50

314 58 12
                                    

Status keluarga Lee yang terkenal di Ibu kota, membuat satu keberuntungan memihak dikala menghadapi keadaan genting.
Contohnya seperti saat ini, dimana Jisoo harus segera mendapat perawatan oleh tenaga medis.

Dara si sosialita yang dikenal cukup banyak orang begitu mudah membawa masuk menantunya itu ke dalam rumah sakit dengan bantuan tenaga medis.

Dengan wajah cemas, Dara mengikuti Jisoo yang tengah berbaring di atas brankar dan di dorong masuk ke dalam ruang UGD.

sayang, hanya sampai pintu. Ketika Dara ingin ikut masuk, petugas medis menghalangi kemudian menutup rapat pintu UGD.

dengan wajah khawatir, Dara menyatukan tangannya. Ia berdoa supaya tidak terjadi apapun kepada Jisoo maupun cucu pertamanya.

" Dara .. "

Dokter Anne memanggil, Dara menoleh dan melihat teman sosialitanya yang berpropesi sebagai dokter kandungan berlari pelan menghampiri Dara.

" ada apa ? " tanya Anne sedikit tenang.

" Jisoo jatuh dari tangga, tolong selamatin Jisoo, Anne. " Kata Dara, tak terasa air mata ikut mengalir bersamaan dengan suara yang keluar dari mulutnya.

Anne mengusap pelan lengan Dara, ia mengangguk kemudian bergegas masuk ke dalam ruang UGD.

Setelah ditinggal Dokter Anne, Dara kembali menunjukkan rasa cemasnya. Dara kembali berusaha menghubungi Jeno. Dan kali ini berhasil, Panggilan diterima oleh Jeno.

" KAMU DIMANA SIH " sentak Dara tak membiarkan Jeno memberinya salam, Dara sudah panik, ia takut terjadi sesuatu kepada Jisoo.

[ " Ma. Aku .. "]

" CEPET DATANG KE RUMAH SAKIT PELITA BUNDA, JISOO JATUH DARI TANGGA " Dara tidak mau bertele-tele, tak perduli dengan pekerjaan ataupun kesibukan apapun yang tengah Jeno lakukan. bagaimanapun ia yakin menantunya itu membutuhkan sosok Jeno saat berada dalam posisi ini.

Dara mematikan sambungan telephonenya, ia berharap semua orang yang sudah ia hubungi segera datang.

Lama menunggu, Dara yang duduk sendiri sedikit emosi, tapi ia tak pernah lupa merapalkan doa.

Tak lama derap langkah terdengar, Dara menoleh. Hal yang ia lihat adalah sosok Donghae yang tengah melangkah cepat guna menghampirinya.

Dara berdiri, bertepatan dengan itu, Donghae tiba di dekatnya.

" Ma, kok bisa jatuh sih. ? " tanya Donghae.

Dara menggeleng, air matanya mengalir kembali.

Sadar akan rasa khawatir yang tengah Dara alami, Donghae mendesah pelan. Di saat sepertinya ini harus ada sosok yang bisa membuat tenang. Donghae pun akhirnya melakukan hal itu, meski sama paniknya ia harus bisa menutupi itu semua demi menguatkan istrinya.

Donghae segera menarik Dara, membawa Dara kedalam pelukannya. Kemudian Donghae mengusap lembut punggung istrinya yang kini menangis semakin menjadi dalam pelukan Donghae.

Inilah sosok Dara yang sangat Donghae kenali, Dara memang memiliki sikap angkuh, tegas, dan cuek. Tapi, di balik sosok itu, ada rasa rapuh dan sakit ketika Dara harus melihat orang yang ia sayangi terluka.

Donghae bisa menilai dari kejadian ini, Jika istrinya sama sekali tidak membenci Jisoo, di balik sikap cueknya, ada sosok yang sangat menyayangi Jisoo.

Pintu UGD terbuka, Dara dan Donghae pun beralih pada pintu yang terbuka lebar dan nampak Dokter Anne yang keluar dari dalam ruang UGD.

" Gimana Anne ? " tanya Dara.

Dokter Anne menatap Dara dalam, kemudian ia menghela nafas.
Helaan nafas yang dilakukan Dokter Anne membuat rasa takut Dara kembali muncul, ia bertanya-tanya dengan helaan nafas itu, apa itu helaan nafas lega, atau justru helaan nafas tanda bahaya.

" kita masih beruntung, Dara. "

Seketika mata Dara dan donghae berninar. Hanya mendengar kata beruntung saja Dara dan Donghae sudah bisa bernafas lega. Berarti dibalik kata itu, ada kabar baik yang akan Dokter Anne sampaikan.

Keduanya diam, menunggu Dokter Anne menyelasaikan kalimatnya.

" Jisoo wanita yang kuat, begitu juga bayinya. Hanya saja benturan yang terjadi membuat bayinya harus lahir lebih awal. Jika tidak ditindak lanjutkan maka resiko akan berpengaruh besar untuk bayinya. "

Rasanya campur aduk, pilihan terbaik tentunya mengikuti saran Dokter Anne.

" lakukan yang terbaik, An. " kata Donghae.

Dokter Anne mengangguk. " Sus, minta tanda tangan tuan Donghae, ya. Tindakan operasi harus segera dilakukan. " putus Dokter Anne memilih Donghae untuk segera menandatangani berkas yang segera diberika Suster.

Kenapa Dokter Anne meminta Donghae. Alasannya, disaat seperti ini tidak akan mungkin menunggu Jeno yang belum datang.

Setelah mendapatkan tanda tangan Donghae, para petugas medis kembali sibuk, mereka mulai menyiapkan diri untuk menangani Jisoo.

Jisoo yang berbaring merintih diatas brankar di dorong keluar dari ruang UGD.

Selang infus terpasang dengan jelas, Dara menatap nanar. Menggenggam telapak tangan Jisoo, Dara mengikuti para petugas medis itu membawa Jisoo.


Ruang operasi. Di tempat ini kini Dara dan Donghae tengah menunggu Jisoo.

Sesekali Dara melirik ke lorong, memeriksa apa Jeno sudah datang.

Dara mendecak kesal. " Ck ! Ini anak kemana, sih. "

" sabar, Ma. Mungkin macet. Lagi pula Jisoo baru ditangani. " kata Donghae menenangkan.

Dara mendesah pelan.

" Mama udah hubungi Yonna ? "

Dara terdiam, kemudian ia menggeleng. Terlalu panik membuat Dara lupa menghubungi Yonna dan Siwon. Yang ia ingat hanya suaminya dan putranya.

Donghae menghela nafas pelan. Ia mengerti bagaimana keadaan Dara saat ini. Donghae merangkul Dara mengusap pelan lengan Dara.








..

Bersambung ..

Kayanya ini story akan panjang deh ceritanya.

Tapi, ya gitu harus sabar nunggu. Hehehe. 🙏🙏🙏

Aku kan pejuang receh, butuh dolar. Dari suka sibuk sama kerjaan.

TANPA TAPI ..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang