60

297 58 14
                                    

Setelah kemaren di buat terjaga oleh Jisoo yang melahirkan sebelum waktunya.

Seolah membalas, Dara dan Yoona kini terlelap dengan begitu pulas di kamar tamu tempat Jisoo dan bayinya untuk sementara.

Keduanya begitu mantap untuk menemani Jisoo, bahkan mereka sampai menggelar kasur lantai agar bisa tidur menemani Jisoo dan bayinya.

Tengah malam tiba, suara tangisan bayi kecil itu terdengar. Jisoo pun terjaga.

Ia menggeliat untuk bangun dan kemudian membuka matanya, dengan kondisi perut terdapat luka operasi caesar Jisoo yang tengah berbaring menoleh dan menatap sendu bayinya yang menangis.

Perlahan Jisoo bergerak untuk bangun. Ia meringis ketika merasa nyeri di bagian bekas operasi caesarnya.

Dengan penuh perjuangan Jisoo berusaha untuk duduk agar bisa mendekati putranya, Jisoo bisa saja membangunkan Ibu dan Ibu mertuanya itu, tapi melihat bagaimana lelapnya mereka tidur, Jisoo merasa tak tega. Ia tahu pasti kedua wanita itu merasa lelah.

Pada akhirnya Jisoo berhasil duduk meski ia merasa nyeri di perutnya, Jisoo mulai menggerakan kakinya untuk di turunkan dari atas tempat tidur.
Dan ketika kakinya menapak di lantai,  Jisoo di kejutkan oleh seseorang yang membuka pintu.

Tentu saja Jisoo menoleh ke arah pintu itu, Dan tak lama Jeno muncul dengan kantung mata yang masih terlihat fres di tengah malam seperti ini.

Jisoo mengerutkan dahi, " kamu belum tidur ? " tanyanya pada Jeno yang mulai melangkah mendekati putranya yang tengah menangis.

" baru mau tidur, eh ngedenger dia nangis. Jadi gak jadi deh " sahut Jeno, melangkah dengan hati-hati agar tidak mengganggu dua wanita yang masih terlelap itu.

Jisoo tersenyum, ia memperhatikan Jeno yang kini sudah berada di dekat bok bayi tempat putranya berbaring.

Jisoo melihat pula bagaimana kini Jeno berusaha menenangkan putranya yang menangis.

" Jen, coba liat popok bawah, basah apa kering " perintah Jisoo yang langsung Jeno lakukan.

Tak lama Jeno tersenyum, " pantes nangis, bahas. Gak betah kayanya dia. " kata Jeno, Jisoo mengangguk paham.

" bisa gendong kan, bawa sini biar aku ganti popoknya. " Jisoo kembali memberi perintah. Dan Jeno kembali menuruti, dengan hati-hati Jeno menggendong putranya yang merengek dan membawanya menuju Jisoo yang tengah menggelar alas bayi agar kasurnya tidak bahas.

" tidurin di situ " kata Jisoo, ia menggenggam popok bayi.

Jeno kembali menurut, dengan perlahan ia meletak putranya di atas tempat tidur yang sudah di alasi.

Memberi ruang kepada Jisoo supaya lebih leluasa mengganti popok bayinya, Jeno bergeser dan duduk di sisi lain.

Jisoo mulai mengganti popok bayi itu, ia bergerak dengan hati-hati. Jeno yang duduk di sisi lain memperhatikan bagaimana istrinya itu mengurus putranya.

Jeno tersenyum, Jisoo terlihat seperti sudah berpengalaman.

Selesai, tapi putranya itu masih merengek.

Jeno mengerutkan dahinya " laper kali dia, Ji. "

Jisoo diam tak menjawab. guna membuktikan ucapan Jeno, Jisoo menempelkan jari telunjuknya di sisi mulut kecil putranya. Dan benar, putranya itu seperti mencari sesuatu.

" kan bener, dia laper " kata Jeno lagi.

Jisoo mulai duduk di sisi tempat tidurnya " Bisa bantu aku pindahin dia ke pangkuan aku kan ? " pinta Jisoo, luka operasinya membuat Jisoo sedikit sulit untuk membungkuk untuk menggendong bayinya.

Dengan sigap Jeno bangkit, menggendong bayinya lalu memberikan pada Jisoo dengan hati-hati.

Begitu putranya sudah berada dalam dekapannya, Jisoo bergegas membuka dua kancing atas piyamanya, lalu Jisoo memberikan apa yang di inginkan putranya.

Jeno tersenyum melihat betapa lahapnya putranya itu ketika meminum asi, lalu tangan Jeno bergerak mengusap lembut kepala putranya.
" minum yang banyak, biar kenyang, biar cepet gede. " katanya lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

" kamu kok bisa denger dia nangis, kamu kan di atas. ? " tanya Jisoo bertanya dengan suara pelan agar tak mengganggu tidur Dara dan Yonna.

" aku di bawah sama Jaemin, dia nginep, niatnya mau bergadang sambil main ps. Tapi tuh bocah udah tepar duluan " sahut Jeno. Jisoo mengangguk paham, ia kembali menunduk dan menatap putranya yang kini mulai terpejam tapi mulut mungilnya belum berhenti.

" dia udah tidur, Ji. Gak di lepasin aja. " kata Jeno.

" biarin aja, nanti kalau udah kenyang dia lepas sendiri." sahut Jisoo, Jeno hanya membulatkan mulutnya membentuk hurup O.

" oh iya, udah mikirin soal nama. Masa kita manggil anak kita pake sebutan dia dia terus ? " tanya Jeno.

Jisoo diam, ia nampak berpikir. Kemudian Jisoo menggelengkan kepalanya " aku gak kepikiran soal nama, kamu aja deh yang nyari. Nama apa yang bagus dan yang baik buat dia. Tapi jangan yang aneh-aneh. "

Jeno terkekeh " emang yang aneh itu kaya gimana ? "

Jisoo mendesah pelan " yang aneh itu, yang susah nyebutnya. Namanya yang simple aja. Kaya nama kita berdua, kalau yang susah kasian nanti pas dia udah gede terus sekolah, guru nya ngabsen pasti pusing "

Jeno kembali terkekeh, ia pun mengusak surai hitam milik Jisoo " ngelawak lu, sialan gue ketawa lagi " kata Jeno dengan kekehan.

Jisoo mendengus, " jangan kenceng-kenceng ketawanya, itu mama mama kita lagi tidur nanti kebangun. " Jisoo mengingatkan Jeno.

Jeno terdiam kemudian ia menoleh ke arah dua wanita yang tengah terbaring, ia kembali terkekeh. " lupa aku, kirain cuma kita bertiga disini. "

" ngawur " kata Jisoo dengan kekehan pelan, lalu ia mulai merasa jika bayinya sudah melepas sesuatu yang ada dalam mulutnya.

Bergegas Jisoo memperbaiki piyamanya. " bantuin, tidurin dia di sana lagi ya. " pinta Jisoo, tentu saja Jeno bersedia.
Dengan perlahan Jeno mengambil alih putranya, lalu ia berjalan menuju bok bayi tempat putranya tidur.

Di letakan dengan hati-hati putranya itu agar tidak terbangun. Ketika berhasil di letakan, putranya itu mengeliat seolah akan kembali terbangun, dengan sigap Jeno menepuk-nepuk pelan kaki putranya dan tak lama putranya itu kembali terlelap.

" udah ? " tanya Jisoo, Jeno mengangguk. Lalu mulai menjuahi bok bayi putranya.

" udah sana tidur jangan bergadang, besok kerja kan ? " kata Jisoo mengingatkan.

Jeno tersenyum, " aku keluar ya, kamu juga tidur " katanya, kini Jisoo yang menganggukan kepalanya.

Jeno bergegas keluar dan menutup pintu dengan pelan.

Jisoo yang sudah berbaring menatap pintu yang baru saja Jeno tutup.

Dalam keheningan Jisoo tersenyum, apa yang baru saja terjadi membuat hati Jisoo menghangat. Jeno, pria yang terkenal cuek itu terlihat begitu perhatian kepada putranya.

Rasa kantuk yang kembali melanda membuat Jisoo memejamkan matanya. dengan perasaan bahagia, Jisoo pun terlelap.

TANPA TAPI ..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang