10 || Sempurna?

169 43 2
                                    

Haloo, selamat membaca🐥

⚪ t h a n k s  t o  f i x ⚪

Fix tak pernah membayangkan dirinya diinterogasi bak calon mantu di usia semuda ini. Tatapan dan gestur tubuh Etan yang begitu serius bahkan lebih mendebarkan dibanding juri dari perlombaan yang sering dia ikuti. Cara bicaranya memang terdengar santai, tapi entah kenapa begitu banyak penegasan yang Fix sadari.

Padahal tujuan Fix kemari tak lebih dan tak kurang hanya untuk mengembalikan uang Reva.

“Gue kekenyangan.” Perut Fix terasa membesar seketika, tangannya pun tanpa sadar malah mengelus perutnya. Napasnya tampak sesak, persis seperti ibu hamil yang mendekati persalinan.

“Seenggaknya gak kelaparan.” Reva menimpali dengan santai. Walau tak bisa jadi akrab, setidaknya dia tidak ingin canggung dengan seseorang. Situasi itu sungguh memberatkan kedua pihak.

“Iya, sih. Ya kali gue ke rumah orang kaya malah kelaparan.”

Mata Fix tak beralih dari pemandangan di depan. Duduk di sebuah gazebo tepat di pinggir kolam renang dengan ukuran besar, serta tanaman pemanis di sisi kolam, juga tak lupa tiang lampu yang mempermanis tampilannya. Udaranya terasa sejuk karena banyak tanaman hijau. Fix bisa membayangkan jika dirinya tengah berada di suatu vila mahal. Apabila langit gelap, lampu-lampu itu berkilauan dengan indah.

Reva mendengkus geli melihat ekspresi Fix menikmati hidup. Bukan karena wajahnya berubah jadi lawak, tapi parasnya memang bisa membuat suasana jadi ceria. Reva menyadari perbedaan mencolok ketika Fix berada di dekat Niana, seolah aura itu hilang entah ke mana.

“Oh iya. Nih, duit lo. Lunas, ya?” Fix teringat akan utangnya. Dia hampir larut dan tertidur pulas jika melupakan tujuan utamanya datang kemari. Sejumlah uang dengan nominal sama persisi seperti yang dia pinjam, kini sudah kembali ke pemiliknya.

“Makasih, Fik.”

“Gue yang makasih.”

“Sama-sama.”

Anyway, Klar. Gue boleh nanya sesuatu yang kayaknya bakal aneh kalau gue tanyain sekarang? Karena seperti yang lo bilang, posisinya lo lagi punya masalah dengan Niana. Orang yang gue suka.”

Fix sedikit merutuki mulutnya, dia sendiri tidak mengerti kalimat macam apa yang barusan keluar.

“Tanya aja. Hak lo untuk bertanya.”

Ya sudahlah, lanjutkan saja.

“Kata Niana lo yang gantiin gue main piano buat sambutan kemarin. Gue sudah liat videonya, sih. Gue gak nyangka aja lo sejago itu. Telinga gue gak salah berarti, waktu kita ketemu di gedung seni.”

Fix menoleh, gelagapan sendiri ketika disuguhi sebuah senyuman manis dalam jarak sedekat ini. Bisa mati di tempat jika diserang cewek cantik begini.

Thanks.”

Tatapan Fix kembali ke depan. Pemandangan di sebelahnya memang indah, tapi indah yang di depannya jauh lebih mewaraskan.

“Lo, kan, pindahan dari International High School. Kenapa?” Fix memang sempat menyangkal gosip waktu upacara, tapi walau begitu dia sendiri penasaran jawaban apa yang Reva punya sebagai alasan. Tentu saja selain masalah ekonomi, karena itu mustahil dengan seluruh kenyataan yang Fix dapatkan di sini.

Thanks to Fix | Revisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang