62

188 32 14
                                    

" bangun "

Kata Jeno sembari menggerakan kakinya mendendang kaki Jaemin.

Sontak Jaemin menggeliat, tapi tak lama Jaemin kembali tertidur lelap.
Jeno menghela nafas kasarnya.

" Jae, bangun buruan. Kalau enggak, gue siram. " acamnya, dan jangan lupakan kakinya yang bergerak menendang pelan kaki Jaemin.

Kaki ini sepertinya berhasil, Jaemin membuka matanya.

" apa sih Jen. tadi emaknya, sekarang anaknya. Masih ngantuk anjiir. "

Jeno memutar bola matanya malas. meninggalkan Jaemin yang berdrama di pagi hari, Jeno melangkah menuju meja makan.

Sarapan sederhana sudah tersaji, hanya ada roti tawar dengan beberapa selai.

Jeno duduk di kursi kemudian meraih  roti tawar lalu mengolesi roti itu dengan selai cokelat.

Tak lama, pintu kamar tamu terdengar terbuka.

Sembari menikmati sarapannya, Jeno mengalihkan pandangannya ke arah kamar tamu. Dan kini ia melihat Dara yang tengah berjalan mendekati dirinya.

Jeno tertawa pelan, kala melihat sang Ibu menggelengkan kepala tatkala melihat Jaemin yang baru saja selesai mengumpulkan nyawanya.

Kini Dara sudah bersama Jeno, ia duduk di samping Jeno.

Jeno membiarkan Ibunya yang kini tengah mengolesi roti tawar dengan selai nanas.

" Jen "

Panggil Dara yang Jeno tanggapi dengan dehaman, Jeno sedang mengunyah rotinya. Ia tidak mau tersedak karena membuka mulutnya. Ya, meskipun itu terkesan tidak sopan.

" kamu berhenti kerja aja deh "

Kunyahan Jeno berhenti, kemudian ia menoleh pada sang Ibu.

" kalau aku berhenti kerja, Jisoo sama Anak aku makan apa, Ma. Lagian bukannya dulu kalian yang nyuruh aku buat nyari uang sendiri sebagai bentuk hukuman dari kalian, sekarang aku udah dapet kerja, Mama malah nyuruh berhenti. Gak bisa begitu, Ma. Aku harus tanggung jawab sama pekerjaan aku. " sahut Jeno, ada nada kesal dalam setiap ucapannya.

Jujur, ia tidak senang dengan keinginan ibunya saat ini. Salah satu kebiasaan buruk Dara, ia selalu saja mengambil keputusan sepihak tanpa meminta persetujuan orang lain.

Dara menghela nafas. yang Jeno katakan benar. Bahkan ia salah satu orang yang sangat mendukung hukuman itu.

Tapi, itu semua Dara lakukan karena ia sangat kesal pada putranya yang dengan mudahnya menyia-nyiakan masa depannya yang cerah.

" ya, maksud Mama kan baik, kalau kamu kerja pulang malem terus dengan jadwal yang gak jelas kaya gini, gimana kamu mau fokus sama keluarga kamu. Kamu kan bisa kerja di perusahaan papa, terus pasti papa kamu juga gak akan ngebiarin kamu pulang malem. "

Jeno kembali memutar bola matanya malas, jika ia setuju itu sama saja Jeno memanfaatkan keadaan dan akan selalu tergantung pada orang tuanya. Tidak, Jeno kini sudah dewasa, Jeno yang sekarang bukanlah Jeno yang dulu, dimana ia selalu memanfaatkan kekayaan kedua orang tuanya.

" Ma, Makasih sebelumnya. Tapi, aku harus tanggung jawab sama pekerjaan yang aku jalanin sekarang, besar kecilnya penghasilan, itu udah di atur sama tuhan. Bukannya Mama yang dari dulu ngajarin aku supaya selalu bersyukur. Mama tenang aja ya, anak aku gak akan kurang perhatian papanya kok. "

Dara mendengus, Jeno selalu saja bisa menjawab.

" kalau begitu, kalian tinggal di sini aja. Biar pun kamu pulang malem setidaknya ada yang bantu Jisoo buat ngurusin bayinya. " kata Dara dengan pancaran mata penuh harap. Ia berharap Jeno menganggukan kepalanya.

Jeno menghela nafas, " untuk itu aku diskusiin dulu sama Jisoo. takutnya Jisoo juga gak mau ngerepotin Mama, soalnya Jisoo ngambil cuti kuliahnya lama. Jadi bisa aja kan dia lanjut kuliah kalau anak kita udah bisa jalan. "

Dara mendecakan lidah, wajahnya berubah muram.

Jeno yang sadar menghela nafasnya lagi, ia tahu betul jika ibunya itu tulus ingin membantu Jisoo. Apalagi yang baru saja lahir itu merupakan cucu pertama.
Tapi, Jeno tidak bisa mengambil keputusan sepihak hanya untuk menyenangkan Ibunya.

Jeno kini tidak hidup untuk dirinya sendiri, ada dua orang dalam hidupnya, oleh karena itu ia harus berdiskusi dengan istrinya.

" Jen, gue balik ya "

Pamit Jaemin

Dara dan Jeno menoleh.

" sama Jeno aja nih pamitnya, Mama enggak. "

Jeno menahan tawa, bisa-bisanya ibunya itu merajuk karena Jaemin tak menyebut namanya.

Jaemin memutar bola matanya malas, " kan Mama denger, jadi aku juga pamit sama Mama juga. "

" beda lah, orang kamu manggil Jeno. "

Jaemin menghela nafas, sedangkan Jeno menggelengkan kepala.

Jaemin melangkah mendekati ibu dan anak itu, kemudian Jaemin mengulurkan tangan ke arah Dara. " aku pulang ya, Mama. Nitip Jisoo sama bayinya ya. " kata Jaemin tanpa dosa, dan masa bodo dengan tatapan tajam yang sekarang Jeno berikan padanya.

" mau gue lempar pake roti lu " ancam Jeno pada Jaemin.

Jaemin tentu saja tertawa, " gak sakit pake roti mah, pake duit aja biar kerasa. "

Dara menghela nafas kasar, jika dibiarkan maka akan berkelanjutan.

" udah sana pulang, kalau gak dipisahin kalian tuh bikin pusing "

Jaemin kembali tertawa, " ya udah aku pulang ya. "

Anggukan kepala pun Jaemin dapatkan, ia pun mengalahkan pergi keluar dari rumah Jeno.

Kini, Jeno dan Dara kembali hanya berdua.
Jeno kembali melanjutkan sarapannya, sedangkan Dara ia malah menatap putranya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Alis Jeno naik, ketika ia sadar akan tatapan sang Ibu.
" ngapain ngeliatin aku ampe kaya gitu ? " heran Jeno.

Dara menggelengkan kepala dengan senyum tipisnya " Mama masih gak nyangka, kalau anak Mama yang manja ini udah punya anak "

Seketika raut wajah Jeno berubah, ucapan ibunya benar-benar menyentil hatinya.

" Ma " panggil Jeno, dan mendapat respon cepat dari Ibunya.

" maafin aku ya, karena udah bikin Mama sama Papa kecewa "

Dara diam, ia bukan tidak mendengar ucapan Jeno. Hanya saja ia tidak tahu harus merespon ucapan Jeno seperti apa.

Kecewa, tentu saja. Dara masih kecewa. Tapi, ketika melihat dan menyadari bagaimana Jeno dan Jisoo berjuang, hatinya pun mulai luluh.

" aku sadar kok, kata maaf aja gak akan cukup buat ngobatin rasa kecewanya Mama. Tapi, aku minta doa Mama supaya semua keinginan dan harapan aku berjalan dengan lancar, untuk saat ini keinginan aku cuma satu, Ma. Aku ingin bahagian Jisoo dan anak aku, dan aku minta doa restu dari Mama. "

Hati Dara terenyuh, ia pun menatap putranya dengan mata berkaca-kaca.
Tangan Dara bergerak, mengusap surai hitam putranya.

" sebesar apapun luka yang udah kamu torehkan dihati Mama, Mama gak akan pernah lupa kalau kamu anak Mama satu-satunya. oleh karena itu, sampai kapan pun doa Mama akan selalu menyertai hidup kalian. "

Jeno tersenyum, hal inilah yang sudah lama ia rindukan.

Disisi lain, Yonna melihat dan menyaksikan interaksi antara Dara dan Jeno. Yonna terharu, ia tidak menyangka Dara yang ia kenal angkuh ternyata menyembunyikan sisi malaikatnya.










...

Bersambung ..


Haaaaiii

Ada yg masih setia sama story ini gak ?

Kalau sepi peminat, mungkin gak akan dilanjutkan.

TANPA TAPI ..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang