13

478 76 5
                                    

Meski di selipi perdebatan, larangan, dan ketidak inginan. Pada akhirnya kedua pihak keluarga memutuskan untuk menikahkan putra dan putri mereka.

Tepat hari ini, jisoo dan jeno terpaksa harus mengucap janji suci.

Hanya pihak keluarga yang datang, tak ada tamu undangan yang datang. Semua memutuskan untuk melaksanakan pernikahan secara diam diam dan tidak di ketahui pihak mana pun.

Acara selesai.

Bukan kebahagiaan yang di dapat, justru jisoo dan jeno seperti mendapat usiran.

Tanpa di beri istirahat, jisoo dan jeno di perintahkan untuk pergi dan mengisi rumah kecil yang sudah di sediakan.

Pasrah, jisoo dan jeno menerima dengan pasrah.

Di dalam rumah kecil itu kini berkumpul kedua keluarga, di antaranya dara dan donghae, yonna dan siwon, dan tentu saja pasangan yang baru saja mengucap janji sehidup semati jisoo dan jeno.

Keduanya duduk berdampingan, dengan kepala tertunduk. Di hadapan keduanya donghae dan siwon duduk dengan ekspresi wajah yang sulit di atikan, Di samping kedua kepala keluarga itu ada para ibu rumah tangga.

" terhitung mulai dari hari ini .. kami sebagai orang tua kalian hanya akan membiyayai kuliah kalian, untuk kebutuhan sehari hari kalian harus hidup mandiri, jeno kamu sekarang punya tanggung jawab, jadi kamu harus bertanggung jawab atas hidup jisoo dan calon anak kalian .. "

Kalimat yang baru saja di lontarkan ayahnya membuat jeno cukup terkejut. Jeno mendongkak memastikan jika ia tidak salah dengar.

" anggap itu sebagai hukum untuk kalian, mulai hari hari ini kalian tidak boleh mengeluh atas masalah yang terjadi di dalam rumah tangga kalian, selesaikan sendiri, dan jangan pernah lari meminta bantuan kami .. "

Kali ini siwon yang berbicara, kini jisoo yang mendongkak.

Melihat bagaimana ekspresi jisoo dan jeno membuat siwon tersenyum sinis, kemudian ia melipat kaki dan juga melipat kedua tangannya di atas perut, tatapan matanya terus tertuju ke arah putri dan menantunya.

Jujur, siwon masih sangat marah akan semua yang sudah terjadi.
Bersama donghae, siwon memutuskan untuk menghukum jisoo dan jeno. Keduanya melakukan hal demikian agar jisood dan juga jeno sadar akan hal di luar batas yang sudah mereka lakukan.

Berbeda dengan ekspresi siwon, yonna istrinya menatap jisoo dan jeno dengan wajah sendu.
Sebenarnya ia tidak pernah setuju akan hukuman yang di berikan oleh para kepala keluarga itu, tapi yonna tidak bisa berbicara banyak. Ia hanya diam dan menatap iba pada putrinya.

Lain yonna, lain pula dara. Di saat yonna menatap jisoo dan jeno dengan tatap iba. Dara justru menatap murka. Ia masih tidak bisa terima dengan semua yang sudah terjadi. Bahkan dara masih menuduh jisoo menggoda jeno.

Donghae melihat arloji di pergelangan tangannya, kemudian ia menatap jeno dan juga jisoo.

" sudah terlalu lama kita di sini, sepertinya udah waktunya kita pulang. Ingat jeno mulai sekarang gunakan otak kamu untuk berpikir bagaimana cara kamu menghidupi jisoo dan juga anak kamu .."

Jeno mengangguk pelan.

Donghae bangkit dari duduknya dan kemudian di susul oleh siwon. Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun siwon dan donghae melangkah pergi meninggalkan jisoo dan jeno yang sedari tadi duduk seperti seorang terdakwa yang tengah mendapat tuntutan di pengadilan.

Dara menyusul suaminya sementara yonna masih berdiri di tempat dan menatap iba kepada putri dan juga menantunya.

" ma .."

Yonna terkesiap, kemudian ia menoleh dan melihat siwon tengah menatap ke arahnya.

Bukan hanya yonna yang menoleh, jeno dan jisoo pun mendongkak dan menoleh ke arah siwon.

" mama pulang ya .. kalian baik baik ya di sini .." kata yonna kepada jisoo dan jeno.

Kedua pasangan suami istri itu menganggukkan kepala.


Setelah kedua keluarga itu pulang, kini hanya tinggal jisoo dan jeno. Keduanya masih dalam posisi duduk di soffa.

Hening cukup lama, namun keheningan sirna setelah jeno menghembuskan nafas kasarnya.

Jisoo menoleh ke arah pria yang sudah resmi berstatus suaminya itu.

" mulai hari ini kita harus mutar otak .. aku pikir mereka gak akan main main sama hukuman yang mereka kasih buat kita .."

Mendengar kalimat yang jeno ucapkan, kini jisoo lah yang menghembuskan nafas kasarnya.

Kemudian jisoo menudukkan wajah dan melihat ke arah perutnya yang datar. Di usap dengan lembut perut datarnya, sembari menatap dan mengusap perutnya jisoo tersenyum miris.

Apa yang tengah jisoo lakukan di lihat oleh jeno, jeno pun melihat senyuman jisoo.
Jeno sadar tak ada kebahagian sedikitpun di dalam senyuman jisoo.

Ia kembali menghela nafas pelan.
Terhitung mulai dari detik ini, tak ada waktu baginya untuk bermain. Tanggung jawab yang besar sudah menantinya.
Hukuman yang ayahnya berikan pun begitu menyakitkan hatinya.

Sembari menatap jisoo yang tengah mengusap calon buat hatinya, jeno berjanji dalam hati, sesulit apapun jalan yang di tempuh ia akan berusaha membuat jisoo dan buah hatinya bahagia.








...

Bersambung ..







See you

TANPA TAPI ..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang