Bab Duapuluh Tiga

3.8K 324 3
                                    

Tak berapa lama pekerjaan merekapun selesai lebih cepat.Dengan membawa dua gelas teh manis yang masih hangat Diman menghampiri Tegar yang sudah terlebih dahulu duduk di kursi kayu sambil menggerak-gerakan kedua tangannya.

"Ini minum dulu,mumpung masih hangat."

"Terima kasih,"Tegar mengambil gelas yang tengah di sodorkan laki-laki paruh baya itu dengan hati-hati.Lalu diapun ikut duduk di kursi yang ada di samping Tegar.

"Kamu kelas berapa?dan apa sudah daftar ke sekolah barumu?

"Saya kelas tiga dan kata Mamih hari ini akan daftar ke sekolah yang Ibu Rina sarankan."

"Ohh sekolah dasar yang ada di dekat puskesmas itu?"

"Sepertinya begitu,apa Mang Diman tau alamat lengkapnya?"ucap Tegar dengan raut muka senang.

"Tentu saja tau,kita bisa lewat jalan pintas menuju ke sana.Tinggal lewat gang yang ada di sana itu,bisa langsung ke tempat tujuan."Jelas Diman sambil menunjuk ke arah gang kecil yang tak jauh dari tempat mereka sekarang.

"Nanti sesudah Mamih datang dari pasar,Mang Diman bersedia tidak mengantar ke sekolah itu?"tanya Tegar sedikit ragu.

"Tentu saja mau lah Nak,tenang aja nanti untuk seminggu pertama Mang Diman yang akan mengantar jemput kamu sekolah sampai kamu hapal jalan dan mendapat banyak teman."

Senyum Tegar terbit sempurna dan keraguan hatinya hilang seketika." Terima kasih banyak yang Mang."Ucapnya semeringah.

Diman mengangguk dan tersenyum membalas ucapan anak lelaki yang baru di kenalnya pagi ini.

"Sekarang kita beli sarapan dulu yu?"ajak Diman yang sudah berdiri dan menutup gelas teh dengan tutupnya.

Tegar ikut berdiri dan melakukan hal yang sama sepeti yang tadi Diman lakukan."Tapi bolehkan saya makannya nanti bareng sama Mamih?"

"Anak baik,tentu saja boleh asal di habiskan ya."Tegar mengangguk sebagai jawaban.Merekapun pergi ke sebuah warung kecil yang menyediakan makanan untuk sarapan.

Pulang membeli sarapan,Tegar melihat pintu toko sudah terbuka dan dia melihat Ibunya tengah duduk salah satu kursi di dalam bangunan itu.

"Mamih sudah pulang Mang,"Ucapnya sambil berlari kecil menghampiri toko tersebut.

"Hati-hati jalannya,jangan tergesa-gesa."Teriak Diman dari arah belakang Tegar.

"Iya Mang."Sahut Tegar sambil membawa plastik putih di tangan kanannya.

"Assalamualaikum...Mamih aku pulang!"Ucap Tegar setelah langkahnya sudah di depan pintu.

"Waalaikumsalam"

Dinar menoleh dan mendapati Tegar yang tengah menghampirinya."Kamu dari mana?"tanya Dinar dengan tangan mengambil alih plastik dari genggaman Tegar.

"Habis beli sarapan Mih bareng Mang Diman."Jelasnya lalu duduk di samping Ibunya.

Wati yang baru keluar dari kamar mandi,langsung menghampiri Ibu dan anak yang tengah asik bercengkrama.

"Ini pasti Nak Tegar ya?"

Tegar langsung berdiri dan menjabat tangan Wati."Iya saya Tegar putranya Ibu Dinar."

"Oalah ganteng banget ya,kaya artis yang di tv-tv."

"Terima kasih Bu."Balas Tegar malu dan menundukkan kepalanya.

"Panggil Bi Wati saja biar lebih enak di dengarnya."ucap Wati sambil mengusap bahu Tegar.

Tegar menoleh pada Dinar untuk minta ijin dari sang Ibu,dan Dinar yang tengah tersenyum melihat interaksi keduanya,mengangguk pelan menyetujui.

Diman masuk dengan membawa gelas yang tadi di tinggalkan di halaman depan,dan menaruhnya di tempat cuci piring."Gimana belanjanya?apa barang-barang yang kamu butuhkan sudah ada semua?"

"Sebelumnya saya mau terimakasih dulu karena Mang Diman dan Mbak Wati sudah mau menerima saya dan Tegar,dan untuk pasar di sini jauh lebih komplit dari pasar yang ada di kampung.Pelengkapan yang saya butuhkan untuk membuat kue pun sudah ada semuanya."

"Syukurlah kalau begitu,jadi lebih mudah kalau seandainya ada kekurangan bahan-bahan,bisa langsung membelinya di sana."

"Tapi ngomong-ngomong,kamu kemarin datang ke sini itu naik angkutan umum apa naik mobil pribadi?"tanya Diman tiba-tiba.

"Angkutan umum Mang."Jawab Dinar cepat dan menaruh plastik ke atas meja di sampingnya.Memangnya kenapa?"lanjut Dinar.

"Dari saya datang tadi,ada mobil terparkir tak jauh dari sini tapi pengemudinya tak kunjung turun.Dan selalu terlihat sibuk bila saya memperhatikannya."


SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang