57

282 56 4
                                    

" tadi itu siapa, Jen.? " tanya Irene, cukup penasaran dengan dua gadis yang datang berkunjung dan meminta Jeno untuk menemani mereka.

Pasalnya, hanya dua gadis itu yang berani bersikap demikian. Pengunjung wanita lainnya tak berani, mereka hanya sebatas menatap kagum pada sosok Jeno yang selalu melayani para pengunjung cafe dengan ramah.

Jeno tersenyum tipis, " temennya istri gue mbak "

Irene mengangguk paham. Pantas saja dua pengunjung cantik tadi begitu berani meminta Jeno menemani mereka.

Tak ada lagi pertanyaan dan percakapan, semua kembali sibuk pada perkejaannya.

Jeno kembali rehat sejenak, dan ia pun kembali bermain dengan ponselnya.

Jarinya mulai menari di atas ponsel guna menulis pesan untuk Jisoo.

" udah tau sekarang boleh pulang jam berapa ? "

Pesan terkirim, centang dua warna abu masih terlihat dan belum barganti warna.

Jeno menunggu, dan tak lama centang dua warna abu itu berubah menjadi biru.

[ setelah magrib, kata tante Anne. ]

Jeno menbaca dan kemudian kembali mengetik sebuah balasan.
" ok, jam segitu kayanya aku udah selesai kerja. Sebelum magrib aku kerumah sakit "

Kali ini Jeno tak menunggu, pesan dari Jeno langsung di baca dan Jeno melihat Jisoo sedang mengetik sebuah balasan.
[ jangan lupa pulang dulu, ambil mobil di rumah ]

Jeno tersenyum, ia tak membalas lagi pesan yang Jisoo kirimkan.

Jeno kembali menyimpan ponselnya di saku celananya, kemudian ia berdiri dan melangkah mendekati kyungsoo yang sibuk dengan beberapa buah yang tengah ia kupas kemudian ia potong menjadi beberapa bagian.

" buat apa lagi ini bang ? " tanya Jeno, meraih satu buah apel dan kemudian ia lihat di bolak-balikkan.

" salad buah, buat besok pesenan 20 bok. "  sahut Kyungsoo.

Alis Jeno naik, cukup banyak ucapnya dalam hati.

" buat satu orang apa beberapa orang ? " tanya Jeno lagi. Terkesan bawel, tapi daripada saling diam dan menjadi canggung satu sama lain akan lebih baik jika banyak bertanya.

" satu orang, nanti lu yang nganterin yak " Kata Kyungsoo dengan senyum penuh arti.

Seketika Jeno menghela nafas, " ya elah baru juga gue mau nanya siapa yang nganter, kirain haru gitu .. "

Kyungsoo tertawa, ucapan Jeno yang mengeluh terdengar lucu baginya. Ia tahu keluhan Jeno hanya sebuah candaan belaka.

Selama ini Kyungsoo melihat Jeno adalah sosok pria yang bertanggung jawab akan perkerjaannya. Dari awal Jeno datang Kyungsoo sudah memperhatikan.

Contoh tanggung jawab akan perkerjaan yang kembali Kyungsoo lihat adalah hari ini, di mana hari ini merupakan jatah libur Jeno, Jeno tetap hadir ketika ia di butuhkan, padahal istrinya baru saja melahirkan.

" pada ghibahin gue ya, kok gue denger nama gue di sebut " haruto yang baru saja masuk ke dalam area dapur langsung berbicara nyeleneh.

Kyungsoo mendengus, Jeno terkekeh dan menggelengkan kepala.

" mana ada kita ghibahin elu. gak guna, malah nambah dosa yang ada. " sahut Kyungsoo.

Haru tertawa, " gak apa-apa bang, kan untung buat gue, dosa gue jadi berkurang "

Kyungsoo berdecih, sedangkan Jeno kembali tertawa melihat kelakuan konyol dua orang yang belum lama Jeno kenal.

Belum lama. Tapi, Jeno merasa nyaman dengan orang-orang yang berkerja dengan Jeno.

TANPA TAPI ..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang