Bab Duapuluh Empat

3.7K 323 3
                                        

Siang hari setelah Dinar pulang mendaftarkan Tegar dari sekolah barunya,dia dan Dirman berniat menyapa pemilik mobil yang mencurigakan itu.Namun ternyata mobil yang di carinya sudah tidak ada di tempat.

Hal itu membuat rasa cemas Dinar hilang seketika,apalagi setelah seminggu berlalu mobil itu sudah tidak terlihat lagi.

"Mih di sekolah aku sudah mempunyai teman baru dan mereka semua sangat baik."Ucap Tegar dengan nada senang bercerita pada Ibunya.

"Syukurlah Mamih ikut senang mendengarnya.Dan kamu juga harus bersikap baik pada semua teman mu."Nasihat Dinar pada anaknya.

"Siap Mi."Sahutnya sambil mengacungkan ibu jari pada Ibunya."Permisi,ada yang bisa saya bantu Bu?suara Wati terdengar ramah menyambut seseorang yang datang.

Dinar yang sedang mencetak kue pada sebuah loyang tidak begitu menghiraukan siapa yang datang ke tokonya.

"Saya mencari Dinar."Ucap suara seorang wanita terdengar tegas dan tanpa basa-basi.Wati yang kebingungan langsung bergegas ke belakang untuk memanggil orang yang sedang di cari

Baru saja Wati akan membuka tirai pembatas,Dinar sudah terlebih dahulu membukanya."Siapa yang mencari saya Bi?"

Belum sempat Wati menjawab Dinar,orang yang tadi mencarinya sudah menerobos masuk ke dalam.

"Akhirnya sekian lama menghilang,kamu muncul juga di tempat ini!"Suara wanita itu terdengar penuh kebencian.

Wajah Dinar memucat,kedua kakinya mendadak lemas dan kalau saja tidak ada lemari kaca menahan tubuh nya mungkin dia sudah tergeletak karena terlalu syok melihat sosok yang ada di hadapannya.

"Mana anak itu? jangan-jangan kamu sudah menjualnya untuk hura-hura ya?"teriak wanita paruh baya itu semakin berani.

Mendengar ucapan tadi membuat Dinar marah dan ingin sekali mencakar wajah angkuh wanita yang sudah menghancurkan hidupnya itu.

"Pergi kau dari sini!aku tidak sudi melihat wanita jahat seperti mu!"teriak Dinar pada Desi nama wanita yang selama sepuluhan tahun ini dia hindari.

"Wah sekarang sudah berani ya?"sarkas Desi lantang dan maju hendak menjambak rambut Dinar.

Mendengar keributan di dalam toko membuat Dirman masuk untuk memastikan yang tengah terjadi di tempat itu,termasuk Tegar yang dari tadi diam di dalam bersama Ibunya kini ikut hadir di sana.

"Mamih kenapa?"suara Tegar sedikit bergetar melihat keadaan Ibunya yang tengah marah.Dan Desi segera menoleh ke arah suara yang memanggil Mamih pada Dinar.

"Wah hari ini kesialan yang saya alami selama bertahun-tahun terbayar oleh kehadiran kamu Nak.Dan wajahmu cukup pembuktikan siapa ayah kamu."Lanjut Desi dengan suara melembut setelah melihat Tegar.

Tangan Desi kembali terangkat namun kali ini hendak menyentuh kepala Tegar.Sebelum tangan itu berhasil menyentuhnya tiba-tiba Tegar menepis dan maju tepat di hadapan Dinar.

"Jangan sekali-kali berani menyakiti Ibuku!atau anda akan menyesal!"Ucap nya tegas pada Desi yang terkejut melihat yang di lakukan anak suaminya yang selama ini dicari-cari.

"Entah apa yang wanita murahan itu ajarkan padamu hingga tidak ada kesopanan pada nada bicaramu."Ucap Desi dengan bibir sedikit terangkat.

"Lalu apa anda sendiri sudah berlaku sopan pada orang lain?"balas Tegar tak mau kalah pada wanita yang sudah menghina Ibunya itu.

Desi tidak menghiraukan ucapan Tegar, dia malah menoleh pada Dinar dengan tatapan nyalang.

"Ini hasil didikan mu selama ini?apa kau tau kalau kamu sudah gagal membentuk pribadi yang akan meneruskan perusahaan besar milik Ayahnya kelak?"

Cuihh

Dinar membuang kasar ludahnya dan kedua tangannya mengepal erat menahan amarah."Kau cari saja orang lain untuk meneruskan perusahaan kalian itu,karena anakku tak ada hubungan apa-apa dengan keluarga kalian!"

"Apa kamu lupa siapa Ayah nya hah?"dia anak sah suami ku dan aku berhak atas dia!"

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang