59 || Penyesalan

22 8 0
                                        

⚪ t h a n k s  t o  f i x ⚪

Niana menyibakkan gorden hingga menutup jendela sepenuhnya. Dia terdiam mendengar percakapan ayahnya dengan seseorang. Tadinya Niana berniat pulang karena ingin berbaikan dengan Akshal.

Berhari-hari di rumah Nenek membuatnya merindukan sosok itu. Sosok yang rupanya jauh lebih banyak berkorban ketimbang Nenek maupun dirinya sendiri. Niana luluh, mendengarkan saran Nenek untuk berbaikan dengan Akshal. Namun, apa yang dia dengar membuat Niana menaruh lebih banyak kecewa.

Suara kunci diputar terdengar, Niana dalam diam menunggu Akshal membuka pintu rumah. Tadinya dia ingin memberi kejutan, dia sudah menyiapkan makan malam dengan lauk dari restoran kesukaan Akshal. Ingin sekali saja berada di satu meja yang sama, makan bersama, dan saling bertukar cerita tentang letihnya selama hari berjalan.

“Ngapain di sini?”

Semuanya pupus dan semakin berantakan mendengar pertanyaan sambutan yang begitu menyedihkan. Bukannya ini rumah Niana juga? Bukannya ini rumah yang Akshal beli susah payah untuk keluarga kecilnya?

“Niana ... Ana cuma ngirim makanan.”

Niana masuk ke dalam kamarnya, mengambil kembali tasnya dan pergi dari sana.

“Gak kamu kasih racun, ‘kan?”

Niana tertegun, air matanya jatuh. Jemarinya terkepal kuat, memberanikan diri berbalik menatap ayahnya.

“Kasih Niana bukti sebelum ayah nuduh.”

Sebelah alis Akshal terangkat, tertawa sinis. “Ini alasan kenapa saya gak kamu tinggal sama Ibu saya.”

Niana menelan saliva, memejamkan mata ketika tangan Akshal sampai memegangi wajahnya. Rasanya seperti kedua rahangnya akan patah.

“Manja! Kurang ajar!”

Tubuh Niana diempaskan begitu saja. Terhuyung dan akhirnya jatuh di teras. Nyaris bergelinding ke bawah tangga di sana.

“Niana cuma minta bukti ... kenapa Ayah marah? Kalau ada bukti kita sudah menang—“

Buak!

“DIAM KAMU!”

Tubuh Niana ditendang, dia tidak tahu bagaimana rasanya karena setelah itu jatuh ke tanah. Tangannya memegangi kepala, pening hebat menyerang di sana.

“SAYA BERUSAHA KERJA KERAS AGAR KAMU GAK MERASA DIBUANG! AGAR KAMU GAK IRI SAMA ARA! Tapi apa? Balasan kamu apa?!”

“NIANA DARAH DAGING AYAH! AYAH YANG BUAT TUHAN KIRIM NIANA KE SINI! NIANA GAK MINTA DILAHIRKAN! APALAGI DAPAT AYAH SEPERTI—“

Tubuh Niana ditarik kasar, diangkat hingga kembali berdiri di hadapan Akshal.

“Apa kamu bilang?” Akshal menggeram. “SAYA GAK PERNAH MINTA ANAK SEPERTI KAMU!”

BRUAK!

Tubuh Niana kembali diempaskan. Kini Niana tidak sanggup merasakan pening di kepala. Telinganya seakan ditutupi sesuatu yang membuatnya kehilangan suara Akshal. Tatapannya buyar, hingga akhirnya hitam.

⚪ t h a n k s  t o  f i x ⚪


Niana terbangun entah jam berapa. Saat itu hujan mulai turun sedang dia hanya tergeletak di teras rumah tanpa adanya cahaya lampu yang biasa menyala. Niana tertawa miris, meratapi nasibnya yang akhirnya sampai di titik sejatuh ini.

Apa boleh Niana berpikir ini karma? Jika mengulang kembali memori di kepala, Reva mendapatkan semua ini karena Nenek membela Niana. Apa benar ini yang namanya karma?

Thanks to Fix | Revisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang