40 || Makan Malam Keluarga

124 32 3
                                    

Halo apa kabar?👀

Hari up dua ya hehe✌🏻

Selamat membaca❤️

⚪ t h a n k s t o f i x ⚪

"Siapa yang suruh kamu makan di meja?!"

Sentakan itu membuat Reva membawa mundur langka kakinya. Menatap Nenek untuk menerima perintah apa lagi yang ingin dia lontarkan. Apa pun itu selama Reva bisa melakukannya. Apa pun itu selama tidak menghancurkan perkumpulan keluarga mereka.

"Makan di bawah!"

"Bu-"

"Diam kamu!" Nenek menatap tajam Etan. "Syukur syukur dia masih bisa ikut masuk! Jangan cerewet!"

Reva mengerti. "Iya. Gak papa, kok, Reva makan di bawah."

Reva menatap Etan, tersenyum pada papanya agar beliau tidak menghawatirkan hal yang tak perlu. Mau makan di atas atau pun di bawah tidak ada bedanya. Karena keduanya sama-sama baik.

Dengan duduknya Reva di bawah, maka makan malam keluarga di mulai.

Sebenarnya bukan hanya itu yang Etan khawatirkan, melainkan juga makanan yang disajikan. Dia takut efek serius dari alergi Reva kambuh di saat dia sama sekali tidak diberi kesempatan untuk menyelamatkannya.

Sejauh ini acara berjalan hikmat, hanya ada dentingan sendok dan garpu di sana. Hingga Nenek tampak menghela napas, menatap sendu beberapa kursi kosong yang ada. Sudah lima anggota keluarga yang berpulang dengan cerita naas yang mengagetkan.

"Jio meninggal karena Reva. Sudah jelas dari rekaman CCTV rumah sakit. Ada anak cewek yang diam-diam masuk ke kamar rawat Jio dan menyiksa Jio sampai kehabisan napas. Tapi, untuk menjaga nama baik Etan, saya tidak akan menuntut Reva secara hukum."

Reva yang duduk di bawah mendengkus geli, menahan tawanya yang rasanya ingin meledak. Kedengarannya begitu lucu. Bicara membawa-bawa hukum, seperti mengerti saja. Kalau tidak dicerna dengan baik, bisa berujung dengan senjata makan tuan.

"Sayang sekali, padahal Jio berniat melanjutkan pendidikan ke luar negeri dengan beasiswa. Tapi impian itu dihancurkan oleh adik kesayangannya sendiri. Dibunuh sekeluarga, menyisakan menantu saya yang akhirnya memilih pulang ke keluarganya.

"Mau ditaruh mana wajah saya?" Nenek menoleh menatap sampah di bawah. "Dasar anak pembawa sial."

Etan mengeratkan kepalan tangan. Diam-diam melirik putrinya dengan rasa sakit yang membuncah. Bagaimana pun dia yakin Reva tidak akan melakukan hal keji seperti itu. Karena untuk kasus kali ini pun, Etan tidak dibiarkan terlibat sedikit pun.

"Bu ... sudah. Kita baru selesai makan."

"Kamu benar-benar durhaka, Etan!" Nenek melemparkan pelototan tajam. "Kamu masih mau bela anak pembunuh itu? Istri kamu saja gak pernah kelihatan lagi batang hidungnya. Sudahlah! Kamu gak usah sok bertanggung jawab sebagai ayah ke Reva. Dia gak pantas.

"Apalagi, dia selalu mencari masalah dengan Niana di sekolah. Reva itu berandalan, sok nurut saja biar dimaafkan. Jangan percaya kebohongannya!"

Semua mata satu persatu mulai mengarah pada Niana. Gadis itu hanya menunduk dalam. Membiarkan nenek melakukan apa pun yang dia suka.

"Lihat luka di tangan Niana? Itu gara-gara anak yang kamu sayang, Etan!"

Reva berdiri, pergi ke dapur untuk mencuci piring. Sontak, membuat atensi semua orang terutama Nenek mengarah padanya. Selesai dengan itu dia kembali ke meja makan, berdiri tak jauh dari neneknya.

Thanks to Fix | Revisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang