C-8

1.3K 216 48
                                    

Typo
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading!!

"Heum setelah saya amati kinerja bagian pemasaran ada kemajuan dari bulan lalu, bagus, saya suka pekerjaan kalian."

"Dan untuk yang lain juga pertahankan, yang penting itu kekompakan kalian sebagai tim, jika ada perdebatan saya harap kalian bisa menyelesaikannya dengan baik, jangan sampai membuat kerja tim kacau hanya karena satu atau dua orang yang bermasalah. Mengerti."

"Ne Hoejang-nim." Serempak mereka semua,

Satu persatu karyawan yang ikut meeting tersebut pergi meninggalkan ruangan tersebut hingga menyisakan tuan Jung dan juga Jessica yang entah kenapa sedari tadi selalu memperhatikannya secara intens.

"Sica kamu kenapa appa perhatikan sedari tadi selalu memandang appa terus. Apa ada yang ingin kamu sampaikan? Atau ada masalah yang tidak appa ketahui?" Tanya tuan Jung sudah mendekati Jessica.

"Memangnya kenapa kalau Sicca memandang appa. Apa appa merasa risih?" Tanya balik Jessica.

"Tidak, hanya saja sepertinya ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan pada appa?"

"Apa sebenarnya tujuan appa membawa gadis itu tinggal bersama kita?"

Tuan Jung menatap Jessica yang sangat serius dengan pertanyaannya.

"Maksudmu Jennie? Bukankah sebelumnya appa sudah bilang kalau dia cucu appa, jadi.."

"Dia bukan cucu kandung appa. Lalu bagaimana dengan ibunya?" Potong Jessica cepat.

"Ibunya? Maksudmu?" Bingung tuan Jung

"Appa, Sica tau kalau gadis itu masih mempunyai seorang ibu. Dan ibunya masih hidup, benar kan?" Tanya Jessica membuat tuan Jung sedikit terkejut.

"Memangnya kamu tau siapa ibunya? Dari mana kamu tau?" Tanya tuan Jung serius.

"Aku tidak tau siapa ibunya, tapi yang pasti ibunya masih ada dan sekarang tinggal di luar negeri bersama suami barunya. Kenapa appa mau merawatnya sementara ia masih mempunyai seorang ibu? Apa ibunya tak mau merawatnya atau mungkin tak mau mengakuinya?" Sarkas Jessica seketika membuat muka tuan Jung berubah terlihat menahan kesal.

"Kamu tidak tau apapun tentang hal ini, appa harap kamu tidak akan mengatakan hal semacam ini didepan Jennie." Ucap tuan Jung dengan suara tertahannya.

"Kenapa? Apa aku benar? Appa jika dia masih mempunyai seorang ibu, kembalikan saja, dia bukan tanggung jawab kita tapi tanggungjawab orangtuanya."

"Justru itu yang sedang appa lakukan, sekarang dia tanggungjawab appa."

"Appa jangan karena ayahnya menitipkan dia sama appa, appa jadi harus merasa sangat bertanggungjawab dengannya, ibunya lebih berhak merawatnya dari pada kita yang hanya orang asing." Jessica masih kekeh dengan pendiriannya.

"Tapi dia bukan orang asing bagi kita sekarang." Tekan tuan Jung.

Ia memejamkan matanya mencoba menahan dirinya agar tak terbawa emosi dan malah memarahi putrinya sendiri.

"Sica, appa mohon, biarkan appa merawatnya dengan penuh tanggung jawab sebagai seorang kakek, appa sudah sangat menyayanginya. Appa harap kamu mengerti." Ucapnya memohon dengan suara rendahnya.

Tuan Jung berdiri berniat pergi agar perdebatan ini tak menjadi panjang.

"Oh ya satu lagi, appa harap kamu jangan mengatakan apapun tentang hal semacam ini dihadapan Jennie, dia masih terlalu kecil untuk menerima ucapan yang seperti itu."

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang