Seminggu berlalu,Dinar kini tinggal di apartemen milik Ganesa.Dan selama ini dia tidak bertemu pemilik tempat itu karena harus di tinggal ke luar negri dalam waktu yang tidak tentu.
Dan selama di sana Dinar di temani oleh Wati karena Ganesa percaya Dinar hanya akan tenang bila di temani oleh orang yang dia kenal.
Namun melebihi aturan minum obat,Ganesa selalu menghubungi Dinar.Seperti saat ini saja Dinar yang sedang membantu Wati membuat resep kue baru harus menghentikan kegiatannya saat panggilan dari Ganesa terdengar.
"Ya ada apa lagi?"bukankah baru dua jam yang lalu kamu telepon,sekarang sudah telepon lagi."Nada bicara Dinar terdengar sedikit ketus.
Ganesa malah merasa terhibur dengan kekesalan Dinar yang tidak di tutup-tutupi."Besok aku pulang,dan persiapkan dirimu untuk pergi ke suatu tempat."
Mendengar itu,perasaan Dinar yang selama ini sedih dan kesepian kini sedikit menghangat."Mau ke mana?"
"Ke KUA."Ucap singkat Ganesa membuat Dinar mendadak lemas.Dia diam dan berusaha mengatur napas nya yang mendadak sesak.Dalam hatinya kini penuhi pertanyaan yang tak ingin dia tanyakan pada orang lain.
"Kamu akan menikah?"suaranya mendadak berat dan ada perasaan kecewa terdengar dalam setiap kata.
Tidak ada jawaban dari seberang sana,hanya ada helaan napas Ganesa yang terdengar sama berat."Iya."
Sepanjang malam Dinar tidak bisa memejamkan matanya,pikirannya di penuhi oleh nama orang secara tidak dia sadari telah berani berharap akan adanya kebahagiaan.
'Kenapa aku bodoh? harusnya pengalaman ku dulu cukup untuk aku tidak merasakan perasaan menyebalkan seperti ini?'
Pertanyaan tanpa jawaban itu terus saja berputar-putar di kepalanya.Hingga akhirnya dia terlelap ketika melewati waktu subuh.
Tok tok tok
Dinar berjalan terhuyung saat pintu kamar yang dia tempati terus menerus berbunyi,kepalanya terasa berat karena baru tidur beberapa jam saja.
Begitu pintu kamar di buka,dia melihat sosok yang beberapa waktu terakhir ini mampu membuat jantungnya bertalu-talu lebih cepat dari biasanya.
"Masih belum siap?"kamu tau tidak,kita bisa terlambat bila kamu tidak segera bersiap-siap."Dinar yang masih belum sepenuhnya sadar hanya mengerutkan mengangkat bahu dan berlalu ke dapur melewati Ganesa masih berdiri tegap di depan pintu kamar.
"Apa kamu begadang?"Ganesa mengikuti Dinar dan mengambil tempat duduk tak jauh dari Dinar sedang menuangkan air putih kedalam gelas di genggamannya.
"Mmhhh"jawabnya dengan mata yang masih belum terbuka sempurna.Sedang Ganesa hanya diam dan terus memperhatikan wanita di hadapannya dan semakin dia inginkan.
Sesudah Dinar menenggak minumannya sampai tandas,barulah dia mengambil gelas lain untuk di isi air dan langsung di sodorkannya pada Ganesa.
"Sepetinya aku tidak bisa ikut denganmu kali ini,tak akan berpengaruh juga bila aku tidak hadir di sana."
"Siapa bilang? justru semuanya bisa batal bila kamu tidak ada hadir."Ucap Ganesa santai dan memainkan gelas yang tadi Dinar berikan.
"Lho apa hubungannya?"kamu yang menikah kenapa aku harus ikut andil atas kelangsungan acaranya?lagi pula semua serba mendadak.Aku tak membawa baju pesta untuk menghadirinya."
Ganesa menatap lembut wanita dihadapan nya."Kamu siap-siap saja dulu,semua sudah aku atur dan satu lagi..."
Kedua alisnya bertaut,dan kini dia tengah penasaran atas ucapan Ganesa yang setengah-setengah."Apa?"
"Semua yang terbaik dan aku tidak ingin mendengar alasan apapun dari kamu menolak ajakan ku."
"Maksudmu?"Dinar semakin tidak memahami arah pembicaraan Ganesa.
"Hari ini kita akan menikah."

KAMU SEDANG MEMBACA
Semu
Literatura FemininaBertahan dalam pelarian bukanlah hal mudah,apalagi harus membawa bayi yang baru seminggu dilahirkan. Suami yang seharusnya menjaga dan menyayangi hanya tinggal impian saja.Dinar wanita 27 tahun yang berparas ayu itu kini telah menjelma menjadi wanit...