⚪ t h a n k s t o f i x ⚪
Jemari Fix mengetuk permukaan meja membentuk irama yang mengalihkan atensinya dari lingkungan sekitar. Lusa merupakan hari kemerdekaan Indonesia, oleh karena itu jadwal sekolah sedang renggang. Ada perlombaan yang akan masing-masing kelas ikuti, maka dari itu diberikan waktu untuk bersiap dengan leluasa.
Fix sendiri melarikan diri dari kelasnya. Dia pening mendengar teman-temannya sibuk membersihkan kelas dan membuat mading, juga saling tunjuk untuk ikut lomba. Pokoknya setiap ada acara seperti ini, kelas semua orang sudah seperti kapal pecah.
“Tes, tes ... satu dua tiga. Pengumuman, gue Gama Elias Pardana mau klarifikasi sesuatu. Gue minta maaf buat shipper Gama-Niana atau Gama-Reva.
“Gue gak punya hubungan spesial apa-apa sama mereka. Thanks. Mohon pengertiannya.”
“Gama! Lagi-lagi kamu pakai mic sembarangan!”
Fix mendengkus geli, sedikit tak percaya ketika Gama benar-benar melakukannya. Dia beranjak, perutnya mulai terasa kosong, dia butuh asupan untuk melanjutkan lamunannya.
Gama bilang, jika dia sudah mengumumkannya berarti dia sudah lepas dari Niana. Dia juga akan segera pindah.
“Fix!”
Si empunya menoleh. Menyempatkan diri untuk menghela napas dan menunggu Niana menyelesaikan langkahnya.
“Gue bawa kabar gembira.”
“Lo balikan sama Gama?”
Niana mengernyit, mengomel pada Fix tentang apa yang barusan Gama umumkan lewat pengeras suara. Itu memalukan, tapi yang penting tidak ada yang sedang bersama dengan Gama.
“Titra masuk rumah sakit. Mau lo jenguk?”
Fix tertegun melihat senyuman itu. Beberapa detik kemudian merinding dan berjalan pergi meninggalkan Niana. Psikopat! Asli cewek itu psikopat. Memang sudah paling benar Fix beralih dari Niana ke Reva yang sedikit lebih normal.
“Kalau jenguk jangan lupa ajak gue!”
Niana tertawa geli. Dia menatap punggung Fix menjauh, tanpa sengaja mendapatkan ide baru. Bodo amat tentang yang Gama lakukan, dia harus lebih fokus pada Fix sekarang. Niana tidak akan membiarkan Reva menang. Beberapa hari ini Niana diam bukan berarti benar-benar tak melakukan pergerakan apa pun.
“Na! Dipanggil Pak Rido ke BK!”
“Oh.”
Niana melebarkan langkahnya. Dia menyimpan kembali ponselnya dengan aman di dalam saku. Apa lagi ini? Bukannya urusannya tentang beasiswa sudah selesai?
“Ada apa, Pak?”
“Astagfirullah! Salam dulu, Niana ....” Pak Rido geramnya bukan main. Percuma pintar, tapi tidak berakhlak mulia.
“Assalamu’alaikum.” Niana memberi salam dengan kedua bola mata memutar tak sopan.
“Wa’alaikumussalam.”
“Kenapa lagi, Pak?”
“Saya baru saja rapat dengan kepala sekolah. Beasiswa kamu resmi dicabut karena kamu melanggar beberapa perjanjian beasiswa. Nilai menurun, buat banyak masalah di sekolah, turun satu atau dua mungkin masih bisa didiskusikan kembali, tapi ini anjlok, Na! Kamu itu beasiswa prestasi, bukan beasiswa kurang mampu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks to Fix | Revisi
Fiksi Remaja| Fiki UN1TY | Dalam proses revisi 5 Desember "Aku adalah ceritamu yang telah lama usai." Reva meletakkan penanya di dalam saku, menutup buku diary miliknya dengan perasaan yang dia sendiri tak bisa jelaskan bagaimana. Lembar terakhir yang dia gunak...