33 || Abadi

119 33 1
                                    

Selamat membaca💙

⚪ t h a n k s  t o  f i x ⚪

Reva menatap kuburan Jio dengan tatapan kosong. Setelah datang dengan keadaan basah kuyup, tanpa jeda dimarahi habis-habisan oleh neneknya. Dituduh karenanyalah Jio meninggal, tapi menolak menemukan bukti dari ucapannya. Menolak otopsi lebih lanjut untuk menemukan penyebab sesungguhnya kematian Jio.

Terus terulang seperti itu setiap kali duka datang menghampiri. Terus menanamkan hal itu di dalam diri Reva.

Dan ... kali ini nenek berhasil melakukannya dengan sempurna.

Bion melirik tangannya yang digenggam erat oleh Reva. Semua ketakutan gadis itu terasa di sana. Hingga dia terlihat seperti yang paling baik-baik saja. Menyembunyikan luka yang semakin dalam dengan kedok sudah terbiasa.

Etan memberi tahu dengan sedikit memohon, jika Bion datang ke pemakaman, Reva tidak akan dicaci habis-habisan untuk menjaga reputasi keluarga. Bisnis dan sumber uang menjadi alasan utama. Bion kembali terjerat ke dalam hal jahat seperti ini lagi.

Reva menghela napas, dia sadar suasana damai ini karena ada Bion di dekatnya. Namun, masalah akan jadi jauh lebih besar ketika Bion pulang.

Untuk pertama kalinya Reva menutup mata dan membiarkan emosi seseorang tertahan. Untuk pertama kalinya Reva benar-benar berlindung pada seseorang. Secara sadar, dengan keinginannya sendiri seperti ini.

Rangkaian acara pemakaman telah selesai dilakukan. Etan meminta tolong pada Bion untuk mengantar Reva pulang terlebih dahulu. Dia sendiri sebisa mungkin mengurangi kontak antara Reva dengan keluarga besarnya. Beralasan karena Reva masih belum pulih seutuhnya dan harus banyak istirahat.

“Sampai rumah langsung bersih-bersih dan tidur.”

“Iya, Nak. Jangan terlalu banyak pikiran.”

Suara dari kedua orang tua Bion terdengar di ujung perjalanan. Reva mengerti mereka menaruh peduli yang besar pada Reva. Namun, lagi-lagi Reva tak bisa menerimanya dengan gamblang seperti bagaimana dia menerima semua perasaan Fix padanya.

“Makasih, Om, Tante.”

“Kalau mau Bion temani dulu gak papa. Nanti kamu dijemput sopir pulangnya ya, Bi?”

Bion menoleh, menatap Reva melihat gadis itu akan memberi jawaban atau tidak. Dia terlihat tidak akan menjawab, kalau begitu Bion yang melakukannya.

“Iya, Pi.”

“Ya udah. Kami pulang duluan. Nanti kamu langsung telepon sopir aja, Bi.”

Bion mengangguk.

“Makasih banyak, Om, Tante.”

“Iya sama-sama, Reva. Kalau Bion nakal cubit aja.”

Reva terkekeh geli, mengangguk kecil pada mami Bion lantas keluar dari mobil disusul sahabatnya.

Pak Opi yang melihat kedatangan majikan mudanya pun buru-buru membukakan gerbang. Dia pikir mobil siapa yang berhenti beberapa saat tepat di depan gerbang.

“Eh, ada Mas Bion. Mari Mas.” Pak Opi mengangguk ramah.

“Makasih, Pak.”

“Sama-sama, Mas.” Pak Opi nyengir, lantas kembali menutup gerbang rumah. Dia memperhatikan dua orang itu masuk ke dalam rumah. Dari dulu Pak Opi sudah setuju dengan kapal yang satu ini. Perfect.

“Bi Mimi.”

“Iya, Non?” Bi Mimi datang dari belakang. Dia menghampiri Reva sambil menyapa Bion. Lantas dia kembali lagi untuk melaksanakan permintaan Reva, menyiapkan baju ganti untuk Bion.

“Gue ke atas dulu.” Reva pamit lantas segera membersihkan diri. Beruntung ada Bion, dia bisa tenang untuk beberapa jam ke depan.

Jika Fix yang ada di sini, dia pasti sudah diusir pergi. Hanya Bion yang punya relasi kuat untuk diperlakukan baik di sini.

“Ini, Den. Bajunya.”

“Makasih, Bi. Ah, Bi. Reva belum makan, habis ini aku mau masak buat Reva.”

“Oh, gitu. Kebetulan Bibi juga belum masak, Den. Hehe. Nanti Bibi bantuin ya, Den?”

Bion tersenyum tipis, mengangguk. “Iya, Bi. Makasih.”

Bi Mimi mengangguk antusias. Dia jadi tidak sabar mencicipi kembali masakan Bion. Bion yang sempurna bersama Reva yang sempurna. Mantap sekali.

Lima belas menit Reva habiskan untuk mandi dan berganti pakaian. Dia menghela napas, duduk di kursi riasnya. Perlahan menatap barang-barang pemberian Fix yang rajin dia kirimkan secara rutin padanya.

Ponselnya berdering, yang dipikirkan menelepon.

“Halo, Klar? Gimana?”

“Sudah selesai. Aku juga sudah pulang.”

“Nanti aku ke rumahmu, ya? Pulang les.”

“Jangan, Fix. Sudah ada Bion.”

Fix terdiam di seberang. Haha. Benar juga, dia melupakan fakta jika Reva punya Bion di sisinya. Seharusnya dia tidak perlu berharap akan dipilih untuk menemani gadis itu dalam kondisi seperti ini.

Thanks to Fix | Revisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang