Bab dua

8.7K 488 2
                                    

"Ada-ada saja pemikiran kamu itu,tentu saja dia manusia sama seperti kita lagipula mana ada siluman nunjukin wujudnya siang hari."Dinar menggelengkan kepalanya dan sedikit takjub akan pola pikir anak lelakinya yang polos.

"Bagaimana kalau dia seorang penjahat yang habis di keroyok karena perbuatannya?"Tegar memiringkan wajahnya menatap sang Ibu yang masih menelisik keadaan pria di hadapannya.

"Mamih tidak tau sedikitpun informasi tentang orang ini karena tidak ada satupun surat atau indentitas yang dimilikinya."

"Mamih malah berpikir bagaimana kalau sebaliknya?dia korban yang selamat atas suatu peristiwa."Dinar menatap Tegar seolah meyakinkan tebakannya.

Tegar mengangkat pelan bahunya seolah ikut berpikir."Sudahlah jangan berpikir kemana-mana dulu,sekarang lebih baik kamu pergi mandi dan sesudah itu langsung makan.Biar Mamih hangatkan dulu sayur dan lauknya."

Tegar mengangguk dan pergi begitu saja,sedang Dinar bergegas menuju dapur dan mulai mengerjakan tugasnya.

Lima belas menit kemudian mereka sudah kembali ke meja makan.

Selama mereka menyantap makanannya tak terdengar suara obrolan apapun,padahal di benak Tegar ada banyak pertanyaan yang ingin dia kemukakan.

"Mau nambah lagi?"ucap Dinar pada anaknya yang sudah menghabiskan makanannya terlebih dahulu.Tegar  menggeleng dan mendorong sedikit kemuka piringnya yang sudah kosong."Sudah kenyang Mih."

Setelah Dinar menyelesaikan makannya dia langsung meminum air putih yang ada di samping piring makannya lalu membereskan meja yang sedikit berantakan.

Tegar berdiri dan membawa serta piring kosongnya ke dapur.Di susul Dinar dan langsung mencuci piring kotor tadi.

"Mih"

"Mmhh"

Tegar berdiri sambil memegang ujung baju Ibunya.Dinar menoleh dan memperhatikan wajah anaknya yang menatap ke arah seprei Doraemon berada.

Dinar ikut melihat ke arah pandang anaknya dan tidak ada gerakan apapun dari balik seprei tersebut.

"Ada apa?"Dinar mengiring Tegar ke kursi makan.Merekapun kembali duduk dan melanjutkan obrolan yang belum selesai.

"Untuk hidup berdua saja Mamih harus bekerja keras memenuhi kebutuhan sehari-hari,kini di tambah kedatangan orang besar itu yang pasti makannya lebih banyak dari kita."

Dinar tidak kaget dengan ucapan anaknya karena selama ini Tegar menjadi saksi bagaimana kerasnya perjuangan nya memenuhi kebutuhan mereka berdua.

"Jangan berpikir terlalu keras,kita jalani saja apa yang kita hadapi saat ini.karena masa depan sudah di atur oleh yang maha kuasa dan tugas kita hanya berdoa dan berusaha."Dinar mengangguk sebagai tanda meyakinkan ucapannya pada Tegar.

"Aku hanya tak ingin melihat Mamih bekerja lebih keras dan membuat jatuh sakit nantinya."

"Jangan khawatir,pasti ada jalan keluar atas semua masalah, hanya mungkin semua butuh proses dan kita hanya harus melakukan yang ada di depan kita dengan baik."

Tegar mengangguk paham atas ucapan Dinar.Walau jauh di lubuk hatinya ada banyak kata yang tak bisa dia utarakan karena selama ini dia selalu menuruti semua saran dan nasehat sang Ibu.

Prinsip dia hanya satu,tak ada Ibu yang akan menjerumuskan apalagi membahayakan anaknya sendiri.

"Baiklah Mih mulai besok aku akan lebih sering berdoa dan lebih giat membantu Mamih."Dinar terharu atas apa yang di ucapkan anak lelakinya,senyuman haru terbit di wajah ayu itu.

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang