C.65

1.5K 187 86
                                    

Buat tulisan miring itu flashback ya,,, woke😉

Typo

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading!!

"Baby setelah ini bobo siang dulu ya."

"Mommy temaninkan?" Jennie menatap berharap pada sang mommy yang sekarang tengah membantunya mengganti seragam sekolahnya.

Setelah acara mengharukan tadi mereka menikmati cake yang dibelikan Jennie bersama dengan tuan Jung dan juga Krystal.

Dan sekarang mereka baru memasuki kamar Jennie untuk mengganti seragam sekolahnya dan Jessica juga ingin menidurkannya.

"Iya mommy temanin, sepertinya mommy juga butuh tidur siang, sudah sangat jarang rasanya mommy tak melakukannya."

Chup

"Yay sayang mommy." Jessica tersenyum saat ia mendapatkan kecupan dibibirnya.

"Mommy lebih sayang baby." Balasnya.

"Mommy jangan nangis lagi ya, Ruby nggak suka." Tangan kecilnya terangkat untuk mengusap wajah sembab sang mommy yang masih terlihat matanya yang memerah akibat menangis.

"Mommy menangis bahagia baby, jadi tak masalahkan?" Jawabnya, ia menikmati usapan tangan mungil itu diwajahnya.

"Kalau menangis bahagia nggak apa-apa, tapi jangan sering ya, nanti mata mommy bisa bengkak." Jessica mengangguk, di kecupnya pipi tembam itu membuat gummy smile gadis kecilnya itu terlihat.

"Cah sudah selesai, sekarang waktunya bobo siang." Ujarnya setelah selesai mengganti pakaian Jennie.

"mommy peluk." Jessica langsung memeluk putrinya itu saat mereka sudah berbaring di kasur.

"Mommy bisa nyanyi?"

"Kenapa? Mau mommy nyanyiin?" Jennie mengangguk cepat disertai dengan dirinya merapat untuk lebih masuk kedala pelukan sang mommy.

"Baby mau uyu?" Jessica bertanya karena Jennie menempelkan wajahnya.

"Nggak, malam aja mom siang ini mau dengar mommy nyanyi aja, mau kan?"

"Boleh, udah pejamin matanya ya, mommy nyanyiin." Jennie mengagguk dan mulai memejamkan matanya mendengar suara indah sang mommy yang mulai memenuhi gendang telinganya.

Tak butuh waktu lama, mata gadis kesayangannya itu sudah tertidur dengan lelap, dengkurann halus dengan wajahnya yang imut itu membuat perasaan Jessica benar-benar tenang.

.
.

"Sayang bulan depan prediksinya kan? Apa ada keluhan yang berat?" Suara disebrang telepon itu terdengar khawatir.

"Tak ada appa, hanya ya tak bisa bergerak dengan bebas." Jawabnya dengan suara datar khasnya.

"Baiklah, jika ada kesulitan kamu katakan saja pada Jae, dia pasti akan siaga."

"Hmm." Hanya itu sebagai jawaban, sang ayah disebrang telepon hanya bisa menghela nafas pasrah.

Cukup tau jika putrinya masih merasa terlukai, tapi ia bisa apa? Semuanya sudah terlanjur dan ia cukup menyesali keputusannya yang terburu.

Tapi saat itu hanya menikahkan mereka cara yang bisa ia ambil agar calon cucunya bisa lahir dengan kedua orangtua yang lengkap apalagi saat itu kehamilan putrinya masih beberapa minggu.

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang