46

280 54 10
                                    

KALAU MAU LEBIH DAPET FEEL NYA, BACANYA ENTAR AJA PAS TAUN BARU ..
🤣🤣🤣🤣🤣🤣






..

Menatap pantulan wajahnya di cermin. Jisoo tersenyum simpul, entah ini bawaan si jabang bayi atau memang tingkat kepercayaan dirinya sedang tinggi, Jisoo merasa cantik malam ini.

Mengenakan dress pendek sebatas lutut, cardigan yang senada dengan warna dress tanpa lengan membuat Jisoo benar-benar terlihat anggun malam ini.

" ayo Jen .. "

Jeno yang tengah bertukar pesan dengan Jaemin mendongkak.

Terpana ?

Jawabannya sudah pasti. Jeno tidak bisa berkedip malam ini.
Istrinya terlihat cantik malam ini

Tatapannya masih terpaku kearah Jisoo, tiba-tiba satu ide terlintas dalam benaknya.

Bolehkan Jeno membatalkan saja acara malam ini dan menghabiskan waktu berdua saja bersama istrinya itu ?

Keinginan Jeno sepertinya sudah tertolak sebelum berucap.

Jisooo bersuara sembari mengibaskan telapak tangannya di depan wajah Jeno yang terlihat diam tanpa ekspresi.
" Jeno .. "

Jeno tersadar. Salah tingkah ? Sudah pasti.

Jisoo yang mengerti jika suaminya itu tengah salah tingkah, terkekeh pelan.
" jadi pergi kan ? Kasian nanti Jaemin nunggu .. "

Mendengar nama Jaemin, Jeno mendengus pelan.
Kenapa Jisoo lebih kasihan dengan Jaemin. Seharusnya Jisoo lebih mengasihani Jeno. Ia ingin berduaan saja bersama Jisoo malam ini.

Tapi, Jeno sendiri hanya diam, tak berbicara. Lalu bagaimana Jisoo mau mengasihaninya.

" Jen .. "

" iya .. Ayo .. " Jeno bangkit dari duduknya.
Meraih tangan Jisoo kemudian menautkan jari-jarinya sedang jari-jari milik Jisoo. Jeno membawa Jisoo melangkah keluar dari kamar milik kedunya.





Tak lupa mengunci pintu.
Jisoo melangkah menghampiri Jeno yang sudah duduk di atas jok motornya.

Lagi-lagi tak mau membuat Jaemin menunggu. Jisoo bergegas duduk di belakang Jeno dengan posisi duduk miring.
Kondisi perutnya yang sudah membuncit membuat Jisoo harus duduk dengan posisi seperti itu.

Tanp Jeno minta, tangan Jisoo bergerak memeluk pinggang Jeno.

Jeno tersenyum ketika merasakan dekapan tangan Jisoo.

Bergegas Jeno melajukan motornya meninggalkan area rumahnya.




..

Dalam perjalan, Tak ada percakapan.
Mengendarai motor menjadi alasan keduanya untuk tak berbincang di perjalanan.

Tak masalah bagi Jisoo. Justru Jisoo asik menikmati ke indahan kota di malam hari. Satu hal yang sudah tidak ia nikmati setelah menikah dengan Jeno.
Jeno yang sibuk kuliah dan bekerjanya membuatnya tak pernah mengajak Jisoo untuk keluar menikmati malam romantis.



Tak lama keduanya sampai.

Jisoo turun dari motor Jeno. Begitu pula dengan Jeno yang sudah memarkirkan motornya.

Keduanya berdiri berdampingan. Mata Jeno melirik Jisoo yang terlihat tidak seperti tadi.

Jisoo seperti kehilangan moodnya.

" kenapa ..? " tanya Jeno. Tangannya bergerak merangkul bahu Jisoo, kemudian mengusap lembut lengan Jisoo yang tertutup cardigan.

" kok rame banget sih .. " sahut Jisoo.

Ternyata ramainya pengunjung yang datang membuat Jisoo badmood. Jeno terkekeh, mungkin itu bawaan bayinya. Pikir jeno.

" ya namanya juga tempat umum pasti rame, udah biarin aja. Toh gada yang kenal kan .. " Jeno mencoba menyakinkan agar mood Jisoo kembali baik.

Jisoo mengangguk pelan.

Tangan Jeno kembali mengusap lengan Jisoo, meski Jisoo sudah mengangguk tetap saja tak cukup membuat Jeno tenang.

" woooyy .. "

Keduanya menoleh ke sumber suara yang berasal dari mulut Jaemin.

Lelaki dengan kemeja flanel kotak-kotak itu melangkah menghampiri Jeno dan Jisoo.

" udah lama lu ? " tanya Jeno basa-basi.

Jaemin memutar bola matanya malas " gue nyaris mau ngerayain taun baru duluan karena nungguin kalian "

Jisoo dan Jeno terkekeh. Tadi ada sedikit kendala, jalanan sedikit macet. Hal itu membuat Jeno dan Jisoo datang sedikit terlambat.

" ayo buruan, gue udah sediain tempat buat kalian .. " kata Jaemin kemudian balik badan dan melangkahkan kaki menuju tempat yang sudah ia pesan sebelumnya.

Jeno merubah posisi tangannya, kini ia menggenggam tangan Jisoo. Sembari menuntun Jisoo, Jeno melangkahkan kaki mengikuti Jaemin.



..

Satu meja, tiga kursi, lengkap dengan minuman dan beberapa camilan. Itulah penampakan meja yang sudah Jaemin pesan untuknya dan juga dua orang yang ia tunggu-tunggu kedatangannya.

" kok kursinya cuma tiga ? " tanya Jisoo polos.

Jaemin merubah ekspresi wajahnya. Menatap Jisoo dengan tatapan penuh arti.
" elu ngeledek gue, iya lah bangkunya tiga, kalau empat, yang satunya buat siapa anjir .. "

Jeno tidak bisa menahan tawanya. Bisa-bisanya Jaemin berpikir Jisoo tengah menyindir statusnya yang belum memiliki kekasih.

Jisoo menggaruk belakang lehernya yang tak gatal. Ia tak bermaksud menyindir Jaemin.

" udah duduk, kita nunggu pesta kembang api di sini aja sambil makan sama minum .. "

" elu yang bayar kan .? "

Jaemin memutar bola matanya malas " iya Jeno. Kan gue yang ngajak, jadi gue yang neraktir kalian .. "

Jeno tersenyum senang " itu baru temen "

" kaya gini baru elu anggap temen, kemaren-kemaren elu kemana aja .. Gue gak di anggep sama elu cooy, sampai gue tau kenyataan yang sebenarnya setelah gue menyelidiki sendiri " Jaemin dengan nada suara yang sengaja dibuat dramatis agar lebih menjiwai dalam berdrama.

" halah, sok-sok'an menyelidiki, orang elu tau gara-gara gak sengaja liat Jisoo di anter nyokap gue .. " Jeno yang tahu kearah mana pembahasan Jaemin pun menimpali.

Jaemin terkekeh. Benar yang dikatakan Jeno, tak ada istilah ia menyelidiki.

Ketiganya larut dalam suasana. Sisi humor Jaemin mampu membuat Jisoo dan Jeno tertawa.

Asik dengan dunia mereka, tak sadar seseorang memeperhatikan ketiganya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Tangannya terkepal, rahangnya mengeras. Bergegas ia melangkahkan kaki menghampiri ketiga makhluk tuhan yang sedang bersenda gurau itu.

" Jenooo .. "

Hanya Jeno yang disebut namanya, tapi ketiganya menoleh.

Jisoo terdiam begitu pula dengan Jaemin. Sedangkan Jeno menatapnya dengan tatapan santai.




..

Bersambung ..


Tiga kali up kan aku .. Howalaaaahhhh ..

Lanjut kaga nihhhh ..

See you

TANPA TAPI ..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang