2

1K 96 0
                                    

Taksi yang jisoo tumpangi berhenti tepat di depan rumah mewah berpagar tinggi warna hitam. Setelah membayar jasa taksi yang ia gunakan, jisoo bergegas turun dan melangkah dengan cepat masuk kedalam area rumahnya.

Tiba di depan pintu jisoo berdiri terdiam. Ia hanya menatap pintu yang tertutup tersebut dengan tatapan sendunya. Tak lama tangannya bergerak guna menyentuh knop pintu bermaksud membuka pintu tersebut. Tapi, tiba-tiba jisoo ragu. Tangannya kembali di jauhkan, kedua tangan jisoo kini malah memegang tali tas selempangnya yang ia sampirkan di bahu.

Jisoo menggigit bibirnya, ia merasa ragu untuk masuk. Cukup lama berpikir, akhirnya jisoo memejamkan sejenak matanya. Setelah matanya kembali terbuka, jisoo menghembuskan nafas kasarnya. Tangannya kembali bergerak menyentuh knop pintu. Dengan gerakan pelan ia membuka pintu yang tertutup itu.

Ceklek ..

Suara pintu yang terbuka, dengan pelan jisoo melebarkan sedikit daun pintu itu. kemudian jisoo menyembulkan kepalanya, mengintip bagaimana ke adaan di dalam rumahnya.

Di ambang pintu, mata jisoo melirik ke segala penjuru.

Aman.

Jisoo menghela nafas lega. tanpa menimbulkan suara, jisoo mulai melangkah masuk ke dalam.

Di tutupnya dengan perlahan pintu tersebut, kemudian jisoo melangkah kembali dengan cara mengendap-ngendap.

Jisoo melangkah cepat, dan penuh kehati-hatian. Ketika sampai di tangann, jisoo menginjak anak tanggan dan kemudian ia berlari agar ia lebih cepat sampai di ruang pribadinya.



Lagi-lagi jisoo beruntung, pintu kamarnya kini sudah berada di depan matanya. Bergegas ia membuka pintu kamarnya yang tertutup dan kemudian melangkah masuk dan menutup kembali pintu itu dengan rapat.

Tak bergegas melangkah, jisoo malah berdiri bersandar di balik pintu. Deru nafasnya kembali memburu, raut wajahnya pun berubah. Bibirnya bergetar, bola matanya berkaca-kaca.

Jisoo melepas tas slempang yang sedari tadi bertengger di bahunya.

" aaaaakkkkkkkgggggg.." jisoo berteriak, tas yang ia pegang ia lempar dengan asal. Tak perduli dengan benda-benda penting yang ia simpan di dalam tas tersebut.

Teriak yang jisoo keluarkan membuat air matanya jatuh mengalir di pipi. Jisoo mulai terisak.
Merasa lututnya lemas, dan kakinya tak kuat lagi menopang berat tubuhnya, jisoo yang berdiri bersandar merosot dan terduduk di lantai di balik pintu.

Isakan jisoo kembali terdengar, perlahan kedua kaki jisoo di tekuk. Ia menenggelamkan wajahnya dengan lutut yang ia gunakan sebagai tumpuan.

Dalam posisinya kini, jisoo menangis sejadinya.











..

Lain jisoo, lain pula dengan jeno.

Sama seperti jisoo yang bergegas pulang, jeno pun langsung pulang ke rumahnya.

Jeno bukan jisoo yang harus masuk kedalam rumah dengan cara mengendap-ngendap. Dengan santainya jeno berjalan masuk.

Bahkan, jeno tidak perduli dengan sepasang mata yang saat ini menatapnya dengan tatapan penuh tanya.

" jeno .."

Suara dari seorang wanita yang terlihat begitu anggun di usianya yang tidak bisa di sebut muda lagi.

Jeno menoleh, ia menghentikan langkahnya.

" kamu dari mana. Sampai kamu pulang pagi begini ..?" Tanya nya lagi, jeno menghembuskan nafas kasarnya.

TANPA TAPI ..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang