Hampir tiga ribu kata, pelan-pelan aja bacanya 🙆🏻♀️
⚪ t h a n k s t o f i x ⚪
Semua mata tertuju pada perban yang membalut tangan kiri Reva. Tidak banyak yang tahu jika alasan Reva absen adalah karena hal itu. Maka tak heran semua orang menaruh perhatian kepadanya, lebih tepatnya kepo sambil menebak-nebak penyebabnya.
Gama yang tadinya asyik duduk bermain ponsel di motornya beranjak menghampiri Reva, mengawal gadis itu menuju kelas agar tak dikerubungi manusia-manusia super tidak tahu situasi itu. Sebuah obrolan klise dan singkat menghiasi perjalanan mereka. Hingga Gama berhasil mengantarkan Reva dengan selamat sampai di depan kelas.
“Makasih, Gam.”
Gama mengangguk sambil tersenyum. “Lo hati-hati, ya? Sebelum gue pindah, gue bakal tepati janji gue buat jagain lo dari Niana.”
“Sekali lagi makasih, ya, Gam.”
“Gue duluan.”
Reva mengangguk kecil, untuk sesaat memperhatikan kepergian Gama. Reva baru sadar, apa yang Gama katakan tentang suasana yang berubah, Reva juga rasa. Suasana yang Gama bawa sejak kemarin pun terasa lebih nyaman.
“Heh!”
Langkah Reva terpaksa kembali mundur. Seseorang menarik tasnya dari belakang. Dari sekilas suara yang dia dengar, dia mengenalinya. Reva menghela napas sejenak, memutar tubuhnya setelah Niana melepas cekalannya.
“Hai Reva .... Udah lama gak ketemu,” sapanya dengan ramah yang dibuat-buat. Dia tersenyum menatap wajah Reva, lalu berpindah pada tangan kiri gadis itu. Menatap penuh prihatin yang sebenarnya lebih mengarah mengejek.
“Oh iya, get well soon, ya. Gue denger-denger tangan lo kebakar api neraka, ups. Poor Reva.” Niana tertawa kecil, menutupi mulutnya sendiri.
“Tuhan emang adil, ya? Setelah lo rebut Gama dan Fix dari gue, tangan perebut lo yang cantik ini kebakar juga. Karma is real.” Niana tersenyum puas, menepuk-nepuk persis di luka Reva.
“Kapan-kapan, wajah lo aja yang kebakar. Gue ikhlas, deh.” Tangannya bergerak naik ke atas, menepuk-nepuk pipi Reva. “Udah, ah. Saran gue, hati-hati. Pem-bu-nuh.”
Niana melebarkan langkah, menghilang dari pandangan Reva. Tas biru di punggungnya bergoyang kecil, menandakan si penggendong tertawa kecil. Dia sama sekali tidak takut pada Niana.
Jika Reva pembunuh, bukannya yang harus berhati-hati itu Niana? Lucu.
“Ya ampun, Re!” Titra berteriak dari tempat pertama kali matanya mampu menjangkau sosok Reva. Senyumannya melebar dengan sempurna, senangnya bukan main. “Akhirnya lo masuk! Akhirnya gue gak jomlo lagi!”
Reva membalas senyuman itu. Titra tetap heboh seperti biasa. Sudah seperti pewawancara yang didengarkan seluruh media. Semua orang jadi ikut mendengarkan jawaban dari semua pertanyaan gadis itu.
⚪ t h a n k s t o f i x ⚪
Fix melebarkan langkah menuju suatu kelas. Barusan dia mendapatkan kabar dari Titra bahwa teman sebangkunya kembali bersekolah. Sedikit tidak mengerti situasi, yang jelas Fix berterima kasih untuk itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks to Fix | Revisi
Teen Fiction| Fiki UN1TY | Dalam proses revisi 5 Desember "Aku adalah ceritamu yang telah lama usai." Reva meletakkan penanya di dalam saku, menutup buku diary miliknya dengan perasaan yang dia sendiri tak bisa jelaskan bagaimana. Lembar terakhir yang dia gunak...