5

553 81 6
                                    

Terjaga sepanjang malam, pagi pagi sekali jisoo memutuskan untuk pergi menuju satu tempat yang harus ia kunjungi.
Tak perduli dengan kondisi tubuhnya yang lemas, yang terpenting bagi jisoo adalah mendapatkan satu benda yang saat ini ia butuhkan.

Dengan mengendarai sendiri mobilnya, akhirnya jisoo berhenti di depan salah satu apotek yang jaraknya sangat jauh dengan kediamannya.

Mengapa jisoo mencari apotek yang jauh ?
Jawabannya jelas, karena jisoo tak ingin ada satu orang pun yang melihat dirinya berada di apotek, jisoo tak ingin ada banyak pertanyaan yang di lontarkan untuknya.

Berdiri di depan etalase, jisoo berbicara dengan penjaga apotek.
Jisoo bertanya apakah apotek yang sekarang ia datangi menjual benda yang ia butuhkan.
Tentus saja penjaga apotek menganggukkan kepala, kekehan sempat di keluarkan oleh penjaga apotek tersebut, ia berbalik, kemudian mencari satu benda yang jisoo sebutkan.

Benda tersebut sudah berada dalam genggaman, ia kembali berbalik dan kembali berhadapan dengan jisoo.

" ini benda yang anda butuhkan .." kata nya memberikan benda tersebut kepada jisoo. Dengan cepat jisoo menyambar benda itu, ia bertanya akan harga dan tentu saja mendapat jawaban dari penjaga apotek.

Tak ingin membuang waktu, jisoo bergegas membayar, dan kemudian melangkah pergi dengan cepat meninggalkan apotek.

Kepergian jisoo terus menjadi perhatian penjaga apotek, ia menatap jisoo dengan tatapan penuh arti, dan ketika jisoo sudah tak terlihat ia menghela nafas dan menggeleng gelengkan kepalanya.

" anak muda jaman sekarang, pasti bikin pusing orang tuanya .." ujarnya kemudian beralih merapihkan obat obat yang belum tertata dengan rapih.







..

Pergi dengan cepat, maka kembali pun harus cepat. Dengan langkah tergesa gesa jisoo berjalan menuju kamarnya.

Beruntung ibu dan ayahnya tak sudah pergi dengan urusan pekerjaan, jadi jisoo tak perlu merasa khawatir akan sebuah pertanyaan.

Membuka pintu kamar dengan cepat, kemudian jisoo masuk dan menutup kembali pintu kamarnya, bahkan bukan hanya di tutup. Tapi, jisoo menguncinya.

Kembali melangkah cepat menuju tempat tidur, jisoo meletakkan tasnya di atas tempat tidur kemudian ia mengeluarkan benda yang baru saja ia beli di apotek.

Lagi lagi dengan langkah cepat, jisoo berjalan ke kamar mandi, kemudian ia menutup pintu kamar mandi.

Mengikuti pertunjuk penggunaan, jisoo menyimpan air seni nya di dalam wadah. Kemudian ia mencelupkan benda kecil ke dalam air seni miliknya yang ia simpan di dalam wadah kecil.

Menunggu beberapa menit, jisoo berharap harap cemas, matanya terus menatap benda pipih yang mulai menunjukkan hasilnya.

Garis dua berwarna merah.

Seketika jisoo menutup mulutnya, tak percaya dengan kenyataan yang baru saja ia terima.

Tak percaya dengan hasil pertama, jisoo kembali mencoba dengan benda pipih kedua.

Kembali menunggu dengan cemas, dan ketika hasil terlihat ternyata sama.

Garis dua berwarna merah.

Masih tak percaya, jisoo kembali mencoba dengan benda pipih ketiganya.

Lagi, menunggu dengan cemas, dan hasilnya kembali sama.

Tubuh jisoo mundur satu langkah, bahkan jisoo nyaris terjatuh.

Tubuh lemasnya ia sandarkan di tembok kamar mandi. Perlahan bahu jisoo bergetar, isakan mulai terdengar, jisoo menangis.

Merasa tangisannya terlalu kencang, jisoo mencoba meredam dengan cara menutup mulutnya, tubuhnya semakin lemas, akhirnya tubuh jisoo merosot dan kini ia duduk tak berdaya di lantai kamar mandi, bahu jisoo kembali bergetar, jisoo kembali menangis meratapi nasib sialnya.







..

" jisoo izin ya ..?" Tanya lisa yang saat ini tengah bersama rose.

" iya katanya gak enak badan .. " sahut rose.

" gimana kalau nanti kita jenguk dia .."

" mmmm .. ide bagus, ayo deh .."

Diam diam jeno mendengar percakapan kedua gadis yang memang dekat dengan jisoo.
Bahkan ekspresi wajah jeno berubah ketika ia mendengar jika jisoo tengah dalam keadaan yang tidak baik.

Jeno terdiam,tiba tiba ia memikirkan hal lain tengah terjadi kepada jisoo.

" jeno .."

Sentuhan di bahunya membuyarkan lamunan jeno, jeno menoleh dan melihat jeni yang tengah tersenyum manis kepadanya.

Tak lama jeno membuang pandangannya, enggan menanggapi jeni, jeno beranjak dari duduknya dan melangkah pergi meninggalkan jeni begitu saja.

" jen .. tunggu .." teriak salah satu teman jeno, sama seperti jeno, ia pun beranjak dan pergi meninggalkan jeni.

Di tinggal sendiri jeno memberengut, bahkan ia menggeram kesal.

" susah banget sih deketin dia .." katanya dan tentu saja mengundang perhatian dari mahasiswa lainnya.










..

Kebingungan tengah menyelubungi jisoo, ia tak tahu harus berbuat apa.

Berbicara kepada kedua orang tuanya, itu sama saja bunuh diri.
Berdiam diri pun tak mungkin, setiap harinya ia akan tumbuh dan terlihat.

Meraih semua benda pipih yang berserakan di atas lantai kamar mandi, jisoo bergegas beranjak dan kemudian melangkah keluar dari kamar mandi.

Di remas dengan kuat benda pipih tersebut, kemudian jisoo membuangnya ke dalam tempat sampah yang memang tersedia di dalam kamarnya.

Benda pipih tersebut sudah berada di dalam tempat sampah, tapi jisoo terus saja memandangi benda itu.
Jisoo seolah tengah memikirkan hal lain.

Tak lama jisoo kembali mengeluarkan benda pipih itu, kemudian jisoo memasukan kembali benda itu ke dalam tasnya.

Jisoo pikir akan lebih aman jika ia menyimpan dari pada membuang apa lagi jika di dalam tempat sampah, jisoo takut jika nanti ibu nya tak sengaja melihat benda itu tergeletak di dalam tempat sampah.

Untuk saat ini jisoo merasa situasi aman, sekarang ia hanya perlu menenangkan diri agar penghuni rumah tak curiga akan tingkahnya.

Jisoo menghembuskan nafas kasarnya. Bahkan jisoo memejamkan sejenak matanya.

Sudah lebih baik, tapi tiba tiba dada jisoo kembali bergemuruh, tiba tiba jisoo memikirkan hari esok, jika hari ini jisoo bisa menyembunyikan semuanya, apa kah esok ia bisa menyembunyikannya lagi.








...

Bersambung ..

Gak jelas , biarin ..

Biar cepet kelarrrrrr .. biar cepet ending ..

See you

TANPA TAPI ..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang