasa."Mereka memperlakukan aku sangat baik,tapi pria yang ingin aku panggil Ayah itu selalu berusaha menghindari topik tentang Mamih bila sedang berbicara."
"Padahal ingin sekali aku bertanya apa kesalahan Mamih sampai mereka membenci dan melarang aku menemui Mamih walau sebentar saja."
"Mereka juga sering membicarakan tentang hak asuh pada orang-orang yang aku duga pengacara atau semacamnya."
Tegar diam sejenak,lalu menatap Ibunya yang tengah mengelus kepalanya."Mamih,aku tidak ingin tinggal dengan mereka."
"Walau kehidupan disana sangat tercukupi tapi aku lebih memilih hidup bersama Mamih."Ungkapnya jujur lalu menundukkan kepalanya.
Mendengar itu hati Dinar terasa nyeri,Ibu manapun pasti sangat menginginkan hidup dekat dengan anaknya.
"Mamih,apakah kita akan menang melawan mereka di pengadilan?karena yang aku dengar,semua pengacara yang bekerja pada mereka memastikan kemenangan."
Dinar memeluk Tegar yang sedang menatap penuh harap.Dia tidak tau harus menjawab apa agar bisa membuat hati anaknya senang tanpa harus mengiming-imingi sesuatu yang belum pasti.
"Mamih pasti akan lakukan yang terbaik untuk kita,sekarang lebih baik sama-sama berdoa untuk kebaikan dimasa depan."
Ganesa yang mendengar obrolan Ibu dan anak itu turut terharu namun tidak ikut mengatakan sesuatu.
Waktu sudah menunjukkan jam sepuluh malam,mata Tegar sudah redup menahan kantuk."Besok kita lanjutkan lagi,sekarang waktunya kita istirahat."Ucap Ganesa sambil mengelus kepala Tegar.
"Tidurlah,kamu pasti lelah setelah melewati hari yang sangat panjang."Tegar mengangguk setuju.Setelah dia berpamitan pada Ganesa,dia beranjak ke kamar di mana yang biasa Ibunya tempati.
Dari belakang Dinar menyusul Tegar,sedang Ganesa berdiri hendak poppergi ke ruang kerja."Kenapa Mamih tidak tidur?"tanya Tegar tiba-tiba.
Dinar mengerutkan alisnya."Ini kan Mamih juga mau tidur."Jawab Dinar heran.
"Tapikan seharusnya Mamih tidur bersama Paman,lagipula aku sudah besar.Jadi sudah tidak takut lagi tidur sendiri."
Deg
Ucapan Tegar nyaris membuat Dinar terjatuh.Dia menatap Ganesa yang menghentikan langkah dan tengah menatapnya juga.
"Kita kan baru ketemu,jadi Mamih akan menemani kamu tidur beberapa hari ke depan sampai kangen Mamih berkurang."
Tegar tersenyum dan kembali memeluk Ibunya. "Mamih pikir aku tidak kangen?aku juga sangat sangat kangen Mamih,tapi sekarang aku sudah besar dan harus belajar mandiri agar kelak bisa Mamih andalkan."Jelasnya dengan bangga.
Sesungguhnya Dinar juga bangga dengan ucapan Tegar tapi masalahnya bagaimana dia menjelaskan keadaan yang sebenarnya.Dinar tak ingin Tegar yang selama ini sudah sangat berlapang dada menerima pernikahannya harus menelan kecewa bila tau bahwa pernikahannya terjadi karena alasan lain.
Ganesa segera membatalkan niatnya untuk pergi keruang kerja.Dia memilih menghampiri Dinar yang sudah gugup dan segara meraih tangan wanita itu.
"Besok kalian bisa lanjutkan kangen-kangenan nya.Sekarang mari tidur di kamar kita dan biarkan Tegar istirahat."Seolah-olah tidak melihat mata Dinar yang tengah melotot,Ganesa menyuruh Tegar untuk masuk ke dalam kamarnya dan menarik Dinar untuk mengikuti nya.
Tegar setuju dan segera masuk dan menutup pintu kamarnya.Setelah mereka yakin Tegar telah tidur, cepat-cepat Dinar melepaskan genggaman tangan Ganesa yang tadi menariknya ke dalam kamar utama.
"Bagaimana ini?"bisik Dinar tampak kebingungan.
Ganesa mengangkat bahunya dan bibirnya melengkung kebawah."Apa ada cara lain selain kamu harus tidur di kamarku."Ucap Ganesa dengan nada rendah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Semu
Romanzi rosa / ChickLitBertahan dalam pelarian bukanlah hal mudah,apalagi harus membawa bayi yang baru seminggu dilahirkan. Suami yang seharusnya menjaga dan menyayangi hanya tinggal impian saja.Dinar wanita 27 tahun yang berparas ayu itu kini telah menjelma menjadi wanit...