C.42

1.4K 214 61
                                    

🍁 Typo 🍁

~
..
.
.
.
..
~

Happy Reading!!

Sarapan pagi ini terasa sunyi, sama seperti sebelumnya, semangat dua insan itu seperti tak ada sedikitpun. Jessica memandang appa dan juga adiknya yang hanya diam sedari tadi. Bukan hanya hari ini, tapi beberapa hari ini Jessica memperhatikan tingkah mereka itu.

"Ital kok nggak di makan lagi?" Tanyanya saat Krystal meletakkan sendoknya dipiring.

"Udah kenyang eonni." Jawab Krystal singkat.

"Kenyang? Bahkan setengahnya aja nggak ke makan sama kamu."

"Eh iya ya,, hehe nggak tau, udah kenyang aja eonni." Jawab Krystal tak jelas.

Jessica menghela nafasnya, lalu beralih pada sang appa yang hanya diam saja seperti memikirkan sesuatu.

"Appa ada masalah?" Tanyanya membuat tuan Jung mengalihkan pandangan padanya.

"Nggak ada sayang, appa hanya sedang memikirkan pekerjaan." Jawab tuan Jung tersenyum tipis.

"Eonni." Panggil Krystal lirih namun masih didengar Jessica.

"Nde?" Jessica menatap penuh tanya sang adik yang sedang menatapnya sangat intens.

"Apa eonni tak merasa ada yang hilang?" Tanya Krystal dengan matanya yang sudah memanas, entahlah akhir-akhir ini ia merasa jadi agak cengeng.

"Apa? Apa kamu ada mengambil barang-barang eonni di kamar?" Tanya Jessica tak mengerti.

"Bukan itu eonni, apa eonni benar-benar tak menganggap kehadirannya disini selama ini sehingga saat ia tak ada sikap eonni bahkan terlihat seperti ia tak pernah hadir dirumah ini. Apa sebegitu besarnya kah rasa benci eonni dengan masalalu buruk itu sampai membutakan mata dan perasaan eonni akan kehadirannya?" Cairan bening itu sudah menumpuk di pelupuk matanya, satu kali kedip saja maka cairan bening itu akan terjatuh.

Sungguh Krystal menyayangi eonninya, tapi dilain sisi Krystal juga tak mengerti kenapa eonninya bisa bersikap biasa saja setelah kejadian Jennie yang hampir tenggelam, bahkan hingga sekarang gadis itu tak menampakkan dirinya di rumah ini Jessica bersikap seperti Jennie tak pernah hadir di hidupnya selama beberapa bulan ini.

"Ital apa maksudmu? Eonni tak mengerti, dia itu siapa maksudmu?" Tanya Jessica yang sudah menatap meminta penjelasan.

"Kim Jennie, putri kandungmu eonni."

Jessica tak menyahut, ia hanya kembali diam tanpa mengubah ekspresi wajahnya yang datar.

"Maaf eonni, Ital sayang eonni, tapi sikap eonni membuat Ital bingung harus bagaimana bersikap, Ital sayang eonni, dan Ital juga menyayangi Jennie. Ital mohon cobalah untuk memikirkan semuanya dengan baik eonni, tolong bawa Jennie kembali ke rumah ini. Ital yakin jika eonni menyayanginya, maaf eonni,, Ital pergi dulu." Krystal segera berdiri mengambil tasnya lalu mencium pipi eonni dan appanya setelah itu ia berjalan meninggalkan kedua insan yang masih terdiam itu.

"Sica."

Jessica beralih menatap appanya yang sudah menatapnya sendu. Pria itu mengusap kepala putrinya sayang disertai dengan helaan nafas beratnya.

"Appa sayang sama kamu,, jika kamu tak ingin berbagi cerita dengan appa dan Krystal, cobalah berbagi dengan sahabatmu."

"Maaf jika appa terkesan memaksa dan tak memikirkan traumamu. Tapi Krystal benar, apa kamu tak merasa kehilangan? Ini bahkan sudah dua minggu berlalu setelah insiden itu dan Jennie tak pernah kembali ke rumah ini. Apa kamu tak penasaran kenapa ia tak pernah kembali lagi? Atau bagaimana keadaannya sekarang dan dimana dia? Apakah satupun pertanyaan untuknya tak pernah timbul dibenakmu?" Tuan Jung menatap raut Jessica yang tak berubah sedikitpun.

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang