"Ini kan sudah malam,kenapa tidak bermalam di sini saja Yun?"tawar Dinar lalu kembali duduk di kursinya.
"Terima kasih tapi saya harus pulang karena ada pekerjaan lain yang harus saya kerjakan."Terang Yuni pelan.
"Kerja?memang kamu harus mengerjakan apa di jam selarut ini?"Dinar menoleh pada Ganesa seakan minta penjelasan akan pekerjaan lain yang di maksud Yuni.
"Tenang saja,aku tidak sekejam itu sampai tidak memberikan waktu istirahat pada semua anak buahku.Dia memiliki anak laki-laki yang masih kecil,jadi wajar saja kalau harus segera pulang."Ganesa mengerti betul arah ucapan Dinar padanya.
"Apa yang di ucapkan Tuan memang benar adanya,saya mempunyai seorang anak laki-laki yang berusia dua tahun.Dan sekarang kami tinggal bersama Ibu saya."
"Ibu saya mengabdi cukup lama pada Tuan Ganesa,dan ketika beliau pensiun saya menawarkan diri untuk meneruskan pekerjaannya."
Dinar mengerucutkan bibirnya,dia ingin bertanya tapi ada sedikit ragu."Lalu ayahnya?"tanya Dinar akhirnya dengan wajah terlihat sedikit tidak enak.
"Suami saya meninggal sejak saya hamil lima bulan dan setelah itu Ibu saya jatuh sakit karena terlalu memikirkan nasib saya yang waktu itu tidak memungkinkan untuk bisa bertahan."
"Maksud nya?"Dinar penasaran dengan kelanjutan cerita Yuni sampai bibirnya sedikit terbuka.Ganesa yang memperhatikan reaksi istrinya hanya bisa tersenyum dan membiarkan begitu saja.Karena selama ini dia tidak pernah melihat Dinar mau bercerita berlama-lama dengan siapapun.
"Mungkin semua orang pernah mengalami hal berat dalam hidupnya,dan sepertinya saat itu adalah masa terberat saya."Yuni diam sejenak dan menatap Ganesa untuk meminta ijin melanjutkan cerita hidupnya.
Ganesa mengangguk lalu dia pergi meninggalkan ruang tamu."Kalian lanjutkan saja ceritanya,saya akan memeriksa beberapa dokumen."
Dinar dan Yuni sama-sama mengangguk dan mereka tau bahwa Ganesa memberikan ruang dan waktu agar bisa lebih leluasa.
"Suami saya meninggal sebagai korban tabrak lari,sedang saya berhasil selamat dari tragedi itu setelah perjuangan yang cukup panjang."
Dinar tertegun mendengan cerita wanita di hadapannya.Dia dapat membayangkan bagaimana perjuangan Yuni sampai bisa bertahan sampai detik ini.
'Ternyata Yuni wanita yang sangat hebat,aku mengira bahwa lukaku yang terdalam tapi kenyataan telah membuatku sadar bahwa setiap manusia memiliki cerita masing-masing yang tidak lari dari senang dan sedih.'Gumam Dinar dalam hati.
"Tunggu sebentar,saya akan mengambil minum dulu."Sebelum Yuni mencegahnya,Dinar sudah bergegas terlebih dahulu.Tidak berapa lama dia kembali dengan dua minuman dingin dan kudapan di tangannya.
"Tidak usah repot-repot."Ucap Yuni sungkan.
"Hanya minum saja Yun dan saya tidak merasa di repotkan.Kamu bisa ceritakan semuanya lain kali saja kalau sudah siap untuk berbagi cerita denganku. karena saya juga seorang Ibu jadi tau betul hati mu tidak nyaman untuk bercerita malam ini,apalagi sekarang waktunya kamu harus pulang."
Yuni terharu dengan pengertian Dinar,karena biasanya orang lain tidak akan perduli dengan keadaannya."Pantas Tuan mau mengorbankan apa saja untuk anda,karena baru sebentar saja saya mengenal anda sudah terlihat anda memang berbeda.
"Lho itu hal wajar saja,kita bisa berbagi cerita kapan saja tapi anakmu tidak bisa di perlakukan demikian.Pulanglah sekarang dan terima kasih sudah mau berbagi cerita denganku."Ucap Dinar tulus.
"Terima kasih banyak."Ucap Yuni senang dan dia berkata bahwa akan berbagi cerita di lain waktu.
Sesudah Yuni pulang,Dinar hendak kembali ke kamarnya,namun sebuah tangan melingkar dari arah belakang."Setiap hari aku semakin mencintaimu."Bisiknya tepat di kepala Dinar.
Pelukannya semakin erat dan Dinar mendadak kaku di tempatnya,Ganesa semakin dalam hanyut menikmati aroma dari orang yang dia rindukan."Setiap hari aku tidak bisa berhenti merindukan mu."
Tangan Dinar berubah dingin,keringatnya mulai membasahi wajahnya.Hingga satu tetes keringat menetes tepat di tangan Ganesa yang di kira air mata Dinar.
"Maaf bila membuat kamu takut,tapi biarkanlah begini untuk beberapa menit saja."Pintanya tanpa mengendurkan pelukannya.
Dinar mengangguk pelan sebagai jawaban atas permintaan Ganesa namun kini dia berusaha tetap tenang walau detak jantungnya sudah tidak bisa di hitung berapa jumlah detak di setiap menitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semu
Chick-LitBertahan dalam pelarian bukanlah hal mudah,apalagi harus membawa bayi yang baru seminggu dilahirkan. Suami yang seharusnya menjaga dan menyayangi hanya tinggal impian saja.Dinar wanita 27 tahun yang berparas ayu itu kini telah menjelma menjadi wanit...