Bab Limapuluh Delapan

3K 237 5
                                        

Walau tidak mendapatkan dukungan dari Gunawan,Desi terus menjalankan rencananya.Namun bukti yang dia peroleh tidak bisa membuat aksinya berjalan sempurna.

Gunawan kini terang-terangan menentang semua rencana Desi.Bukannya mendukung suaminya yang sibuk memulihkan kondisi perusahaan,wanita itu malah semakin berulah.

Sampai satu hari dia menerima surat panggilan atas tuduhan tabrak lari yang terjadi beberapa tahun silam.Tuntutan itu ternyata dari Yuni yang sudah mendapatkan semua bukti yang di butuhkan untuk mengungkap kasus itu.

'Sial! bagaimana mungkin kejadian itu bisa terungkap?padahal aku yakin saat itu tidak ada saksi atau bukti apapun.'Wanita itu terus mondar mandir didalam kamarnya yang sangat luas.

Ujung telunjuknya terus mengetuk-ngetuk kening yang sudah berkerut dengan mata yang sesekali terpejam.Saat Gunawan membuka pintu,dia merasa ada yang janggal dengan tingkah laku istrinya yang terlihat kacau."Ada apa lagi sekarang?"suara itu membuat Desi menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arah pemilik suara itu.

Desi terkejut mendapati suaminya sudah ada di sana,padahal beberapa waktu lalu dia sudah berpamitan untuk berangkat kerja"Kenapa kembali?apa ada yang tertinggal?"alih-alih menutupi keterkejutan nya,Desi malah menjawab dengan pertanyaan.

Gunawan menaikan alis kirinya dan melipat kedua tangan di depan dada."Ada apa?wajahmu itu sangat terlihat jelas telah terjadi sesuatu yang buruk.Jangan berulah sekarang,karena aku sendiri pun tidak tau harus bagaimana mengatasi masalah yang tidak kunjung selesai."

Mendengar ucapan suaminya,wajah Desi yang kaku mendadak tersenyum walau dipaksakan."Tidak ada apa-apa,tadi aku hanya sedang mencari cara agar bisa membantumu."Kilahnya dengan nada lembut.

"Aku bertanya,kenapa kembali?apa ada yang tertinggal? kenapa tidak suruh supir saja untuk mengambilnya?kamu kan bisa menunggu di kantor dan fokus pada pekerjaan."Lanjut Desi cepat.

Gunawan melangkah melewati Desi dan membuka lemari kecil yang berisi dokumen-dokumen penting."Jawaban mu kali ini jelas sebuah kebohongan,pasti ada hal lain yang sedang ditutupi."Dia mengatakan tanpa menoleh.

"Semoga kali ini kejutan yang kamu berikan tidak menimbulkan kekacauan seperti wajah mu itu."Gunawan melirik sebentar pada istrinya dan langsung keluar kamar.

Belum juga Gunawan menutup pintu,Desi sudah berlari dan langsung bersimpuh di hadapan suaminya."Ma maafkan aku,semua tidak sengaja dan a aku sangat ketakutan untuk menghadapi semuanya."Desi terisak dengan tangan memegang kaki Gunawan yang membuat pria itu hampir terjatuh bila tidak segera berpegang pada daun pintu yang ada di dekatnya.

Kedua alis Gunawan bertaut sempurna."Katakan semuanya dan jangan ada kebohongan lagi."Ucapnya lemah dengan tatapan lurus ke depan.

Desi duduk di tempatnya namun masih tetap memegang kaki suaminya."Beberapa tahun lalu secara tidak sengaja aku menabrak orang hingga orang itu tewas."Setelah mengatakannya wanita itu langsung menangis dengan kencang.

Gunawan memejamkan mata dan pegangan tangannya pada daun pintu semakin erat."Lalu?"

Desi masih terus menangis dan suara Gunawan hampir tidak dapat dia dengar.

"LALU APA LAGI?"tuntut Gunawan.

"Dan kemarin aku menerima surat panggilan atas kasus ini,padahal sewaktu kejadian tidak ada saksi mata atau bukti.Tapi kenapa tiba-tiba..."

"Jadi kamu meninggalkannya begitu saja dan bisa hidup tenang setelah melenyapkan nyawa orang lain?"

Desi tidak mengerti kenapa suaminya malah membahas itu,padahal dia berharap suaminya akan membantunya dalam masalah ini.

"Aku benar-benar tidak sengaja dan semua terjadi begitu saja."Desi berusaha membela diri dengan harapan Gunawan tidak akan begitu kecewa padanya.

Gunawan menarik napas berat dan menghembuskan perlahan."Aku pernah dan bahkan sering berbuat dosa tapi seiring waktu berjalan ternyata satu persatu aku dipertemukan kembali dengan apa yang telah aku lakukan dan mungkin itu yang di namakan karma."Suara Gunawan syarat akan penyesalan yang dalam.

"Namun entah mengapa disaat karma ku datang,aku malah merasa bersyukur karena Semesta sedang memberi kesempatan untuk aku bisa mempertanggung jawabkan semuanya.Tapi kamu masih sempat-sempatnya membela diri dan tidak menyesalinya."

"Iya iya aku salah dan aku sangat menyesal tapi aku tidak ingin masuk penjara gara-gara semua ini,tolong bantu aku dan cari jalan keluar agar aku terbebas dari segala tuduhan."

Gunawan menatap datar istrinya,"bertanggung jawablah dan aku akan selalu menunggu dan mendampingi mu,namun bila kamu berniat untuk lari dari tanggung jawab itu maka aku dipastikan akan segera mengurus surat perceraian secepatnya."

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang