53

303 60 12
                                    

Dara begitu antusias merapihkan kamar yang nantinya akan ditempati oleh cucunya.

Baju-baju bayi ia letakan di laci kecil, kemudian ia juga menyimpan dan meletakan dengan rapih perlengkapan milik cucu pertamanya yang belum diberi nama itu.

Selagi Dara merapihkan dan menyiapkan semuanya.
Donghae juga turut membantu. Tapi, ada satu hal yang mencuri perhatian Donghae.

Sebuah paperbag berwarna merah muda yang sejak tiba di rumah langsung menjadi pusat fokus Dara.

Donghae menyentuh benda berbentuk kertas itu. Kemudian ia membuka dan mengeluarkan isi di dalam paperbag itu.

" ini punya siapa, Ma.? " tanya Donghae begitu melihat satu set baju bayi lengkap dengan sepatu kecil ukuran bayi yang baru lahir.

Fokus Dara teralihkan. Ia menoleh dan menatap suaminya, kemudian Dara menghela nafas pelan kala melihat satu benda yang di pegang suaminya.

" itu punya anaknya Jeno. " kata Dara sembari berjalan menghampiri suaminya kemudian duduk disamping lelaki yang sudah menemaninya selama 20 tahun.

" Mama yang beli ? " Donghae kembali bertanya.

Dara mengangguk sebagai jawaban.

" tapi kok. Warna pink, anak Jeno kan cowok.? "

Dara terkekeh, kini ia kembali ingat dengan hari dimana ia memberi satu set baju bayi itu.

" Mama beli baju itu udah lama banget, kayanya seminggu Jisoo sama Jeno menikah deh." Mata Dara bergerak menerawang dan mencoba mengingat kapan tepatnya ia membeli baju bayi itu.

" iya kayanya pas seminggu Jisoo sama Jeno menikah. Tapi, gak tau juga sih, Mama lupa. " putus Dara tidak bisa menginga.

" tapi kenapa pink.? " Donghae kembali menanyakan perihal warna.

Dara berdecak." waktu itu kita kan gak tau bayinya laki-laki atau perempuan, Mama asal beli. Lagian masih bisa di pake, kok. Dia kan masih bayi."

Donghae terkekeh, kemudian ia menganggukkan kepala.

Keduanya kembali melanjutkan kesibukannya, namun secara tiba-tiba ekspresi Dara berubah. Ia menghentikan gerakan tangannya, kemudian ia menoleh kearah suaminya.

" pa.?"

Respon pun Dara dapatkan, Donghae mengerutkan dahi.

" kayanya mulai besok kita suruh Jeno berhenti kerja deh, biar dia fokus sama kuliah aja, urusan kerja nanti dia kan bisa kerja di perusahaan Papa. Papa taro dia dimana pun Mama gak akan protes deh, asal jangan di jadiin OB aja."

Donghae mampak berpikir, Dara menatap penuh harap, ia sangat menginginkan Suaminya itu menuruti keinginannya sendiri. Ia hanya ingin cucu pertamanya itu terpantau dengan baik. Apalagi saat ini Ibu dan bayinya butuh perawatan ekstra, itu berarti sebagai seorang yang berpengalaman Dara harus maju paling depan.

Persetan dengan istilah menjilat ludah sendiri, dulu Dara tidak menolak ketika suaminya itu menghukum Jeno dan Jisoo. kecalaan yang menimpa Jisoo membuatnya kapok, Dara tidak mau hal itu terulang kembali.

Dara mendecakkan lidah ketika Donghae tak kunjung membuka suara, ia yang sudah jengah hendak membuka mulutnya. Tapi, terhenti kala suara Donghae yang Dara tunggu sedari tadi terdengar.

" Nanti kita bahas lagi kalau mereka udah pulang, kita akan kembali kerumah sakit, kan. Ayo kita siap-siap "

Kecewa, sedikit ada rasa kecewa. Dara kira suaminya itu akan langsung mengiyakan, ternyata malah akan membahas hal itu nanti bersama Jeno.










TANPA TAPI ..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang