3 || Denting Detak

201 50 23
                                    

Selamat membaca💙

⚪ t h a n k s  t o  f i x ⚪


“Anak-anak hari ini kita ulangan Fisika!”

Spontan semua mata menoleh serempak setelah menerima sinyal darurat dari mulut Pak As. Kelas mendadak sunyi, memperhatikan Pak As hingga beliau duduk dan merapikan buku-buku yang dia bawa.

“Ya, silakan. Siapkan selembar kertas.”

“YAH, PAK!”

Histeris pecah di dalam kelas. Reva sedikit asing dengan situasi ini, merasa sedikit terganggu dengan bisingnya mereka semua perkara ulangan. Dia tidak bermaksud membandingkan dengan sekolah lamanya, tapi sudah terlihat sangat jelas jika mereka tak mempersiapkan diri untuk menyambut hari esok. Bukannya pelajar memang identik dengan ujian?

Bagi Reva, mengulang kembali pelajaran semalam sebelumnya sudah menjadi kebiasaan. Dengan begitu, pelajaran yang bisanya selalu berlanjut akan lebih mudah untuk dipahami kemudian. Ilmu pun lebih melekat di kepala karena terus diulang.

“BAPAK, IH. MASUK KELAS TUH SALAM DULU ATUH PAK!”

Reon, siswa yang terkenal paling asal ceplos di kelas melakukan kebiasaannya. Tanpa berpikir yang dia lakukan sopan atau tidak, mulutnya keburu bergerak duluan.

Pak As menatap Reon sekilas, menimpali anak itu dengan santai. “Assalamualaikum. Selamat pagi.”

Wa’alaikumussalam. Selamat pagi, Pak,” jawab seisi kelas serempak. Ada beberapa yang mulai cemas karena waktu mereka terkikis untuk menghitung. Ada pula yang semakin berharap Pak As bisa mengundur ulangan mereka jadi ke pertemuan selanjutnya.

“Sudah, Reon?” tanya Pak As sambil melirik dan tersenyum penuh arti pada Reon. Semakin mereka banyak tingkah, semakin banyak waktu yang terbuang sia-sia.

“Sudah, Pak,” jawab Reon sambil menampilkan cengiran khasnya. Kakinya menyenggol kaki teman sebangku, memberi kode agar mereka segera mencari alasan. Reon sudah memberi mereka waktu untuk berpikir.

“Kertasnya sudah disiapkan? Kalau begitu ... yang bisa jawab pertanyaan Bapak bebas ulangan hari ini.”

“Tiga puluh enam pertanyaan ya, Pak!” Reon kembali berulah.

“Enak aja kamu! Siapa tadi yang bicara?”

“REON, PAK!”

“Kamu gak boleh jawab, wajib ikut ulangan.”

ASTAGFIRULLAH! ALLAHUAKBAR! Yah, Pak! Saya cuman mengajukan pendapat, lho, Pak. Parah, ih, Bapak mah anti kritik dan saran.”

“Bapak gak minta pendapat kamu. Nomor ... satu. Sepotong kawat yang memiliki panjang 2,5 meter dan jari-jari 0,65 milimeter mempunyai hambatan 2 ohm. Jika panjang dan jari-jari diubah menjadi dua kali semula, maka hambatannya menjadi berapa ohm?”

Kelas langsung diterpa kegaduhan. Masing-masing dari mereka sibuk membuka buku paket sambil menebak-nebak ada di halaman berapa pembahasan mengenai soal tersebut. Soal yang diberikan tidak asing, tapi mereka tetap tidak mengerti.

Reva memberi waktu untuk teman-temannya menjawab, tapi tampaknya tak ada satu pun yang terlihat mengingat soal itu. Di sisi lain, Reva penasaran apa yang terjadi jika dia mendapatkan hadiah itu.

Thanks to Fix | Revisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang