28

405 66 2
                                    

Gerimis,

Jisoo yang menyadari akan hal itu bergegas keluar, ia berjalan cepat dan kemudian menarik dengan terburu buru pakaian yang ia cuci dan kini sudah kering.

Selesai, jisoo bergegas kembali masuk ke dalam rumah, dan ketika ia sudah berada di dalam rumah, hujan turun dengan sangat deras.

Jisoo melangkah lebih dalam, pakaian yang ia bawa ia letakkan di atas sofa.

Tak lama sekelebat cahaya lewat dan menerpa wajah jisoo, kemudian detik berikutnya sebuah petir menggelegar. Jisoo terkejut, sangking terkejutnya ia sampai memejamkan mata dan reflek menutup kedua telingan dengan telapak tangannya.

Suara menggelegar itu sudah tidak terdengar, dengan perlahan jisoo membuka matanya yang terpejam, ketika terbuka sempurna, jisoo menatap ke arah jendela. Jisoo kembali melihat sekelebat cahaya, dan lagi petir kembali menggelegar.

Dalam keadaan yang cukup mencengkam tiba tiba jisoo ingat akan jeno.

Jisoo bertanya tanya, di mana jeno saat ini, apa jeno berada di restoran tempat dia bekerja, atau justru jeno tengah pergi karena mendapat tugas lain dari atasannya.

Jisoo menghela nafas, ia khawatir.

Tak lama jisoo mencoba membuat dirinya tenang, ia menarik nafas dalam dan kemudian menghembuskan perlahan. Jisoo berharap dimana pun jeno saat ini, dia dalam keadaan baik baik saja.

Khawatir akan jeno belum hilang, jisoo kembali di buat terkejut ketika tiba tiba lampu padam.

Dalam keadaan gelap jisoo mencoba melangkah mencari satu benda yang bisa ia gunakan sebagai alat bantu penerangan. Beruntung posisi berdirinya saat ini tak jauh dari sofa, agar tidak tersandung, jisoo berpegangan pada sofa, dan kemudian ia berhasil melangkah menuju meja kecil, di raihnya ponsel miliknya yang ia taruh di atas meja. Kemudian jisoo mulai menghidupkan senter yang ada di ponselnya.

Meski hanya dengan penerangan seadanya, jisoo merasa lebih baik. Tapi rasa itu seketika hilang ketika jisoo melihat batre ponselnya, ternyata sudah melemah.






..

" jeno .." katanya ketika melihat seorang pria berdiri berteduh di sebuah ruko yang tertutup.

Meski tersamarkan hujan, dara yang berada di dalam mobil bisa mengenali putranya dengan sangat baik.

Dari dalam mobil, dara menatap putranya dengan rasa iba. Tapi meskipun demikian, dara tidak berniat menghentikan laju mobil yang saat ini ia tumpangi.

Ia membiarkan jeno, dan kemudian mobil yang ia tumpangi melaju terus melewati jeno.

Dalam kedinginan, jeno terus berdiri di pinggir ruko yang tertutup menunggu hujan reda.

Petir yang menggelegar membuat jeno teringat akan jisoo, jeno yakin pasti jisoo sendirian dalam ketakutan.

Jeno menghela nafas, ia berdoa semoga tuhan segera menghentikan hujan yang Dia berikan.

Doa jeno terkabul, tak lama hujan berhenti, meski tak sepenuhnya berhenti tapi jeno bersyukur, setidaknya ini lebih baik daripada hujan deras seperti tadi.

Dalam rintik rintik tetesan air hujan, jeno akhirnya memilih melanjutkan kembali tugasnya yang sempat tertunda.

Sembari mengendarai motornya, jeno pergi menuju alamat yang menurut jeno tidak asing.









Jeno memelankan laju motornya, ketika ia sudah hampir tiba di alamat yang ia tuju.

Jeno mengeluarkan lembaran kertas yang bertuliskan alamat itu, kemudian ia baca kembali untuk memastikan jika ia tidak salah alamat.

Dahi jeno berkerut, alamat nampak tak asing baginya, kemudian jeno kembali melajukan motornya menuju alamat itu.

Dan, ketika tiba jeno di buat membulatkan matanya, pantas aja alamat itu tak asing baginya, ternyata alamat yang tertulis adalah alamat rumah jisoo.

Ekspresi wajah jeno berubah, kebingungan nampak jelas di matanya.

Ia merasa ragu untuk menyelesaikan tugasnya.

Tak lama jeno menghidupkan mesin motornya. Ia memilih untuk pergi dan tidak menyelesaikan pekerjaannya.

Namun pada akhirnya jeno tak kunjung pergi, jeno menghela nafas, kepalanya bergerak menoleh ke arah bangunan yang merupakan kediaman mertuanya.

Jeno kembali menghela nafas kasarnya, kemudian ia mulai melangkahkan kakinya.

Bagaimanapun tugas sudah di berikan, dan jeno tidak boleh lalai dalam menjalankan tugas yang di berikan atasannya.



Meski ragu, jeno akhirnya tiba di depan pintu yang tertutup. Kemudian ia menekan bel dan menunggu pemilik rumah membuka pintu untuknya.

Seperti sudah di tunggu oleh pemilik rumah, jeno mendenger seseorang di balik pintu tengah membuka pintu. Dan tak lama daun pintu terbuka.

Jeno berusaha menenangkan dirinya, tapi tidak dengan yonna yang terkejut akan kehadiran menantunya itu.

" jeno .." kata yonna dengan wajah terkejutnya.

Jeno tersenyum tipis, kemudian ia memberikan sebuah bungkusan yang sedari tadi ia genggam.

" ini pesanannya .. maaf telat, nunggu hujan reda soalnya .."

Yonna tercengang, matanya terus menatap tak percaya kepada jeno, dalam keterkejutannya itu, tangan yonna bergerak menerima sebuah bungkusan yang jeno berikan.

" kalau gitu, aku permisi .. ma .." pamit jeno dengan suara pelan ketika ia menyebut kata mama.

Jeno berbalik, sementara yonna masih bergeming di tempat.

Ketika dua kaki jeno melangkah, yonna menghentikan langkah jeno dengan cara memanggilnya.

" jeno .."

Jeno diam, ia menghembuskan nafas kasarnya, ia yakin bahwa yonna akan memberinya banyak pertanyaan.

Jeno berbalik, dan kini ia melihat yonna yang tengah menatapnya intens.

" apa ini pekerjaan kamu sekarang ..?"

Sudah jeno duga, pertanyaan itu yang akan ibu mertuanya lontarkan. Dengan senyum tipis jeno menganggukkan kepala.

Yonna membuang nafasnya kasar. Kemudian ia kembali menatap jeno.

" apa jisoo sudah tahu ..?"

" jisoo udah tahu ma, bahkan dia dukung apapun pekerjaan aku sekarang .. maaf ma, aku gak bisa lama .. aku pergi dulu .." kata jeno pamit dan kemudian melangkah pergi meninggalkan yonna.

Yonna terus menatap kepergian jeno hingga jeno benar benar pergi dan tidak terlihat lagi.

Tak lama deru nafas yonna memburu. Kemudian ia menyentuh dadanya, satu hal yang baru saja ia ketahui membuat dadanya terasa sesak.










...

Bersambung ..







See you

TANPA TAPI ..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang