Bab Empatpuluh Delapan

3.1K 235 4
                                    

Ganesa memahami perasaan Dinar,namun memang tidak ada cara lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah itu selain berbagi kamar.

"Sepertinya kita memang harus berbagi tempat tidur atau kita bicara jujur tentang keadaan yang sebenarnya."Dinar berpikir sebentar dan langsung menjawab seadanya.

"Tidak mungkin aku memberitahu keadaan ini pada Tegar,karena segala sesuatu yang di saksikan Tuhan tidak bisa di anggap lelucon olehnya."

Ganesa menarik napas lega dan menuntun Dinar ke sofa yang berada di samping mereka."Lebih baik kamu pikirkan apa yang harus di lakukan dan pastikan itu yang terbaik untuk kamu dan Tegar.Aku akan menerima apapun yang kamu usulkan,sekarang aku mau mandi dan kamu bisa bersantai disini,karena kamar ini sekarang sudah menjadi kamar kamu juga."Jelasnya sambil menekan tubuh wanita itu untuk segera duduk di sofa.

Ganesa melangkah ke kamar mandi,namun sebelumnya dia menuju lemari untuk mengambil pakaian ganti karena tidak ingin melihat Dinar tiba-tiba lari terbirit-birit bila dia ganti pakaian di hadapannya.Kecuali bila istrinya itu sudah menerima seutuhnya pernikahan mereka.

Dinar menyandarkan bahunya,walau kamar Ganesa terasa asing tapi rasa nyaman dapat dia rasakan sejak dia pertama kali menginjakkan kakinya di kamar itu.Tubuhnya sangat lelah dan semakin terasa,awalnya dia memejamkan mata hanya untuk konsentrasi memikirkan cara melewati malam itu dan malam-malam selanjutnya.Namun Dinar  malah tertidur dengan posisi duduk dan wajah menghadap langit-langit kamar sampai bibirnya sedikit terbuka.

Ganesa keluar dengan wajah yang Segar,rambutnya yang sedikit basah menambah pesonanya.Dia menghampiri wanita yang sedang tertidur pulas,bibirnya tersenyum samar dan matanya terpukau pada pemandangan di hadapannya.

'Terimakasih pada pemilik alam ini karena sudah mempertemukan kembali dengan wanita yang sudah aku nanti-nantikan kehadirannya sejak lama.'Gumamnya dalam hati.

Dia mengusap rambut Dinar dan memberikan kecupan ringan di keningnya.Perlahan dia mengangkat tubuh Dinar dan membawanya ke tempat tidur,walau sedikit ragu tapi akhirnya dia turut berbaring di samping wanita itu.

Sekitar pukul empat pagi Dinar terjaga dan mendapatkan tubuhnya tengah menindih tubuh Ganesa,posisinya seperti katak.Ketika dia hendak berteriak namun kesadarannya datang dan itu pasti membangunkan pria di bawahnya.

Dengan hati-hati dia mengangkat kepalanya hingga posisi duduk di bawah pinggang pria itu,Dinar memeriksa seluruh pakaiannya dan tidak menemukan kekurangan satu helaipun.Dia bernapas lega sambil mengelus dadanya.

"Mau sampai kapan kamu duduk di sana?lebih baik kembali tidur sebelum kamu membangunkan yang lain."

Tubuh Dinar hampir terpental ke belakang karena terkejut mendengar suara bariton Ganesa yang terdengar lebih berat karena bangun tidur.Dia merutuki kebodohannya dan tanpa dia sadari lagi dia kini tengah bersandar dipaha Ganesa dan tangannya telah di genggam oleh pria itu agar tidak terjengkang kebelakang.

Mata mereka bertemu dan Dinar segera melepaskan tangannya dan turun dari tubuh pria itu.Jantungnya berdetak lebih kencang seperti habis lari maraton,wajahnya pucat.

Ganesa menyadari itu dan segera bangun dan mencondongkan wajahnya ke arah Dinar."Apakah kamu baik-baik saja?Maaf aku membuatmu terkejut."

Dinar menggelengkan wajah nya dan berusaha mengendalikan pikirannya yang mendadak kacau."Aku yang salah,ma maaf karena mengganggu tidurmu."Jawabnya kikuk.

"Jangan bicara terlalu formal,karena kita sudah menjadi suami istri.Dan kalau boleh aku jujur,malam ini aku baru memahami dan merasakan arti bahagia."

Dinar menoleh dan menatap dalam pria di hadapannya."Alasannya?"

"Kamu dan Tegar yang kini sudah menjadi bagian dari hidupku."

"Apakah kamu akan serius dengan pernikahan kita?"tanya Dinar ragu.

"Aku tidak pernah main-main tentang kalian berdua,tetaplah disampingku dan biarkan aku masuk kedalam kehidupanmu untuk waktu yang sangat lama."Ucapnya perlahan dan menarik tangan wanita yang kini tengah membeku dan mencium punggung tangan itu.

Dinar tidak menolak atau menerima perlakuan Ganesa,dia masih mencerna ucapan suaminya.Karena bagaimanapun dia tidak bisa memungkiri bahwa pria dihadapannya telah berhasil melahirkan rasa rindu dihati sejak satu menit kepergiannya dulu.

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang