63

210 38 12
                                    

7 bulan berlalu

Pagi ini cuaca cukup cerah. dengan tas slempang berukuran kecil, Jeno membuka pintu rumahnya.

Ketika pintu terbuka lebar, Jeno keluar dengan menenteng sepatunya lalu ia duduk di bangku yang ada di teras kecil rumahnya.

Bersama putra kecilnya yang di gendong, Jisoo mengikuti Jeno.

Tak duduk, Jisoo memilih berdiri memperhatikan suaminya yang tengah memakai sepatunya.

" hari ini kira-kira pulang jam berapa ? " tanya Jisoo

Jeno mendongkak, lalu menggelengkan kepalanya " Gak tau, kalau rame pasti pulangnya malem, seperti biasa kunci aja pintunya, takut  aku pulang larut hari ini "

Jisoo menganggukkan kepala, kemudian mengajak putranya berbicara dan mendapat respon berupa tawa dari sang putra.

" berangkat dulu ya " pamit Jeno mengulurkan tangan, lalu mendapat sambutan dari Jisoo.

Tak lupa Jeno mengulurkan tangan pada putranya. Jeno menggenggam telapak tangan putranya, lalu mengarahkan telapak tangan itu ke dahi buah hatinya.

" Jangan rewel ya, baik-baik sama Ibu. " kata Jeno pada putranya, seolah paham putranya merespon dengan tawa.

Jeno yang gemas pun mencubit pelan pipi gembul putranya lalu menciumnya berkali-kali.

Apa yang dilakukan Jeno tentu saja tidak di sukai putranya, seperti biasa jika Jeno menjahili putranya, ia akan menangis dan berakhir mendapat tatapan maut dari Jisoo.

Jisoo berusaha menjauhkan Jeno dari putranya, tapi Jeno menahannya. putranya yang merengek membuat Jeno semakin gemas, ia pun terus menanggu putranya, hingga ia lupa jika ia harus pergi bekerja.

Jisoo ? Tentu saja semakin jengah, tadi Jeno berpesan agar putranya jangan rewel. Tapi, lihatnya sendiri. Justru Jeno sendiri lah yang membuat putranya merengek.

Jisoo kembali menjauhkan putranya dari sang Ayah, kini Jisoo berbalik membelakangi Jeno.

" udah ya jangan nangis, Ayahnya udah gak keliatan. " kata Jisoo.

Jeno tertawa di buatnya.

" udah sana berangkat, nanti kesiangan " Jisoo mengingatkan.

Seketika wajah Jeno berubah, wajah ceria itu sirna.
Jeno menghela nafas kasaranya. " coba aja itu caffe punya aku, pasti bisa bebas datang kapan aja. Jadi pengen beli caffe nya. "

Jisoo menggelengkan kepala. " gak usah banyak mengkhayal, udah sekarang mending berangkat biar bisa nabung terus beli caffe nya. "

Tawa Jeno pecah " bisa aja kamu, ya udah aku berangkat ya. Hati-hati dirumah, kalau ada orang asing bertamu jangan di tanggapin, apalagi Jaemin. "

" iya, hati-hati juga " kata Jisoo.

Jeno melangkah menuju motor miliknya, menghidupkan mesin motornya. sebelum melajukan motornya, Jeno menatap kedua orang yang saat ini sangat ia sayangi,
Jeno melambaikan tangan, Jisoo pun membalasnya dengan cara menggerakan tangan putranya.

Jeno tersenyum, lalu ia melajukan motornya dan pergi.

Motor yang Jeno kendarai sudah tak terlihat. Tak bergegas masuk, Jisoo melihat-lihat kesekitar. Ternyata ada tukang sayur dengan beberapa ibu-ibu komplek tengah berbelanja.

Dengan menggendong putranya, Jisoo melangkah mendekati.

Jisoo pun tersenyum menyapa beberapa tetangganya itu.

" eh si ganteng baru keluar " kata Ibu berdaster biru menyapa putra Jisoo.

Jisoo pun tersenyum dan mulai memilah dan memilih sayuran yang akan ia jadikan menu makan malam hari ini.

" Jeno masih kerja di caffe, Ji ? " tanya Ibu lainnya, yang memang sudah mengenal Jisoo dan Jeno semejak keduanya menempati rumah itu.

Jisoo menganggukkan kepalanya " masih " jawabnya, lalu tangannya bergerak mencegah putranya yang hendak menarik sayuran. " gak boleh ya, nanti di marahin abang nya " kata Jisoo pada putranya.

Semua pun tertawa melihat tingkah bayi kecil berumur 7 bulan itu.

" aktif banget ya, hati-hati ya Ji. Bayi umuran segini udah bisa ngerampas apa aja. Ngerinya kalau lagi di taruh di roda bayi, bisa bergerak kemana aja terus ngambil apa aja. "

Semua mengangguk setuju dengan ucapan Ibu berdaster batik.

" Iya, bu. Saya akan selalu hati-hati " sahut Jisoo yang memang selalu menerima saran dari siapapun jika itu menyangkut kebaikan putranya.

" oh iya, emang Jeno gak mau ikut Papa nya, padahal perusahaan Papanya besar lho. ? " kali ini yang bertanya salah satu Ibu yang selalu membawa gosip jika sedang berbelanja di tukang sayur.

Jisoo tersenyum, meski sebenarnya pertanyaan itu terlalu mengganggu menurutnya.
" Jeno pengen mandiri, dia gak mau bergantung sama Papanya atau siapapun "

" Sayang banget, padahal dia pewaris tunggal. " Ibu itu kembali bicara.

Jisoo pun mulai tak nyaman, ia pun segera menyudahi sesi belanjanya. " jadi berapa, bang ? "

" 50 ribu, neng " sahut pedagang, yang kemudian menerima uang yang Jisoo berikan.

" saya duluan ya, Bu " pamit Jisoo dengan senyum, kemudian melangkah menuju rumahnya.

Tiba di rumahnya, Jisoo bersama putranya bergegas masuk.

Sesi bergosip tak berhenti ternyata, kehidupan Jisoo dan Jeno kembali menjadi bahan perbincangan wanita itu. " kalau saya jadi dia, mending hidup sama keluarganya, udah kaya duit banyak, tinggal tumpang kaki "

Ibu berdaster batik pun menggelengkan kepalanya merespon ucapan si wanita yang dikenal biang gosip komplek.

" gak semua orang punya sifat kaya gitu, Bu. Justru bagus mereka pengen mandiri, biar kata menikah muda tapi gak mau ngerepotin orangtua " pedagang pun ikut berkomentar.

" Halal, itu mah di awal aja, saya mah tau bocah-bocah modelan kaya gitu. Awalnya aja ngomong pengen mandiri, udah kesusahan mah larinya sama orangtuanya. " katanya lagi masih tak mau kalah.

Gelengan kepala kembali di dapatkan " lagian kenapa ibu yang repot, kalau pun mereka minta kan sama orangtuanya bukan sama Ibu " Ibu berdaster biru berbicara, semua pun tertawa.

Wanita tukang gosip itu pun mendengus. Kesal, ia pun menyelesaikan sesi belanjanya.
Lucunya, dia malah pergi begitu saja dan tidak membeli apapun, padahal dari tadi tangannya sibuk memilih.

" Ibu Wanda itu ada-ada aja, masih aja suka sibuk ngurusin hidup orang "
Pedagang kembali bersuara.

" ya gitu lah manusia jaman sekarang, kayanya kalau gak gosip gak makan " celetuk Ibu daster batik.

Sontak semua pun tertawa.





...



Bersambung ..


Halooo, masih adakah pembacanya ?


Jadi baper pas jeno gangguin anaknya.
Ngebayangin jisoo nya marah cemberut gitu gegara anaknya nangis.


See you

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TANPA TAPI ..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang