Selamat membaca💙
⚪ t h a n k s t o f i x ⚪
Fix melajukan mobilnya sampai di tempat acara. Gedung sekolah yang begitu mewah dan terawat, dia yang baru pertama kali datang pun tak merasakan sesuatu perasaan tak nyaman seperti biasa. Satu-satunya yang aneh hanya mamanya yang ngambek padanya. Reva tidak jadi ikut, dan mamanya pun nyaris tidak mau ikut.
“Turun, yuk!” ajak Fix terlebih dahulu keluar dari mobil.
Disusul mamanya yang terlihat masih sangat dongkol. Cewek mau tua mau muda sama saja kelakuannya. Dan hampir semua perempuan yang Fix kenal, marah untuk hal kecil. Tak heran dia terkejut dengan Reva yang berbeda.
Fix dibalut almamater OSIS sekolahnya berjalan masuk diiringi sang ibu. Di depan tempat parkir, mereka disambut oleh para OSIS yang dengan ramah memandu jalan. Melihat sekitar, seragam yang mereka gunakan mengingatkan Fix tentang Reva.
Tidak ada rumput liar yang tumbuh. Tidak ada cat kusam yang mengelupas. Tidak ada sampah berserakan. Juga tidak ada parit yang terbuka sembarangan. Udaranya terasa begitu sejuk karena lokasinya yang ada di dataran tinggi. Taman-taman cantik jelas sekali membanting keadaan sekolah Fix.
Kesenjangan sosial yang sangat tinggi. Tidak heran bau duit di mana-mana.
“Silakan. Semoga hari Anda menyenangkan.”
Vina tersenyum ramah, senang melihat kesopanan anak-anak di sini. Akhirnya mood-nya bisa sedikit membaik. Dia tidak menyesal datang ke sini, hanya kurang Reva saja.
“Halo, Tante.”
“Wa’alaikumussalam.”
Titra diam sejenak ketika mencium punggung tangan Vina. Sindirannya sukses melukai hati Titra dalam sekali bidik. Gadis itu menarik kembali tangannya, menyembunyikan gelang salibnya.Kenapa dia panik? Takut ditolak? Tidak seharusnya begitu.
“Assalamu’alaikum, Tante.” Titra mencoba tersenyum ramah. Dia malah berpura-pura.
Vina mangut-mangut, melewati Titra untuk duduk di kursi dengan nomor yang telah ditentukan oleh panitia. Fix dapat merasakan atmosfer dari Titra berubah. Namun, Fix memilih untuk mengabaikannya, mentari langkah menghampiri mamanya untuk pamit ke kursi peserta.
Titra menyusul, duduk di sebelah Vina. Mencari cara untuk mencairkan suasana.
“Tita harap Fix bisa dapat juara satu, Tan.”
“Semua orang juga berharap menang.”
“Iya.” Baru mulai langsung direspons dengan judes begini. “Fix baik lho, Tan. Dia gak pernah ngingkari janji. Makanya Tita suka sama Fix.”
“Kata Fix nama kamu Titra.”
“Iya, Tita itu nama panggilan aku.” Titra tersenyum lebar. Meski begitu ternyata mama Fix tetap menaruh sedikit perhatian. Buktinya dia tahu nama Titra.
Vina membulatkan mulutnya. Namun, usaha Titra untuk menarik perhatiannya tak berhenti sampai di situ. Mau tak mau Vina hanya menanggapi seadanya. Di dalam lubuk hatinya dia masih berharap Reva yang sedang ada bersamanya. Demi menghargai Titra, Vina tidak akan menyinggung Reva.
Di tempatnya duduk, sesekali Fix menyempatkan diri melihat mamanya. Melihat hanya ada komunikasi satu arah dari Titra, juga ekspresi wajah mamanya yang belum berubah. Dia jadi sedikit tidak tenang.
“.... Klareta Desiree ....”
Sontak Fix menoleh, terkejut mendengar nama itu disebut. Klareta Desiree adalah salah satu pianis muda terkenal. Sejak dia masih kecil dia merintis kariernya di Amerika. Bahkan ketika dia memilih vakum dari dunia musik dua tahun terakhir, nama itu terkenal di Indonesia setelah tahu bahwa dia berkebangsaan Indonesia. Rumornya, dia memilih vakum karena ingin lepas dari jadwal padatnya dan kembali ke Indonesia.Ternyata benar.
Ciri khas utamanya adalah topeng yang menutupi wajahnya. Bagaimana pun caranya, dia akan selalu tampil seperti itu. Ada rumor yang mengatakan jika dia memiliki luka di wajah, tapi dibantah oleh teman-teman artisnya. Sampai saat ini, tidak ada yang tahu wajah aslinya. Meski begitu banyak yang percaya bahwa rupanya seindah permainan pianonya.
Fix tersenyum, bukan hanya itu yang membuatnya terkejut. Klareta ... nama itu yang membuat Fix seakan mengenali Reva. Cara bermain pianonya pun terasa mirip dengannya.
Fix : Klarrrrr
Gue kaget
Tadi denger ada juri tamu yang namanya Klareta
Lo pasti kenal Klareta Desiree, ‘kan?
Gue jadi keinget lo haha
Maaf banget btw
Klareta : Iya, gue baca di undangan
Fix : Hah? Serius ada di undangan?
Klareta : Iya ... Btw, semangat.
Fix : Makasihhhhh. Moga ada fancam supaya lo bisa nonton.
Klareta : Haha, pasti ada. Banyak media datang. Simpan dulu hapenya. Sekali lagi semangat.
Fix : Hehe, makasih lagiii. Mohon doanya.
Fix menghela napas, mengulum senyumnya yang tak berhenti mengembang. Dia sudah tidak sabar memperkenalkan dirinya pada para pianis dan komposer terkenal yang hadir. Dia juga tidak sabar melihat secara langsung penampilan menakjubkan dari seorang Klareta Desiree.

KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks to Fix | Revisi
Ficção Adolescente| Fiki UN1TY | Dalam proses revisi 5 Desember "Aku adalah ceritamu yang telah lama usai." Reva meletakkan penanya di dalam saku, menutup buku diary miliknya dengan perasaan yang dia sendiri tak bisa jelaskan bagaimana. Lembar terakhir yang dia gunak...