Bab Sebelas

4.3K 314 2
                                    

Tegar yang masih terlelap di pangkuannya membuat Dinar tidak bisa menggerakkan tubuhnya."Kenapa anda diam saja?cepat bantu saya!"perintah Dinar.

Ganesa mengangkat bahu wanita itu dan membantu nya untuk duduk di atas pangkuannya,kini keadaan mereka semakin canggung di tambah tangan besar Ganesa melingkar di bahu Dinar.

Setelah beberapa saat wanita yang tengah menggendong anaknya itu berusaha untuk kembali berdiri dan Ganesa tak bisa berbuat banyak,dia hanya menahan bahu Dinar dengan ujung jarinya agar tidak jatuh terlentang lagi.

Tapi sepetinya dalam posisi setengah jongkok tenaganya tak bisa menahan tubuh Tegar yang sudah mulai besar,baru saja badannya terangkat sedikit tiba-tiba pertahanan tubuhnya roboh dan kembali jatuh ke tempat semula.

Spontan tangan besar Ganesa kembali menahan Dinar dan kali ini berupa pelukan yang erat."Tuan Ganesa apa anda yang sedang anda lakukan?!"ucap Dinar geram.

Menyadari hal itu membuat Ganesa kembali mengangkat ke dua tangan ke atas dan wajahnya memerah.Belum juga tangan Ganesa terangkat sempurna,tubuh Dinar terjengkang kembali ke belakang namun tidak sampai kepalanya terbentur lemari lagi karena Ganesa sudah menahannya terlebih dahulu.

"Nyonya sebelumnya maafkan saya tapi anda akan jatuh terlentang bila saya tidak menahan anda."Detak jantung Dinar semakin cepat,dia memalingkan wajahnya menghindari tatapan pria itu.

"Sekarang biarkan saya membantu anda tapi anda jangan tersinggung akan tindakan saya."

"Maksud anda?"

Belum juga Dinar berpikir cara yang akan di lakukan Ganesa,tiba-tiba tangan besar itu mengangkat dan mendorong tubuh Dinar yang tengah menggendong anak lelaki nya.

Karena Dinar salah paham akan maksud tindakan Ganesa membuat wanita itu meronta menggerakkan semua badannya hingga akhirnya semua usaha pria itu sia-sia.Dinar kembali ke pangkuan Ganesa,dia terus berusaha bangun dan jatuh lagi hingga bokongnya terus bergerak bebas tepat di daerah terlarang Ganesa.

"Nyonya tolong berhenti bergerak,"nada bicara Ganesa terdengar lebih berat dari biasanya.Dinar terkejut mendengar suara Ganesa yang sedikit tinggi dan terdengar berbeda di telinganya.

Tiba-tiba dia semakin terkejut karena merasakan sesuatu yang besar dan keras menyentuh bagian terlarang miliknya di bawah sana.

Sebelum Dinar mengucapkan semua umpatan nya, terlebih dulu Ganesa memegang erat kedua bahu wanita yang ada di pangkuannya.

"Hentikan!dan tolong kali ini dengarkan saya nyonya,"wajah Ganesa semakin merah namun pandangannya berpaling ke arah lain.Sebaliknya wajah Dinar kini sudah seputih kapas,keringatnya mulai bercucuran dan jantung nya serasa berhenti berdetak.

Ganesa memejamkan matanya,dia tengah mengatur napasnya yang memburu,rahangnya mengeras dan kedua tangannya mengepal di balik tubuh Dinar yang kini sudah seperti patung hidup,

"Tolong diam dan dengarkan saya dulu nyonya,saya akan membantu anda tapi maaf sebelumnya karena mungkin tindakan saya akan sedikit tidak sopan.Ganesa berhasil menjelaskan bagaimana dia akan menolong wanita itu untuk bangun.

Menyadari situasinya yang tidak baik-baik saja,dia memilih diam dan mendengarkan petunjuk yang Ganesa ucapkan.Menit berikutnya Dinar berhasil berdiri,namun keterkejutannya tidak sampai di situ karena kini dia menyadari ada tangan besar yang mencengkram bokongnya.

"Tuan Ganesa apa yang sedang anda lakukan?"matanya melotot menatap nyalang pada pria yang belum menyadari maksud ucapan wanita yang baru saja bangun dari pangkuannya.

"Lepaskan!"Bentak Dinar,seperti orang linglung Ganesa menurunkan kedua tangannya yang masih terbuka dengan tatapan horor.

"Sepertinya anda tengah mengambil kesempatan dalam kesempitan ya?anda pikir semua yang anda lakukan adalah wajar?"

Ganesa menelan ludah kasar dan menurunkan kedua tangan nya."Memang ada cara lain nyonya?anda sendiri yang terjatuh duduk di pangkuan saya.Apa semua itu sengaja?"Dinar diam dan semakin geram terhadap pria itu.

"Saya minta maaf tapi saya tidak bermaksud ..."Belum juga Ganesa menyelesaikan ucapannya Dinar berlalu meninggalkan pria itu dan mengunci rapat pintu kamarnya.

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang