4

555 87 1
                                    

Seolah benar benar tak pernah terjadi apapun, jisoo selalu bersikap sewajarnya.

Dan kini tiga bulan sudah berlalu.

Setelah berbagi cerita bersama kedua orang tuanya, jisoo memutuskan untuk tidur. Lagi pula malam sudah larut.

Membuka pintu kamar yang tertutup, jisoo melangkah masuk ke dalam kamarnya.

Tempat tidur adalah tujuan utamanya. Tapi, baru saja beberapa langkah kakinya berjalan, jisoo merasa perutnya bergejolak.
Jisoo menghentikan langkahnya, ia menyentuh perutnya, kemudian ia merasa ingin mengeluarkan sesuatu dari dalam perutnya.
Menahan, jisoo menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

Rasa sudah tak bisa lagi di tahan, jisoo pun berlari ke dalam kamar mandi. Kondisi lantai kamar mandi yang basah nyaris membuat jisoo terjatuh karena ia terpeleset, beruntung ia mampu menyeimbangkan tubuhnya, hingga kemungkinan buruk itu tidak terjadi.

Kloset adalah tujuan utama jisoo, ia berjongkok menghadap kloset dan mencoba mengeluarkan sesuatu yang sudah tidak bisa ia tahan.

Hanya berupa cairan bening. Jisoo kembali mencoba mengeluarkan sesuatu dari dalam perutnya, lagi hanya cairan bening.

Lemas dan tak bertenaga, jisoo yang merasa kepalanya akan pecah segera memijat mijat pelan pelipisnya.

Cairan bening yang di keluarkan ia bersihkan, dengan berpegangan pada kloset jisoo mencoba untuk bangkit.

Berhasil, meski tubuhnya lemas tapi jisoo berhasil berdiri.

Dengan memegangi perutnya yang terasa bergemuruh jisoo melangkah keluar dari kamar mandi.

Kembali ke tujuan utama, jisoo berjalan menuju tempat tidur. Ia menjatuhkan asal tubuhnya yang lemas di atas tempat tidur.

Dengan kondisi badan lemas dan kepala pusing, jisoo mencoba memejamkan mata. Telapak tangannya masih setia berada di atas perutnya.

Beberapa detik waktu berjalan, jisoo kembali membuka kelopak matanya. Raut wajah jisoo berubah, wajah panik terpatri dengan jelas.

Bangun dari baringannya, kemudian jisoo melangkah pelan menuju nakas di mana ia menyimpan sebuah kalender.

Jisoo membuka lembar kalender satu bulan kemarin, ia menyerengit. Kemudian jisoo kembali membuka lembar kalender satu bulan yang lalu berikutnya.
Jisoo memejamkan matanya, mencoba untuk tenang.

Dua lembar kalender yang lalu ia pegang, kemudian jisoo mulai menghitung bulan. Satu dua tiga, jisoo menutup mulutnya rapat dengan telapak tangannya.

Seketika wajah panik kembali terpatri bahkan kali ini dengan wajah panik penuh ketakutan.

Meninggalkan kalender, jisoo membuka laci nakas, di dalam laci ia melihat satu bungkus pembalut.
Masih utuh belum tersentuh, bahkan belum ia buka sama sekali.

Jisoo mencoba mengingat kapan ia membeli pembalut itu.
Dan mata jisoo membulat sempurna ketika ia ingat jika ia membeli pembalut itu tiga bulan lalu.

Jisoo memejamkan matanya, bahkan ia menarik rambutnya kebelakang dengan frustasi.

deru nafas jisoo memburu, wajah memerah seketika, kedua telapak tangannya ia gunakan untuk menutup wajahnya, kemudian jisoo menggeleng gelengkan kepalanya, berharap kemungkinan buruk tidak pernah terjadi.










..

Lain jisoo, lain pula dengan jeno.

Tiga bulan ini, hidupnya sama saja tak ada yang berubah.
Meski ketika melihat jisoo ia merasa bersalah, tapi sepertinya itu tak perlu di masalahkan, karena selama ini ia melihat jisoo dalam ke adaan baik baik saja.

Untuk pertama kalinya setelah 22 tahun dalam hidupnya, jeno merasa ke anehan dalam dirinya.

Jeno selalu merasa mual ketika ibunya memasak makanan favoritnya. Seperti yang terjadi saat ini.

Bau masakan yang menyengat bagi jeno membuat jeno menjauhkan makanan itu dari hadapannya.

Tentu saja wajah penuh tanya jeno dapatkan, bahkan sang ibu sampai bertanya ada apa dengan jeno.

" kamu kenapa sih .. aneh banget akhir akhir ini ..?" Tanya sang ibu penuh selidik.

" gak tau ma .. gak suka banget aku sama bau masakannya bikin mual .." sahut jeno, telapak tangannya tak pernah lepas menutup mulut dan hidungnya.

Nyonya lee mengerutkan dahinya. Sedangkan tuan lee tengah menggeleng gelengkan kepalanya.

" udah udah kamu makan yang lain aja .. " kata tuan lee, jeno menganggukkan kepalanya.

Tuan lee kembali menggelengkan kepala, sedangkan nyonya lee kini menghela nafas kasarnya.

" ngeliat kamu kaya gitu papa jadi inget dulu .."

Suara tuan lee kembali mengalihkan perhatian, jeno menatap sang ayah dengan tatapan penuh tanya, sedangkan yonya lee kembali mengerutkan dahinya.

Tuan lee terkekeh, kemudian pandangannya beralih kepada sang istri.

" dulu waktu mama lagi hamil jeno, papa kan gitu, mual terus kalau ngeliat makanan favorit, persis kaya jeno sekarang, dulu papa juga gak suka bau masakannya .." kata tuan lee di sertai kekehan di akhir kalimat, setelah berbicara tuan lee kembali menyantap makan malamnya.

Helaan nafas terdengar dari nyonya lee, sedangkan jeno terdiam mencerna ucapan ayahnya.

" ya kan dulu mama sebagai istri papa lagi hamil .. nah ini jeno kenapa .. ya masa iya pacarnya hamil .." celetuk nyonya lee.

Uhuk

Uhuk

Uhuk

Tak sedang makan ataupun minum, jeno tersedak. Ia meraih gelas dan menenggak air di dalam gelas itu.

" tuh langsung batuk kaya abis keciduk .." kata tuan lee

" ih amit amit deh .. jangan sampe mama belum mau di panggil nenek, lagi pula jeno masih muda, kalau belum sukses jangan dulu mikir buat nikah .." nyonya lee bersuara

Tuan lee terkekeh.

" lah tadi yang bilang pacar jeno hamil siapa , kan mama .." kata tuan lee mengingatkan kembali akan ucapan sang istri yang sebelumnya.

Nyonya lee bergidik ngeri.

Mengabaikan ocehan kedua orang tuanya, pikiran jeno melanglang buana entah kemana. Makanan yang ada di hadapannya pun hanya ia aduk aduk dengan sendok yang ia pegang.

Larut dalam pikirannya tiba tiba jeno ingat dengan satu nama yaitu jisoo.










...

Bersambung ...

Tanpa tapi ..

Kata kata ini punya salah satu teman ku .. aku sampe minta izin dia buat aku jadiin judul story aku.

Kritik dan saran aku terima ..

See you ..

TANPA TAPI ..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang