Ekhem, kemarin kan dah sm Fix👀 Kali ini seneng-seneng ma Bion dulu yak🙈
Selamat membaca!
⚪ t h a n k s t o f i x ⚪
“Sudah lama gak keliling pasar malam.”
“Siap?”
Reva menatap Bion dengan senyuman paling manis yang pernah dia perlihatkan. Menatap tangan yang selalu terulur untuknya, menggapainya dan membiarkan Bion memilikinya malam ini. Reva tidak tahu apa yang Bion katakan pada Etan, tapi papanya itulah yang memulai semua. Memberi Reva saran hingga pada akhirnya Bion datang menjemputnya.
“Siap.”
Genggaman tangan Bion terasa hangat. Senyuman tipis menawan menghiasi wajah tampannya. Tersenyum karena puas berhasil membuat Reva berbahagia di tengah semua masalah. Langkahnya yang lebar sedikit ditahan menyesuaikan si pemilik langkah mungil di sebelah.
Terakhir mereka menghabiskan waktu bersama seperti ini mungkin setengah tahun yang lalu. Sebenarnya posisi Bion di hidup Reva tidak sesepesial yang orang lain pikirkan. Tapi tak apa, selama Bion bersedia untuk tak merasa keberatan. Bukan salah Reva.
Satu persatu kedai makanan mereka lewati. Syarat membeli makanan yang sudah disepakati adalah ketika keduanya sama-sama menginginkan makanan itu agar tidak mubasir. Alasan lainnya agar tangan mereka tidak penuh dengan makanan, lebih tepatnya tangan Bion.
“Re.”
“Hem?” Reva mendongak, menatap wajah Bion dengan alis terangkat.
“Filmnya sudah mau mulai.”
Reva mengangguk mengerti, dia mengikuti langkah kaki Bion menuju mobil. Menyamakan kaki mana yang terlebih dahulu diangkat. Menuruti semua yang Bion lakukan untuk keselamatannya lantas melaju ke lokasi Street Bioskop.
Keduanya keluar dari mobil setelah Bion berhasil mendapatkan tempat parkir terbaik. Mereka akan menonton dari bangku tengah sambil menikmati jajanan yang mereka beli.
Reva tertawa geli ketika melihat Bion dengan telaten memperhatikan setiap detailnya. Lebih tepatnya tidak berhenti memanjakannya, atau lebih tepatnya lagi menjadi babu sukarela untuknya.
Reva sudah duduk di jok tengah, memperhatikan Bion yang bolak-balik menyiapkan tempat duduk mereka.
“Udah, Bi. Cukup.” Reva menepuk jok di sebelahnya. Memastikan Bion duduk dengan baik, tapi masih belum selesai memastikan Reva merasa nyaman.
“Udah. Gue marah, nih.”
Bion terdiam, akhirnya menurut dan menutup pintu mobil. Matanya dia fokuskan pada apa yang mereka beli sebelum datang kemari. Tidak lama, karena Bion kembali memperhatikan Reva.
“Kalau sakit perut tanggung sendiri.” Bion menyentuh hidung Reva, memberikan senyuman tipis andalan miliknya.
Jika Reva bukanlah seseorang yang sudah melihat senyuman itu ribuan kali bahkan milyaran kali, dia pasti sudah jatuh cinta pada Bion. Sesuai pengalaman, cewek-cewek bisa histeris hanya karena melihat Bion tersenyum walau bukan untuk mereka.
“Gak papa. Papa jarang kasih izin soalnya.”
“Iya, harus narik gue sebagai tameng.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks to Fix | Revisi
Teen Fiction| Fiki UN1TY | Dalam proses revisi 5 Desember "Aku adalah ceritamu yang telah lama usai." Reva meletakkan penanya di dalam saku, menutup buku diary miliknya dengan perasaan yang dia sendiri tak bisa jelaskan bagaimana. Lembar terakhir yang dia gunak...