54

305 50 6
                                    

" Jen, gue balik ya. " seru Jaemin sembari melangkah menuju sofa guna mengambil tas kecil miliknya yang kamarin ia bawa.

" hhhmmm, gue TA ya. " Jeno menjawab.

Sembari memainkan ponselnya, Jaemin mengangguk-anggukkan kepala, kemudian ponsel yang sempat ia mainkan ia taruh ke dalam saku celananya.

Jaemin merogoh tas kecil miliknya, mencari sesuatu yang akan ia berikan kepada Jeno.

Ketika berhasil ditemukan, Jaemin memanggil Jeno.

" Jen. "

Yang dipanggil menoleh, dahinya menyerengit.

" tangkep " kata Jaemin melempar kunci motor milik Jeno yang ternyata masih ada pada Jaemin.

Jujur saja menurut Jaemin suasana kemaren agak terlalu mencekam, apalagi ketika dua keluarga yang sudah berbesanan itu berdebat, jadi Jaemin lupa memberikan kunci motor pada Jeno.

" kok ada sama elu ? " tanya Jeno begitu polos.

Jaemin memutar bola matanya malas.

Jisoo yang juga ada disana hanya membiarkan. fokusnya hanya pada ponselnya, Ia tengah bertukar pesan dengan ibunya.

" kemaren lu buru-buru ampe lupa nyabut kunci motor, untung ada gue " jelas Jaemin agar Jeno ingat akan kejadian kemarin.

Jeno ingat, dan responnya membuat Jaemin ingin mengumpat. Jeno hanya membulatkan mulutnya membentuk huruf O.

Ceklek ..

Atensi mereka teralihkan tatkala pintu ruang perawatan terbuka. Semua menatap kearah pintu, dan sosok Dara dan Yonna datang dengan senyum cantik yang terpancar dari bibir keduanya.

" Pagi semuanya " Sapa Yonna.

" pagi juga Ma. " sahut tiga orang manusia yang sejak kemarin berada di ruang perawatan. Hanya saja suara Jaemin lah yang paling mendominasi, alhasil suara Jeno dan Jisoo hanya terdengar samar.

" mau kemana kamu ? " tanya Dara. Terdengar ketus, hanya saja itu hal yang biasa untuk Jaemin.

" pulang lah, udah dicariin Mama. " sahut Jaemin dengan konyol.

Dara berdecih, Ingin sekali memukul kepala sabahat putranya ini.

Mata Yonna berotasi, celingak-celinguk mencari sesuatu.

Jisoo yang peka bersuara. " dia ada di ruang perawatan, Ma. Tadi suster bawa dia kesini, tapi udah dibawa lagi. "

Yonna tersenyum, kemudian mengangguk.

Dara dan Yonna melangkah menuju sofa, keduanya berniat meletakan barang-barang keperluan Jisoo yang mereka bawa.
Tapi ada hal yang lucu ketika Dara berhadapan dengan Jaemin yang sedari tadi belum beranjak pergi.

Iseng Dara mendorong pelan Jaemin sembari bersuara mengusir Jaemin. " udah sono pulang, ngapain sih disini, udah kaya pebinor. "

Jaemin mengelus dada berusaha sabar, Jisoo dan Jeno terkekeh melihat kekonyolan Jaemin dan Dara.

" astagfirallah Mama, jangan gitu. Inget ucapan adalah doa. " celetuk Jaemin.

Sontak semua membulatkan mata, bahkan Jeno kini memberi Jaemin tatapan tajam.

" elu mau jadi ahli neraka " kata Jeno.

Jaemin bergidik ngeri, ia menggeleng-gelengkan kepala. " amit-amit ami-amit. " kata Jaemin " udah ah mau pulang, assallamualaikum semuanya. " katanya mengucap salam kemudian keluar.

" waalaikumsalam. " sahut semuanya.

Sepeninggalan Jaemin, kini mereka hanya berempat. Si bayi kecil masih berada di ruang perawatannya.

Dara dan Yonna menghampiri Jisoo, keduanya pun memulai percakapan.

" apa jahitannya terasa. ? " Tanya Yonna.

Jisoo mengeleng.

" anak kamu sudah diberi asi.? " kali ini Dara.

" udah, Ma. Tadi suster bilang jadwal pemberian asi kedua sebentar lagi. " sahut Jisoo, Dara mengangguk.

Kemudian Dara melirik Jeno yang tengah fokus dengan ponselnya.

Dara menghela nafas, ia yakin pasti Jeno tengah sibuk membahas masalah pekerjaannya. Rasanya Dara harus kembali berbicara kepada Donghae.

Ting ..

Notip ponsel Jeno, yang terdengar sibuk.

Jisoo membuka aplikasi berwarna hijau itu, kemudian ia melihat pesan yang baru saja dikirimkan sesorang padanya.

[ " Jen. Bisa masuk kerja hari ini. Wendy mendadak izin, gak ada yang bisa gantiin dia. " ]

Jeno mendecakkan lidahnya, apa-apaan ini, sekarang itu jadwalnya Jeno libur, tapi salah satu pegawai malah berhalangan hadir dan mengganggu waktu libur Jeno. Bagimanapun Jeno kan ingin menemani istri dan anaknya sebelum besok kembali bekerja dan sibuk kuliah.

Jeno tak langsung membalas, ia nampak berpikir. Hanya saja Jeno tidak sadar kalau Jisoo memperhatikkannya.

Jisoo yang penasaran mengejutkan Jeno dengan menyentuh lengan Jeno. Jeno menoleh.

" kenapa.? " tanya Jisoo.

Tak menjawab, Jeno malah menghela nafasnya. Tak ingin membuat Jisoo penasaran, tapi ia pun tak mungkin mengatakan hal itu di depan ibu dan mertuanya. Akhirnya Jeno memberikan ponselnya kepada Jisoo.

Jisoo menerima, halaman di ponsel Jeno masih sama, masih menampilkan tampilan pesan yang baru saja Jeno baca.

Jisoo membaca pesan itu, kemudian ia menghela nafas pelan. Jisoo tahu hari ini hari libur Jeno, Jisoo juga tahu pasti Jeno merasa malas untuk pergi.
Tapi, lagi. Jeno harus bertanggung jawab dan siap dengan pekerjaanya, bukan kah Jeno dulu sangat menginginkan pekerjaan ini, lantas di saat seperti ini mengapa ia mengabaikan. Tentu hal yang tidak pantas bukan.

" ya udah, gak apa-apa. Pergi aja sana, gak baik lho nolak permintaan bos. "Kata Jisoo.

Yonna dan Dara menyerengit. Jeno sendiri tengah menghela nafas kemudian kembali berpikir.

" tapi .. "

" ada apa ? " tanya Dara penasaran, ia memotong kalimat yang akan Jeno ucapkan.

" urusan kerjaan, Ma. Temen Jeno gak bisa dateng, jadi Jeno yang diminta gantiin dia. "

Bukan Jeno yang menjelaskan, tapi Jisoo.

Dara mendesah kasar, jujur ia sangat tidak suka. Haruskah sekarang ia meminta Jeno untuk berhenti dari pekerjaannya.

" ya udah, gak apa-apa kok, Jen. Ada kita kok yang jagain Jisoo sama anak kamu. "

Kali ini Yonna yang bersuara, Jisoo dan Jeno berbinar, sedangkan Dara menahan rasa sesak di dada. Ia sangat tidak suka, tapi ia tak mampu bersuara untuk melarany.

" jadi gak apa-apa nih kalau aku ngerepotin kalian. " Jeno tak enak hati.

Yonna tersenyum. " gak apa-apa, Jeno. Lagi pula kami ini orangtua kalian. "

Jeno tersenyum, kemudian ia pun beranjak dari duduknya. " aku pergi dulu ya, kalau ada apa-apa telephone. " kata Jeno pamit pada Jisoo, dengan senyum Jisoo mengangguk.

Kemudian Jeno berpamitan kepada Yonna, lalu beralih pada Dara.

Jeno mengulurkan tangan, Dara terdiam, tapi detik berikutnya ia menghela pasrah kemudian mengulurkan tangannya, Jeno mencium punggung tangan Dara, setelah itu Jeno berlalu pergi karena tugas yang sudah menunggunya.





..




Bersambung.







See you

TANPA TAPI ..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang