Bab Sepuluh

4.6K 341 1
                                    

Tiga Minggu telah berlalu,semenjak Ganesa jadi tamu di rumahnya banyak hal yang terjadi dalam rumah kecil itu.Dinar dan Tegar benar-benar seperti memiliki bayi raksasa.

Mulai dari membersihkan badan,makan,berganti baju semua di bantu oleh Tegar.Sedang Dinar harus menyelesaikan semua pesanan tepat waktu agar urusan dapurnya tetap lancar.

Tegar melakukan nya dengan sepenuh hati,dia juga jadi jarang main keluar rumah karena hampir seluruh waktunya dihabiskan dengan Ganesa.

Setiap hari kesehatan Ganesa semakin baik,dia berusaha keras mengembalikan kepulihan dirinya.Walau geraknya masih terbatas tapi dia sudah tidak terlalu bergantung pada di pemilik rumah.

Semua usahanya nya tentu tidak dia lakukan sendiri,ada lalaki kecil yang selalu setia menemani dalam proses kesembuhannya.

Entah apa yang membuat dua lelaki beda generasi itu semakin hari semakin dekat,bahkan Tegar tak sungkan menanyakan segala hal pada Ganesa termasuk pelajarannya di sekolah.

Bahkan hampir setiap malam bila Tegar sudah menyelesaikan pekerjaan rumahnya dia selalu tertidur di samping Ganesa,dan pria itu selalu menceritakan dongeng sambil mengusap pelan kepala anak lelaki itu.

Semua perubahan itu tidak lepas dari pantauan Dinar,walau mereka jarang bicara tapi hampir setiap hari dia selalu menyiapkan obat herbal berupa rebusan dedaunan yang rasanya jauh dari kata manis.

Pada mulanya Ganesa keberatan untuk meminum semua obat herbal yang Dinar siapkan namun mata indah wanita itu akan melotot bila yang di siapkan nya tidak di habiskan.

Alhasil Ganesa memilih meminumnya walau sesudahnya dia akan merasa lupa akan semua rasa kecuali rasa pahit yang butuh waktu berjam-jam untuk menghilangkan nya.

Walau kedekatan Ganesa dan anaknya banyak menunjukan hal positif namun Dinar juga tidak sepenuhnya tenang karena lambat laun Ganesa harus segera pergi dan sedikit banyak itu akan berpengaruh pada anak lelaki nya.

"Paman apakah ada cerita tentang pahlawan pemberani yang di segani oleh semua musuhnya?"Ganesa mengangguk dan meraih jemari Tegar yang sedang berdiri dan menarik untuk duduk di samping nya.

"Tentu saja,apakah kamu ingin mendengarkan salah satu ceritanya?"Tegar tersenyum senang dan mengangguk cepat.Merekapun terlarut dengan dongeng yang Ganesa ceritakan sampai Tegar tak kuat lagi menahan ngantuk dan hingga akhirnya terpejam menuju ke alam mimpi.

Dinar baru saja selesai mengemas pesanan kue kedalam kardus besar,dia menyandarkan tubuhnya di kursi makan.Raut lelah terlihat jelas di wajah ayunya,sesekali dia meregangkan otot yang terasa kaku.

Dia bangun dari duduk dan menghampiri Tegar yang sudah terlelap di dekapan Ganesa,sedikit jongkok Dinar menundukkan tubuhnya.

"Tegar ayo pindah tidurnya Nak,Mamih sudah selesai."Dinar menggoyangkan tubuh kecil anaknya yang sedang elus-elus oleh tangan besar Ganesa.

Rupanya Tegar sudah terlelap hingga usaha Dinar untuk membangunkannya tidak membuahkan hasil.Dinar menadahkan tangannya meminta Ganesa membantu mengangkat tubuh Tegar ke atas tangannya.

"Biarkan untuk malam ini dia tidur di sini,saya akan menjaganya."Dinar melirik pemilik suara bariton itu.

"Nanti keterusan,lagipula saya tak ingin dia menjadi terbiasa oleh kehadiran anda Tuan Ganesa.Fokus saja pada kesembuhan anda dan tolong secepatnya tinggalkan kami,karena kami tidak bisa selamanya menyembunyikan anda di sini!"

Dengan cepat Dinar mengangkat tubuh anak lelakinya sendiri tanpa meminta bantuan Ganesa lagi,namun naas saat hendak membalikan badan,kakinya tersangkut karpet yang menjadi alas tidur tamu nya itu.Sehingga diapun tak bisa menahan saat harus terjatuh ke dalam pangkuan Ganesa bersama dengan anaknya yang masih terlelap.

"Bruukk"

"Mmmhhh"

Genesa menggeram menahan bobot tubuh Dinar yang masih menggendong anaknya,secara spontan tangan pria itu menahan tubuh Dinar agar kepala Dinar tidak terbentur pintu lemari.

Pandangan mereka beradu dan jarak wajah keduanya tidak kurang dari sejengkal,hingga detik berikutnya detak jantung mereka bekerja lebih cepat dari biasa.Tegar masih dalam pangkuan Ibunya dan dia hanya bergerak sebentar lalu tidur lagi.

Menyadari ada tangan besar yang sedang mendekapnya membuat tubuh Dinar bergetar dan dia segera mengarahkan pandangan nyalangnya pada tangan besar itu 

"Lepaskan tangan anda Tuan Ganesa!"ucap Dinar pelan tapi ada tekanan di setiap katanya.Seperti baru sadar dari keterkejutannya Ganesa segara mengangkat kedua tangannya ke atas.

"Duk"

"Aaaww"

Kepala Dinar terbentur lemari yang ada di samping Ganesa,posisinya sungguh tidak menguntungkan karena kini tubuh Dinar terlentang di pangkuan pria yang masih mengangkat ke dua tangannya ke atas.Sedang Ganesa hanya bisa menatap wajah Dinar tanpa berani bergerak lagi.

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang