Bab Duapuluh Lima

3.8K 307 1
                                    

Tak ada yang memperhatikan raut wajah Tegar yang mendadak pucat,mendengar ucapan Desi membuat dia menyadari akan rasa penasaran yang selama ini dia simpan sendiri.

'Ayah'satu kata yang membuat hidupnya terasing,batin nya terus bertanya kenapa harus menghindari yang seharusnya di hormati.

Selama ini dia berusaha menutup telinga atas semua pertanyaan yang sering dia terima dari teman-temannya,namun mengapa hari ini kata itu terdengar lagi.

"Apa anda mengenal Ayah saya?"tiba-tiba Tegar bertanya dengan pada Desi yang masih sibuk bicara lantang pada Dinar.

Mendengar pertanyaan itu,membuat Desi mendapat angin segar untuk memperkuat niatnya mendatangi tempat itu."Tentu saja kenal,karena Ayah mu adalah suamiku.Dan dia hanya jembatan untuk mendapatkan mu."Tegasnya sambil menunjuk ke arah Dinar.

"Kamu..."ucapan Dinar terpotong oleh sentuhan tangan Tegar pada ujung bajunya.

"Kalau begitu sekarang bawa saya menemui nya!"pinta Tegar dengan melangkah maju ke arah Desi.

"Tegar!apa yang kamu lakukan?"Dinar terkejut dengan apa yang baru saja anak lelakinya ucapkan.

Tegar menoleh ke arah Dinar dengan tatapan penuh keyakinan."Kita tidak bisa menghindarinya terus Mih, mungkin ini saatnya aku harus mengetahui kebenaran nya."

"Anak pintar,dengan senang hati saya akan membawamu untuk bertemu Ayah kandungmu.Sekaligus saya akan merawat mu dengan baik hingga kamu akan melupakan orang yang tidak penting yang seharusnya di buang sejak lama."Ucap penuh kemenangan terdengar lantang dari mulut Desi.

Tegar diam dan hanya mengepalkan kedua tangannya,sedang Dinar sudah siap akan menerjang Desi namun di tahan oleh Diman dan Wati.

"Jangan lakukan hal bodoh Nak,kamu tidak mengenal licik mereka."Cegah Dinar sambil menarik mundur tangan anaknya.Tegar menoleh pada Ibunya yang sudah mulai menangis,perasaannya berkecamuk tak menentu.

Antara tinggal atau pergi menuntaskan benang kusut di dalam hidupnya,tak ingin selamanya dia dan Ibunya hidup dalam pelarian.Tapi di sisi lain Tegar tak tega melihat air mata wanita yang di sayanginya terus mengalir.

"Ijinkan aku untuk menyelesaikan semuanya Mih,aku yang mereka cari selama ini dan aku yakin mereka tidak akan menyakitiku."

"Tidak Nak,kamu tidak akan bisa kembali kalau pergi sekarang.Kamu...."

Tegar segara memeluk Dinar,air matanya ikut terjatuh membuat wajahnya memerah.

Tanpa kata akhirnya dia melerai pelukannya dan meninggalkan Ibunya yang meronta ingin menggapai anak lelaki nya.

Desi yang melihat adegan yang menurutnya terlalu drama itu,tersenyum sinis dan ikut melangkah keluar.Namun sebelum dia benar-benar pergi dia berbalik dan menatap tajam ke arah Dinar.

"Dia sudah memutuskan hal yang benar,jadi jangan coba-coba untuk merusak semua rencana yang sudah keluarga kami susun karena pada akhirnya kau yang akan kalah."

Lalu dia pergi meninggalkan Dinar yang masih di tahan oleh Diman dan Wati."Lepaskan saya,kalian tidak berhak memperlakukan saya seperti ini."Teriaknya pada pasangan suami istri itu.

"Maafkan kami Mbak,tapi demi keselamatan semua saya terpaksa menahan Mbak Dinar."

"Maksud kamu apa?"tanya Dinar tidak memahami ucapan Wati.

"Mereka itu bukan orang baik,mereka bisa melakukan berbagai cara untuk mewujudkan keinginannya.Dan tak ada yang bisa membuktikan kejahatan mereka selama ini karena semua bukti kejahatannya selalu tidak pernah berhasil di temukan."Ucap Diman melonggarkan pegangan pada tangan Dinar.

"Orang seperti kita tidak akan pernah bisa menang melawan mereka Mbak."Sambung Wati sambil mengelus bahu Dinar.

"Tapi mereka membawa anak Saya."Ucapnya lalu berlari ke depan Toko berharap Tegar masih ada di sana.

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang